AIR HAJI — Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul Abit, menghadiri acara malewakan gala Datuak Penghulu Suku Jambak Nagari Air Haji Pesisir Selatan, Sabtu (2/1/2019) H. Sengaja Budi Syukur menjadi Datuak Bandaro Jambak Payuang Suku Jambak.
Acara melewakan Penghulu Datuak Bandaro Jambak ini dihadiri oleh Kepala OPD Sumbar, ketua LKAAM Sumbar, ketua LKAAM Kabupaten Pesisir Selatan, Ketua KAN Air Haji, perangkat adat Datuak Bandaro Jambak nagari Air Haji, Alim Ulama, Cadiak Pandai, Bundo Kanduang Kecamatan Linggo Sari Baganti, dan 150 undangan lainnya.
Sesuai dengan prosesi adat dengan berarakan bendi yang iringan musik tradisional, Budi Syukur Datuak Bandaro Jambak dan istri bersama para tokoh perangkat penghulu Kaum Jambak, Niniak Mamak, Bundo Kanduang dan Dubalang Kaum Jambak.
Malewakan gala ditandai dengan acara penyematan saluak dan pemasangan keris oleh Tuangku Rajo Adat Nagari dan dilanjutkan penyerahan cendramata dari Ketua kaum jambak.
Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit dalam sambutannya mengingatkan kembali sejarah adanya suku jambak di Air Haji yang dahulunya dikenal dengan ‘Banda Sapuluah’ yang merupakan wilayah rantau dari penduduk alam Surambi Sungai Pagu. Secara etimologi, Bandar Sapuluah merupakan gabungan beberapa bandar (kota pelabuhan) si sepanjang pesisir pantai Sumbar.
Banda Sapuluah adalah tempat terpenting saat itu, karena dari sinilah tempat kapal emas, lada dan bahan-bahan hasil pertanian ke manca negara, jadi bisa kita simpulkan kawasan banda sapuluah adalah tempat lalu lintas perdagangan internasional.
“Dari situlah banyak rombongan orang dan suku yang masuk ke pesisir selatan, yang pertama robongan suku Malayu, Chaniago dan Sikumbang, kemudian rombongan kedua dari suku Jambak, melalui Bukit Barisan dan tembus di hulu nagari Kambang,” kata Nasrul Abit.
Selanjutnya Nasrul Abit menjelaskan, pengulu adalah seorang niniak mamak dalam kaum atau suku. Kemudian seorang pangulu juga menempati jabatan tertinggi di dalam kaumnya, sekaligus mewakili kaumnya dalam berunding di kampungnya dan di dalam majelis-majelis adat.
“Disamping itu Penghulu mempunyai tugas dan kewajiban yang digariskan adat. Ada empat kewajiban dimiliki penghulu dalam memimpin anak kemenakannya, yaitu Menuruik alue nan luruih (menurut garis-garis kebenaran yang telah diatur adat), Manampuah jalan nan pasa (melaksanakan apa yang telah digariskan adat dan tidak boleh menyimpang), Mamaliharo haratojo pusako (harta pusako tempat anak kemenakan berketurunan mencari kehidupan, beribadah dsn berkubur) dan Mamaliharo anak kemenakan (Penghulu wajib nemelihara anak kemenakan),” jelas Nasrul Abit.
Makanya tugas pangulu relatif berat yakni, kusuik nan ka manyalasaikan, karuah nan kamanjaniahkan, mambalah taampuluo, manimbang samo barek, bakato bana sajalan luruih, biang nan kamanabuak, gantiang nan kamamutuih dan kato putuih hukum bajalan.
Selanjutnya, Nasrul Abit juga mengingatkan sebagai datuak dia harus menjaga martabatnya, karena gelar datuak yang disandang adalah gelar kebesaran pusako adat dalam suku atau kaumnya.
“Banyak pantangan dan larangan yang tidak boleh dilanggar oleh seorang bergelar datuak dan tidak sedikit pula sifat-sifat positif yang dimilikinya,” Katanya.
Sebagai pangulu, mereka harus tahu tugas dan tanggung jawabnya terhadap saudara dan kemenakan dalam membina mengayomi melindungi dan mengatur pemanfaatan harta pusako tinggi dan tanah ulayat untuk kemakmuran saudara dan kemenakannya.
Kemudian Wagub berpesan dan mengajak seluruh unsur pemangku adat, khususnya para penghulu, marilah kita saling bekerjasama “saciok bak ayam, sadanciang bak basi,” saling berkontribusi dalam membangun kampung halaman dan nagari, bertukar pikiran, memberikan ide kreatif, menjaga silaturahmi, dan menjaga satu kesatuan nagari.
“Selamat buat H. Sengaja Budi Syukur, SH menjadi Datuak Bandaro Jambak, semoga mampu menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya dan mampu menjaga sumpah. Semoga Allah senantiasa memberi kekuatan dan bisa mengabdi kepada keluarga, kaum, masyarakat dan daerah ini,” ujar Wagub.(*)