Sumbar  

Untuk Percepatan Penurunan Stunting, BKKBN Sumbar Gelar Pertemuan dengan Forum Jurnalis

Padang-Perwakilan Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sumatera Barat gelar pertemuan koordinasi forum jurnalis percepatan penurunan stunting tingkat Provinsi Sumbar 2022. Kegiatan tersebut hadir sebagai nara sumber Denas Syimond ahli gizi dari Unand Padang, Jasman Rizal Kepala Diskominfo Sumbar.

Pertemuan tersebut dibuka Sekretaris Perwakilan BKKBN Sumbar, Nova Dewita yang dihadiri puluhan media cetak, elektronik dan online di Kota Padang, Senin (7/11/2022) di hotel Pangeran.

Dalam sambutanya saat pembukaan Sekretaris Perwakilan BKKBN, Nova Dewita mengatakan pihaknya ditargetkan mampu menurunkan angka stunting di 2024 menjadi 14 persen dan pada 2023 di angka 16,33 persen.

Sementara pada tahun 2021 angka stunting Sumbar masih di angka 23,3 persen dan tentu ini bukan angka yang kecil dan gampang untuk dilakukan.

“Ini butuh kerja sama seluruh pihak agar angka anak-anak pendek akibat kekurangan asupan gizi dapat ditekan,” harapnya.

Beberapa upaya telah dilakukan dengan membentuk Tim Pendamping Keluarga yang terdiri dari bidan, kader PKK dan Kader KB. Mereka tersebar di seluruh desa yang ada di provinsi ini dan bertugas memberikan pendampingan kepada keluarga dalam mengantisipasi terjadinya stunting.

Mulai dari sosialisasi penyebab stunting serta upaya yang harus dilakukan keluarga dalam mengantisipasi terjadinya stunting dengan 19 indikator anak stunting itu.

Selain itu pihaknya juga membentuk Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) yang diketuai Wagub Sumbar Audy Joinaldy dan untuk di kota dan kabupaten diketuai Wakil Bupati atau Wakil Wali Kota.

“Tim ini bekerja sama bersama-sama untuk menurunkan angka stunting mulai dari tingkat provinsi hingga daerah,” katanya.

Lebih lanjut dia mengatakan, pihaknya membuat program Dahsyat yakni Dapur Sehat yang memberikan informasi serta edukasi kepada masyarakat terkait bahan makanan lokal yang dapat mencegah stunting.

“Ada juga program bapak asuh yang untuk membantu keluarga berisiko untuk memenuhi kebutuhan gizi anak yang terkena stunting,” ulasnya.

Sementara itu ahli gizi Universitas Andalas Dr Denas Symond mengatakan stunting itu berasal dari keturunan hanya 20 persen dan sisanya 80 persen akibat faktor asupan gizi yang didapatkan anak.

“Anak dikatakan stunting jika dia lahir tubuhnya memiliki panjang yang kurang dari rata-rata bayi lokal di sana. Untuk di sini batasnya panjang bayi adalah 48 sentimeter,” kata dia.

Lebih lanjut Denas mengatakan, jika bayi kurang dari 48 sentimeter maka harus dilakukan upaya agar mendapatkan asupan gizi yang mencukupi dan orang tua fokus membantu di masa 1.000 hari pertama anak.

“Anak harus mendapatkan ASI ekslusif di 6 bulan pertama dan pola asuh yang benar. Banyak persoalan yang harus dilakukan bersama untuk mencapai target meminimalkan angka stunting,” tutupnya. (Naldi)