Advokasi dan Sosialisasi Program KB Sasar Pesantren

IMG_20171024_072710

Padang – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) laksanakan advokasi dan sosialisasi program KKBPK melalui bedah buku KB di mata Kyai dan Fikih Keluarga.

Sasaran kegiatan tersebut yakni santri dari Pesantren Ar Risalah Kota Padang. Kegiatan dimaksud diselenggarakan pada Senin (23/10) di pesantren yang terletak di Lubuk Minturun Kecamatan Koto Tangah.

Kepala BKKBN Surya Candra Surapaty dalam sambutannya mengatakan dengan diadakannya advokasi dan sosialisasi ini, diharapkan santri bisa memahami program keluarga berencana dan kesehatan reproduksi.

Selama ini dikatakan Surya Candra, sosialisasi program keluarga berencana belum sampai ke pesantren. Sehingga banyak santri yang belum mengetahui betul manfaat dari program dimaksud.

Disamping itu juga diharapkan tokoh agama dan adat bisa menerima program keluarga berencana. Agar angka kelahiran bisa diturunkan.

“Sampai dengan saat ini, apabila dirata rata, setiap 1,5 jam ibu hamil melahirkan. Maka dari itu angka ini harus kita tekan, agar tidak terjadi ledakan penduduk di Indonesia,”ujarnya.

Surya juga menjelaskan pada santri, usia paling ideal melahirkan secara biologis, sosial, dan ekonomis paling rendah 21 tahun. Jarak kehamilan ideal antara anak pertama dan anak kedua juga minimal 3 hingga 5 tahun.

Sementara itu umur 35 tahun adalah batas maksimal untuk wanita diperbolehkan melahirkan, karena pada usia tersebut rahim sudah melemah. Apabila tetap diteruskan, akan mngancam nyawa ibu hamil.

Gubernur Sumbar Prof Irwan Prayitno mengatakan sosialisasi tentang fikih keluarga bukan hal baru bicara keluarga bagi anak SMA di pesantren Ar Risalah. Tapi sudah saatnya, agar mereka mengerti.

Apalagi semua manusia di dunia satu, tak memandang usia tentunya. Apabila terjadi kekurangan pada satu belahan dunia, maka akan berdampak pada belahan dunia lainnya. Seperti ledakan penduduk dengan berdampak pada ketahanan pangan dunia.

“Santri harus tahu masalah penduduk masalah kita bersama. Anak pesantren fokus pada agama,namun juga paham dan mengerti tentang kependudukan,”papar Irwan.

Irwan juga menyampaikan, apabila santri ingin menikah, tentu dipikirkan mampu atau tidak, dan itu disebutkan dalam Al Quran. Pernikahan juga bukan hanya sekedar biologis saja, tapi mempertimbangkan psikologis dan ekonomis

“Nikah boleh saja. Untuk menjalankan sunah, mampu atau tidak itu yang paling utama. Boleh nikah karena cantik, harta dan keturunan bisa dipandang. Tapi akidah atau agama yang tak boleh dilewatkan, “nasehat Irwan.

Keluarga sakinah mawaddah warrohmah dikatakan Irwan bakal mendatangkan kebahagiaan dalam hidup. Pilihlah suami atau istri yang berkualitas, jangan salah pilih, karena akan menjadi sesal apabila salah. Keluarga berkualitas juga perlu dipertimbangkan dalam memperoleh keturunan. Agar bahagia dunia dan akhirat.(ridho)

Tinggalkan Balasan