Padang – Seiring perjalanan waktu, pergeseran dan perubahan pun terjadi. Kemajuan dan pperkembangan teknologi dan informasi yang sedemikian pesatnya membuat berbagai cara dan gaya hidup pun mengalami perubahan.
Demikian juga dengan pendidikan. Era teknologi 4.0 atau era digital saat ini membuat cara dan gaya belajar pun berubah. Terutama, pendidikan tinggi yang banyak menuntut keterlibatan seluruh pemangku kepentingan pendidikan tinggi, khususnya pihak keluarga dari para mahasiswa. Demikian disampaikan Insannul Kamil, Dekan Fakultas Teknik Unand di hadapan para orang tua dan wali mahasiswa baru periode 2018/2019.
“Generasi sekarang yang dikenal dengan generasi milenial, sangat jauh berbeda dengan generasi sebelumnya soal pendidikan tinggi, terutama cara dan gaya belajar,” kata Insannul
Kamil.
Menurut Insannul, salah satu faktor keberhasilan di pendidikan utinggi adalah keterlibatan keluarga
dari mahasiswa itu sendiri. Atau, disebut juga lingkungan keluarga. Lingkungan kampus bukanlah satu-satunya tempat yang menentukan keberhasilan para mahasiswa. Sebab, di era digital ini sumber belajar itu bukan lagi lingkungan kampus, tapi global.
Saat ini Pendidikan tinggi sudah bersifat menyeluruh dan melibatkan semua pihak. Sasaran pendidikan bukan hanya masalah intelektual, tapi juga budi pekerti.
“Intinya, menjadi orang baik dan pintar,” ujar Insannul, “Untuk pintar dan baik itu, perlu sekali peranan dan keterlibatan orang tua dan keluarga mahasiswa.”
Jadi, cara-cara dan gaya lama dalam hal belajar atau menuntut ilmu di pendidikan tinggi sudah tidak terpakai lagi pada zaman yang serba digital ini meskipun esensi intelektual dan esensi budi pekertinya tetap sama.
Untuk pintar itu tidak sulit. Bahkan, di awal kemerdekaan negara, inilah yang disampaikan proklamator Bung Hatta. Asal mau belajar saja, pintar bisa diraih. Namun, untuk
berbudi pekerti yang baik, inilah yang sulit dan inilah tantangan terbesar pendidikan tinggi kita ke depan.(ridho)