Oleh: Almadi
(Wartawan Utama)
Surat mosi tak percaya hasil rapat kerja KONI Sumbar di Padangpanjang tahun 2020 jadi bahan perbincangan kalangan olahraga. Kenapa, karena surat tersebut tidak bertanggal salah pula tahunnya. Jadi bukan isinya yang jadi perhatian tapi salahnya!
Padahal, yang bikin surat itu bergelar Profesor dan Doktor, tapi kok bisa salah. Kalau Mohamad Saleh pemain Liverpool yang bikin boleh sajalah.
Selain isi surat itu berlainan dari hasil rapat kerja KONI Sumbar, ini membuktikan mereka bernafsu sekali menggulingkan pengurus KONI yang sah. Untung saja banyak pers hadir meliput kegiatan itu, kalau tidak tentu makin nyaring fitnah bertebaran.
Surat kaleng yang sudah disposisi gubernur Sumbar, Mahyeldi ibarat menjebak orang nomor satu Sumbar. Untung saja, diposisinya mengatakan, teliti, saran, segera. Artinya, gubernur tak ingin masuk jebakan Batman. Karena surat tersebut dinilai kaleng-kaleng.
Lalu siapakah yang bertanggungjawab dengan surat kaleng itu? Tentu yang menandatanganinya. Malukah mereka dengan kesalahan itu?. “ Saya tidak malu kalau salah. Seorang manusia tidak lepas dari kesalahan, tapi saya malu kalau menutupi kebohongan dengan kebohongan yang lainnya,” kata Doktor Ronni Yennes pada medsos FB, yang ikut menandatangani surat kaleng itu.
Doktor itu mengatakan, malu menutupi kebohongan dengan kebohongan yang lain. Apakah dia sadar kalau sekarang sudah melakukan kebohongan dengan merekayasa surat kaleng mosi tidak percaya yang diberikan ke gubenur. Ingat, rapat kerja KONI di Padangpanjang tidak ada satu pun peserta mengatakan tidak percaya kepada pengurus KONI Sumbar.
Nah, sekarang kok muncul surat mosi tidak percaya tanpa didukung tandatangan pengurus cabor sebagai peserta rapat kerja. Apakah ini tidak bohong namanya? (***)