“Syaiful Yahum”

 

 

 

58almadi

Oleh: Almadi

(Wartawan Utama)

 

Syaiful sekarang jabatannya Ketua KONI Sumbar. Tidak ada embel-embel nama dibelakangnya. Dulu sekali, namanya tetap Syaiful dengan titel Sarjana Hukum naik satu digit jadi Master Hukum. Tak ada Yahum.

Entah kapan pula pakai Yahum. Apakah itu menunjukan suku atau marga? Hanya dia yang tahu. Jika ditanya takut pula tersinggung. Maklum dia kan orang besar di KONI Sumbar. Mungkinkah setelah ada Yahum sikapnya akan berubah. Namanya alam, apa saja dapat berubah. Kecil jadi besar. Muda terus menua.

Sejak puluhan tahun saya kenal Syaiful, belum pakai Yahum, pribadinya baik dan suka menolong orang kesusahan. Apakah setelah ini berubah?  Diam-diam saya amati, rupanya tetap seperti dulu. Tidak berubah, walau sudah memegang jabatan bebagai macam ketua. Mulai dari Ketua Geng, Ketua LSM,  Ketua Pemuda sampai Ketua Olahraga. Dia masih bersahaja.

Syaiful Yahum, mulai detik ini wajib ditulis dibelakang namanya. Apa sebab, awalnya pada penutupan Pekan Olahraga Wilayah (Porwil) Bengkulu tahun 2019 lalu. Saat devile penutupan, pembawa acara menyebutkan nama kontingen Sumatera Barat yang dipimpin Syaiful Yahum. Saya sempat kaget, kok pakai Yahum namanya. Mungkin, pembawa acara salah sebut.

Rasa penasaran tentang Yahum mulai sirna. Namun, ketika menandatangani absen rapat dengan tim media Humas KONI Sumbar. Saya kembali terperanjat, ada nama Syaiful pakai Yahum. Bah, ingatan kembali pada devile penutupan Porwil Bengkulu.

“Jadi tidak salah yang disebutkan pembawa acara itu.”

Usai rapat, maksud hati ingin bertanya apa arti Yahum. Kalau marga asalnya dari mana, kalau nama suku tentu ada orang lain memakainya. Namun, gagal lagi mau bertanya. Sebab, Syaiful Yahum mau rapat pula dengan pengurus lain yang sudah mencogok masuk ruangan.

Ya, sudah lah, waktu masih panjang buat bertanya. Yang penting pribadi Syaiful Yahum tetap seperti dulu. Sebab, saya tahu perangainya, karena bersahabat sudah puluhan tahun sejak masih di koran Harian Umum Semangat.

Sejak Syaiful Yahum jadi Ketua KONI Sumbar, banyak yang tidak senang dengan kebijakannya. Mulai dari pengurus cabang olahraga sampai oknum wartawan. Kalau pengurus cabor menilai dia arogan dan tidak mengerti olahraga, karena lahir bukan dari komunitas olahraga. Sedangkan oknum wartawan dianggap lawan dan tak layak diberitakan kinerjanya.

Saya paham benar, sebab itu mendukung kebijakan dan program yang dibikinnya. Dia mengakui program pada era Prof Syahrial Bhaktiar tetap dilanjutkan. Kemudian dia tambah dengan inovasi baru. Makin lengkaplah program KONI Sumbar untuk meningkatkan prestasi atlet. Buktinya, pada Porwil 2019 Bengkulu, perolehan medali emas kontingen Tuah Sakato meningkat tajam. Seandainya ketika itu kondisinya fit, mungkin  lain ceritanya, bisa jadi Sumbar runner up Porwil.

Itulah Syaiful Yahum. Sahabat lama saya sekarang jadi Ketua KONI Sumbar. Tantangan berat tahun 2021 sudah menanti di PON XX Papua. Saat keuangan cekak, alias kismin, karena anggaran KONI tak sesuai yang diharapkan. Dia tidak patah arang, terus mempersiapkan atletnya menuju Papua. Perkiraan saya setelah membaca tulisan ini Syaiful Yahum bakal menelpon. (***)

 

Tinggalkan Balasan