Tiga Bendungan Baru di Sulsel Tingkatkan Tampungan Air 261,23 Juta m3

IMG-20180628-WA0059

Jakarta —Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tengah menyelesaikan pembangunan tiga bendungan di Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel). Ketiganya yakni Bendungan Paselloreng di Kabupaten Wajo, Karalloe di Kabupaten Gowa dan Pamukkulu di Kabupaten Takalar.

Pembangunantiga bendungan akan meningkatkan tampungan air sebesar 261,23 juta m3, salah satunya untuk meningkatkan suplai air irigasi di Sulsel yang dikenal sebagai salah satu sentra pangan nasional. Hal ini sejalan dengan Nawa Cita Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk membangun ketahanan air dan pangan nasional.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono optimis penyelesaian ketiga bendungan yang menjadi Proyek Strategis Nasional (PSN) akan tepat waktu. “Bendungan Paselloreng ditargetkan rampung Desember 2018. Untuk Bendungan Karalloe, konstruksinya memang dimulai lebih dulu, namun sempat mengalami masalah pengadaan lahan, sekarang bisa diselesaikan, mudah-mudahan progres konstruksi tidak mengalami kendala lagi. Sementara Bendungan Pamukkulu sudah mulai konstruksi akhir 2017 lalu yakni pembangunan jalan akses dan penyiapan lahan kerja,” kata Menteri Basuki beberapa waktu lalu.

IMG-20180628-WA0054

Bendungan Paselloreng mulai dibangun sejak pertengahan 2015 akan mengairi lahan irigasi seluas 7.000 ha. Kapasitas tampung maksimal bendungan yakni 138 juta m3 atau 9 kali lebih besar dari Bendungan Raknamo dengan kapasitas 14 juta m3 yang diresmikan Presiden Joko Widodo awal tahun 2018 lalu.

Manfaat lainnya akan menjadi sumber air baku untuk 4 kecamatan di Kabupaten Wajo sebesar 305 liter/detik, pembangkit listrik mikrohidro 2,5 MW, konservasi air, pengendali banjir Sungai Gilireng, perikanan air tawar dan pariwisata.

Bendungan Passeloreng merupakan salah satu dari 9 bendungan yang akan rampung tahun 2018, disamping Bendungan Rotiklod di NTT, Tanju, Mila dan Bintang Bano di NTB, Gondang dan Logung di Jawa Tengah, Sei Gong di Batam, dan Sindang Heula di Banten.

Konstruksi Bendungan Paselloreng dikerjakan oleh PT. Wijaya Karya – PT. Bumi Karsa, KSO (Kerjasama Operasi) dengan biaya Rp 736 miliar. Sementara sebagai konsultan supervisi adalah PT. Mettana, PT. Timor Konsultan, PT. Raya Konsultan KSO dengan nilai kontrak supervisi sebesar Rp 37,5 miliar. Progres fisik Bendungan Paselloreng hingga Juni 2018 telah mencapai 73,01 persen.

Untuk biaya pembebasan lahan ketiga bendungan tersebut menggunakan mekanisme dana talangan. Melalui mekanisme tersebut kontraktor dapat membayar lahan yang telah siap dibebaskan dan akan diganti pembayarannya oleh Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN).

IMG-20180628-WA0057

*Bendungan Karalloe dan Pamukkulu Terus Dikerjakan*

Bendungan Karalloe mulai dibangun Desember 2013, saat ini progresnya sudah mencapai 53,81 persen dan ditargetkan rampung tahun 2019. Kapasitasnya sebesar 40,53 juta m3 yang akan digunakan mengairi lahan irigasi seluas 7.000 ha, sumber air baku 440 liter/detik, pembangkit listrik mikrohidro 4,5 MW, pengendali banjir, konservasi air dan pariwisata.

Konstruksi bendungan dikerjakan oleh PT. Nindya Karya (Persero) dengan Rp 568 miliar dan konsultan supervisi oleh PT. Widya Graha Asana, PT. Tata Guna Patria, PT. Bintang Tirta Pratama, PT. Catur Bina Guna Persada (KSO) dengan nilai Rp 15 miliar.

Bendungan Pamukkulu dimulai pembangunannya pada November 2017, memiliki kapasitas tampung maksimum 82,7 juta m3. Manfaatnya akan mensuplai irigasi seluas 6.150 ha, penyediaan air baku Kota Takalar sebesar 160 liter/detik, pengendalian banjir, konservasi air, pengembangan pariwisata, dan perikanan air tawar.

Pembangunannya dibagi menjadi 2 paket konstruksi. Paket 1 senilai Rp 852 miliar dikerjakan PT. Wijaya Karya (Persero) – PT. Daya Mulia Turangga (KSO) untuk pekerjaan diantaranya pembangunan bendungan utama. Untuk Paket 2 senilai Rp 811 miliar dikerjakan oleh kontraktor PT. Nindya Karya dengan pekerjaan diantaranya relokasi jalan dan rehabilitasi jalan masuk, terowongan pengelak, bendungan pelimpah, dan pekerjaan hidromekanikal. (*)

Tinggalkan Balasan