Opini  

Ujian KONI Sumbar di PON Beladiri Kudus

Oleh: Almadi

PADANG — Pekan Olahraga Nasional (PON) Beladiri II di Kudus 2025 telah resmi berakhir. Bagi kontingen Sumatera Barat, hasil yang diraih boleh jadi tidak mencapai target semula, namun tetap patut diapresiasi. Dari target delapan medali emas, para atlet Ranah Minang berhasil mengoleksi tujuh emas, angka yang sama dengan capaian pada PON sebelumnya di Bogor–Bekasi.

Target tinggi itu dipasang langsung oleh Ketua KONI Sumbar, Hamdanus, tak lama setelah dirinya bersama Dipo menerima SK kepengurusan baru dari KONI Pusat. Ketika Hamdanus dengan lantang menyatakan ingin membawa Sumbar meraih delapan emas dan menembus 10 besar nasional, banyak yang terkejut. Bukan tanpa alasan—selama kepengurusan sebelumnya, nyaris tak terdengar geliat prestasi atlet Sumbar di level nasional.

Namun, tekad dan keyakinan itu perlahan menjelma menjadi bukti. Ketika ajang PON Beladiri usai, Sumbar benar-benar menembus peringkat 8 nasional, membuktikan bahwa semangat baru memang sedang tumbuh di tubuh KONI Sumbar.

“Ini berkat kekompakan dan kerja keras seluruh pengurus serta dukungan penuh pemerintah daerah. Mudah-mudahan ke depan lebih baik lagi,” ujar Hamdanus dengan nada puas.

PON Beladiri di Kudus sesungguhnya menjadi ujian awal bagi kepengurusan KONI Sumbar yang baru. Dengan segala keterbatasan, terutama dalam hal persiapan atlet, hasil yang dicapai jelas melampaui ekspektasi.

KONI Sumbar mengirim 124 atlet untuk bertanding di 9 cabang olahraga: Gulat, Taekwondo, Pencak Silat, Kempo, Sambo, Wushu, Karate, Tarung Derajat, dan Judo. Dari seluruh cabang itu, Sambo menjadi penyumbang terbanyak dengan tiga medali emas.

Kondisi para atlet jauh dari ideal. Sebelumnya, mereka mengaku kurang mendapat perhatian dari pengurus lama. “Dulu kami seperti jalan sendiri. Tapi kini kami merasa punya rumah lagi,” ungkap salah seorang atlet.

Dukungan nyata datang dari Gubernur Mahyeldi dan Wakil Gubernur Sumbar yang secara langsung memberi semangat di lapangan. Selain itu, kehadiran Prof. Heryanto Sindra, akademisi sekaligus motivator KONI Sumbar, juga menjadi penyulut semangat luar biasa di kalangan atlet.

“Kebahagiaan saya adalah ketika atlet berhasil membawa pulang medali. Artinya, kerja keras kami tidak sia-sia,” tutur guru besar Universitas Negeri Padang (UNP) itu.

Meski sukses di Kudus menjadi awal yang manis, Hamdanus dan timnya kini menghadapi ujian yang lebih berat. Dua agenda besar sudah menanti: Pekan Olahraga Wilayah (Porwil) 2027 di Kepulauan Riau dan PON 2028 di NTB dan NTT.

Keduanya akan menjadi panggung pembuktian, apakah semangat baru yang lahir di Kudus benar-benar bisa tumbuh menjadi tradisi prestasi bagi olahraga Sumatera Barat.

Apakah KONI Sumbar di bawah duet Hamdanus–Dipo sanggup mempertahankan bahkan melampaui capaian ini? Kita tunggu langkah berikutnya dari para pejuang olahraga Ranah Minang. (***)