Nasib Masyarakat Kampung Bukik, Koto Gadang , Agam Menyedihkan
Kampung Bukik dengan jumlah penduduk tercatat sebanyak 43 Kepala Keluarga (KK) , tetapi nasib warga masyarakat Kampung Bukik sungguh menyedihkan kenapa tidak , sudah tiga tahun lamanya, masyarakat setempat tidak lagi mendapat pasokan Air Bersih yang dikelola oleh Yayasan Koto Gadang.
Parahnya lagi, untuk memandikan jenazah keluarga almarhum terpaksa membeli air, bila dibandingdingkan dengan warga tetangga lainnya, warga masyarakat kampung bukik terasa di diskriminasi oleh pengurus yayasan Unit Air Bersih sebab mereka selama ini tidak pernah mengeluh masalah pasokan air bersih.
“Kok warga kampung Bukik sudah tiga tahun lamanya tidak mendapatkan pasokan air bersih, herannya apabila datuk –datuk pulang kampung mengelar acara, pasokan air ke kampung bukik lancar, tetapi setelah acara selesai Datuk kembali kerantau, pasokan air ke kampung Bukik terputus,ada apa ?” ungkap salah seorang warga yang mengaku bernama Boy.
keluhan warga kampung bukik sudah disampaikan kepada pengurus yayasan dan kepada WaliNagari Koto Gadang namun sampaikan sekarang mereka belum ada tanggapan.
Tidak tahan masalah ini terus berlarut—larut akhirnya masyarakat setempat melaporkan permasalahan ini kepada Kapolsek IV Koto, surat tertanggal 1 Pebruari 2018, isi surat mengatakan masyarakat berdomisili daerah Pasar Simpang Koto Gadang dan warga sekitar Gret Wall, jalan Hadisah, Kampung Bukik menyampaikan keluhan selaku konsumen UA B (Unit Air Bersih) yayasan koto Gadang yang selama kurang lebih tiga tahun terakhir tidak mendapatkan pasokan air bersih sebagaimana layaknya warga tetangga lainnya.
Persamalah ini telah berulang kali dilaporkan kepada pihak yayasan untuk menindak lanjuti dan memberikan penyelesaian , namun tetap tidak ada penindakan dan realisasi yang positif dari pihak yayasan dan telah lama menimbulkan keresahan bagi warga.
Menurut warga apabila dalam waktu tujuh hari masih belum ada tindakan dari yayasan maka kami akan melakukan tindakan pembongkaran instalasi air tersebut, surat ditanda tangani oleh 43 Kepala Keluarga ditembuskan kepada Muspika dan Bamus.
Masyarakat berharap pihak kepolisian memfasilitasi persoalan tersebut, sebab pengurus yayasan terutama ketuanya berada dijakarta, warga hanya diterima adrial salah seorang pekerja lapangan yang mengatur dan mengontrol distribusi air didaerah tersebut.
Kepada Adrial, warga menyampaikan keluhan karena tidak mendapatkan lagi pasokan air bersihkemudian tidak semuanya warga yang mampu membeli air mobil tangki ,karean setiap pemesan menimal 2m3 harganya mencapai Rp 80 ribu dan palin lama bertahan selama seminggu , berarti untuk sebulan warga harus mengeluarkan uang sekitar R p. 300 ribu
Menanggapi keluahan warga, Adrial mengaku tidak mempunyai wewenang dan memberikan jawaban, namun ia membantah kalau ada diskriminasi terhadap warga kampung bukik. “Saya sudah berusaha untuk mengalirkan air, diantaranya membersihkan bak penampungan, tersendat air kekampung bukik karena yang letaknya ketinggian, disamping itu saya sudah berusaha mencari yang putus atau tersumbat,” tutur Adrial.
Sementara itu, Kapolsek IV Koto mengatakan, pihaknya sudah meminta kepada Wali Nagari untuk mencari penyelesian dan diminta masyarakat tidak melakukan tindakan anarkis. (Tana)