JAKARTA – Wajah Menpar Arief Yahya
terlihat sumringah, Jumat 5 Juli 2019. Setelah kunjungan kerja ke ASDP Merak, menyeberang ke Bakauheni, lalu mampir ke Tanara, Serang, Banten. Ada apa gerangan? Rupanya, Sawahlunto Sumbar resmi tercatat sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO.
“Akhirnya tembus juga! Selamat buat Sawahlunto, selamat buat Indonesia. Kini status bekas pertambangan batubara zaman kolonial di Umbilon itu sudah mendapatkan stampel kelas dunia! UNESCO, Lembaga PBB yang bergerak di Pendidikan dan Kebudayaan,” ungkap Arief Yahya, Menteri Pariwisata RI.
Kalau sudah menjadi heritage site UNESCO, Sawahlunto yang disebut sebagai “Ombilin Coal Mining Heritage of Sawahlunto”, Sumatera Barat, itu lebih mudah dipromosikan. Karena sudah diakui dunia. “Kita akan terus promosikan Sawahlunto,” jelas Arief Yahya, yang terus mendorong semua destinasi menuju
kelas dunia.
Penetapan ini dilakukan dalam sesi Sidang ke-43 Komite Warisan Dunia UNESCO PBB, di Gedung Pusat Kongres Baku di Baku, Azerbaijan. “Untuk menjadi destinasi kelas dunia, maka atraksinya juga harus kelas dunia, dan saat ini Sawahlunto sudah mendapatkan pengakuan dunia,” kata Arief Yahya.
Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Nadjamuddin Ramly mengatakan, ini merupakan warisan budaya dunia kelima yang dimiliki oleh Indonesia.
Dia menambahkan Indonesia sudah memiliki empat warisan dunia kategori alam yakni Taman Nasional Komodo (1991), Taman Nasional Lorentz (1999), Hutan Tropis Sumatera (2004), dan Taman Nasional Ujung Kulon (1991). Kemudian empat warisan dunia kategori budaya, yaitu Candi Borobudur (1991), Candi Prambanan (1991), Situs Sangiran ( 1996), sistem Subak di Bali (2012).
“Penetapan warisan budaya ini dilakukan pada siang hari ini di Baku, Azerbaijan,” ujar Nadjamuddin, Sabtu (6/7).
Nadjamuddin menjelaskan, Kota Sawahlunto dimasukkan ke dalam daftar sementara warisan dunia kategori budaya pada 2015. Sejak saat itu, proses pengumpulan data, penyusunan dokumen pendukung dan diskusi panjang dengan para ahli dan akademisi dari dalam dan luar negeri makin intensif dilakukan.
“Sampai pada akhirnya muncul usulan agar memperluas tema nominasi untuk memperkuat Nilai Universal Luar Biasa (Outstanding Universal Value),” kata Nadjamuddin.
Perluasan tema nominasi ini tentunya berimplikasi pada perluasan wilayah nominasi dengan menggabungkan beberapa kota atau kabupaten. Yaitu Kota Padang, Kota Padang Panjang, Kota Solok, Kabupaten Solok, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Tanah Datar di Sumatera Barat ke dalam satu wilayah nominasi yaitu “Ombilin Coal Mining Heritage of Sawahlunto”.
“Adapun pengajuan kriteria “Ombilin Coal Mining Heritage of Sawahlunto” yang menjadi Nilai Universal Luar Biasa (Outstanding Universal Value) adalah kritera dua dan empat,” tambah Nadjamuddin.
Kriteria dua adalah tentang adanya pertukaran penting dalam nilai-nilai kemanusiaan sepanjang masa. Atau dalam lingkup kawasan budaya, dalam perkembangan arsitektur dan teknologi, seni monumental, perencanaan kota dan desain lansekap.
“Dalam keterkaitannya dengan kriteria dua, keunikan tambang Ombilin itu menunjukkan adanya pertukaran informasi dan teknologi lokal dengan teknologi Eropa terkait dengan eksplotasi batubara di masa akhir abad ke-19 sampai dengan masa awal abad ke-20 di dunia, khususnya di Asia Tenggara,” papar Nadjamuddin.
Sedangkan, kriteria empat adalah tentang contoh luar biasa dari tipe bangunan, karya arsitektur dan kombinasi teknologi atau lanskap yang menggambarkan tahapan penting dalam sejarah manusia.
“Dalam hal ini, keunikan tambang batubara Ombilin di Sawahlunto menunjukkan contoh rangkaian kombinasi teknologi dalam suatu lanskap kota pertambangan yang dirancang untuk efisiensi sejak tahap ekstraksi batubara, pengolahan, dan transportasi. Sebagaimana yang ditunjukkan dalam organisasi perusahaan, pembagian pekerja, sekolah pertambangan, dan penataan kota pertambangan yang dihuni oleh sekitar 7.000 penduduk,” paparnya.
