Sekretaris Dirjen PK Kemenristek Dikti | FKI 9 Buktikan Indonesia Besar Dengan Keberagaman

fki91

Padangpanjang – Nilai-nilai kearifan lokal yang di miliki berbagai kelompok masyarakat, mampu menyatukan berbagai keberagaman dan keharmonisan seni, budaya, tradisi dan adat istiadat, jika Indonesia ingin berjaya seperti masa kerajaan Sriwijaya atau Maja pahit, tidak bisa dilakukan oleh satu golongan, tetapi harus dilakukan secara bersama oleh semua komponen bangsa dengan melibatkan seluruh masyarakat. Hal itu disampaikan Sutrina Wibawa Sekretaris Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, pada pembukaan Festival Kesenian Indonesia (FKI) ke 9 tahun 2016 di kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Kota Padangpanjang Selasa, 08/11.

“Pembangunan nasional akan berlangsung dengan baik jika melibatkan seluruh komponen masyarakat, namun demikian harus disertai dengan usaha meningkatkan kemampuan masyarakat, melalui pendidikan, karena pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan, jika kebudayaan diartikan sebagai produk masyarakat maka pendidikan adalah prosesnya,” jelas Sutrisna Wibawa.

Pendidikan merupakan proses pewarisan budaya dan sekaligus pengembangan budaya,  dengan kata lain, pendidikan tidak bisa dipisahkan dengan nilai-nilai budaya dan hal ini juga berlaku di pendidikan tinggi, karena pendidikan tinggi adalah tempat untuk menggali ilmu pengetahuan, kebudayaan dan kemanusiaan yang berperan penting bagi kemajuan suatu bangsa termasuk dalam perkembangan masyarakat madani.

“Kita menyadari bahwa dewasa ini kita memasuki budaya global, yang menunjukan semakin mengecilnya batas-batas antar bangsa, sebagai akibat globalisasi pergeseran nilai-nilai tatanan sosial seni dan budaya dalam masyarakat menjadi tidak dapat dihindarkan lagi,” papar Sutrisna.

Seni dan budaya sebagai wujud jati diri suatu bangsa akan sangat memprihatinkan bila hiruk pikuk globalisasi yang berkembang saat ini dengan terjadinya pergesaran nilai seni dan budaya yang bisa terjadi hampir di seluruh masyarakat, keadaan ini tentunya harus dicegah dan diantisipasi, agar tidak berlarut-larut. Indonesia yang dikenal sebagai bangsa yang ramah tamah, namun koindisi saat ini terancam memburuk dengan munculnya budaya kekerasan, suku, etnis, agama dan hukum.

“Saya sangat percaya, bila kita terus melestarian seni dan budaya yang memiliki nilai-nilai kehalusan yang tinggi di era globalisasi ini, maka kita akan bisa mengembalikan jati diri sebagai bangsa yang ramah tamah, sopan santun dan memiliki adat ketimuran tinggi serta mampu menjadi bangsa yang besar dan berjati diri,” tukasnya.

Ditambahkannya, sebagai masyarakat pendidikan tinggi, harus peduli dalam upaya menegakan kemajuan Iptek sebagai daya saing bangsa dalam menghadapi persaingan global yang harus senantiasa berada dalam jalur nilai-nilai luhur seni dan budaya bangsa dengan terus mengembangkan dan melestarikan seni budaya bangsa. Dengan kegiatan FKI membuktikan Indonesia sebagai bangsa yang besar dan indah dengan kekayaan seni dan budaya yang dimiliki, keberagaman suku, agama dan keragaman seni dan budaya, didalamnya melekat nilai-nilai yang saling menghormati dan saling menghargai.

“Hal terpenting yang selayaknya diraih melalui FKI 9 ini adalah tertanamnya dalam diri civitas akademika terutama pada dosen, mahasiswa serta masyarakat seni, sebab upaya dan tanggung jawab menjunjung dan melestarikan seni dan budaya bukan hanya peran pemerintah, seniman dan budayawan, tetapi juga masyarakat secara luas, termasuk dosen dan mahasiswa,” tukas Sutrisna.

Festival Kesenian Indonesia ke 9 berlangsung hingga 10/11 di kampus ISI Kota Padangpanjang dengan berbagai penampilan seni dan budaya dari perguruan tinggi seni  seperti ISI Denpasar, ISBI Papua, ISBI Aceh, IKJ Jakarta, ISI Surakarta, ISBI Bandung, STKW Surabaya, ISI Yogyakarta dan ISI Padangpanjang. (In)

Tinggalkan Balasan