Nadjamuddin menambahkan,.pengajuan draft awal dokumen nominasi dengan perubahan nama usulan menjadi “Ombilin Coal Mining Heritage of Sawahlunto” ke Pusat Warisan Dunia UNESCO dilakukan pada 30 September 2016. Hal itu kemudian dilanjutkan dengan revisi berulangkali, sehingga sampai dengan pengiriman naskah nominasi final pada akhir Januari 2018.
“Naskah tersebut akhirnya dinyatakan lengkap dan selanjutnya dievaluasi kelayakannya menjadi warisan dunia oleh ICOMOS. ICOMOS merupakan Badan Penasehat Pusat Warisan Dunia UNESCO kategori budaya,” ujarnya.
Tahap evaluasi tersebut melalui beberapa tahap. Yaitu evaluasi lapangan, permintaan dokumen informasi tambahan yang pertama, wawancara telekonferensi, permintaan dokumen informasi tambahan yang kedua.
Setelah hasil evaluasi ICOMOS terbit, maka muncul permintaan baru agar Pemerintah Indonesia memeriksa hasil rekomendasi ICOMOS tersebut dan mengirimkan informasi kesalahan faktual dari hasil rekomendasi tersebut ke UNESCO.
“Ada beberapa catatan, yang harus diselesaikan sebelum batas waktu 1 Desember 2021. Setelah penetapan status Warisan Dunia UNESCO, diharapkan semua pihak terkait “Ombilin Coal Mining Heritage of Sawahlunto” dapat bekerja sama untuk tetap mempertahankan status warisan dunia UNESCO,” harap dia.
Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menyambut positif kabar bekas tambang batubara Ombilin di Sawahlunto, ditetapkan menjadi Situs Warisan Dunia oleh Badan PBB Unesco. Hal ini meningkatkan kredibilitas dan mempermudah branding promosi destinasi wisata Sumatra Barat itu di kancah internasional.
Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan Kementerian Pariwisata Ni Wayan Giri Adnyani berharap, akan ada dampak susulan dengan meningkatnya kunjungan wisatawan mancanegara (wisman).
“Pengakuan internasional ini akan meningkatkan kepercayaan, kredibilitas, dan kalibrasi bagi destinasi wisata Indonesia. Untuk bisa lolos dan menembus Unesco tentu melewati kurasi dengan standar dunia. Artinya standar Sawahlunto adalah standar Unesco dan Indonesia bisa semakin percaya diri bersaing mendatangkan wisatawan,” kata Giri.
Sawahlunto sebagai destinasi wisata memiliki nilai sejarah kuat sebagai kota tambang batu bara pertama di Indonesia peninggalan zaman Belanda. Kota Sawahlunto, juga memiliki daya tarik keindahan dikelilingi pegunungan hijau dan masih banyak bangunan peninggalan Belanda.
“Sawahlunto kini dapat menjadi destinasi pilihan wisman dan wisnus ke Sumatera Barat. Sawahlunto kini bisa sangat menjual seperti banyak destinasi wisata di Sumatera Barat. Seperti Danau Singkarak, Kota Padang, Mentawai, Ngarai Sianok, dan Bukittinggi,” ujarnya.
Jumlah kunjungan wisman ke Sumatra Barat dari data BPS kurun waktu Januari-Mei 2019 tercatat hampir 25.000 wisatawan. Wisman yang datang masih didominasi turis asal Malaysia. Ke depan turis-turis asing lain dari Asia dan Eropa bisa lebih banyak lagi tertarik mengunjungi Sawahlunto.
“Dengan masuknya dalam Situs Warisan Dunia Unesco, artinya Sumatera Barat semakin kaya potensi pariwisatanya. Ada sport tourism Tour de Singkarak, wisata halal juga tersedia, dan punya Situs Warisan Dunia,” pungkasnya.
Sebelumnya, Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya juga tak pernah bosan mempromosikan potensi Indonesia secara langsung di Markas UNESCO. Sawahlunto ini menjadi UNESCO World Heritage yang ke-9, setelah Borobudur, Prambanan, Subak, dan lainnya.
Tahun lalu, Indonesia juga telah sukses mencatatkan dua geopark-nya masuk dalam daftar UNESCO Global Geopark (UGG), yakni Rinjani Lombok, Nusa Tenggara Barat dan Ciletuh Sukabumi di Jawa Barat.
“Dalam framework pengembangan destinasi itu kami selalu menggunakan konsep 3A, Atraksi, Akses, dan Amenitas. Dan jika ingin menjadi global player, harus menggunakan global standar,” kata Menpar Arief Yahya.
Menurut Menpar Arief Yahya, Kota Sawahlunto merupakan satu dari banyak permata yang siap naik pentas di panggung pariwisata nusantara. Kota mungil ini memang sudah menjadi buah bibir berkat polesan cantik di kawasan Kota Tuanya.
“Kemenpar akan terus ikut membantu pengembangan pariwisata Sawahlunto. Makanya kita pun selalu memberikan dukungan berbagai atraksi pariwisata di sana,” ujar Menteri asal Banyuwangi itu.(**)