Padang-Jangan tanya bagaimana nasib atlet Sumbar yang bertarung membela nama daerahnya di PON XX Papua. Tapi anehnya, pimpinan cabor diam seribu bahasa. Seandainya, Syaiful ketua KONI Sumbar, caci maki dan nama-nama binatang seperti, Anjing, Babi, Kucing, Ayam dan lain-lain bakal muncul dari grup WhatsApp anti Syaiful.
Sekarang, dunia terbalik. Nasib atlet yang bertarung nyawa di PON Papua tak dihargai. Padahal kata, Syaiful mereka bukanlah “Ayam Sabungan”. Jika menang disanjung-sanjung. Sekali kalah dalam galangang, nasib mereka terkatung-katung.” Itulah yang mereka rasakan. Dilecehkan dan dianggap sebagai robot dituntut prestasi. Sementara haknya tidak diberikan,” ujar mantan ketua KONI Sumbar. Rabu (6/10/21)
Syaiful wajar meradang, karena dua tahun lamanya dia mempersiapkan atlet menuju PON Papua. Tapi sekarang mereka disia-sia kan, belum punya kostum kontingen, dicicilnya uang saku dan tidak adanya bonus spontan bagi yang meraih medali.
”Saya sudah sampaikan kepada atlet saat pembukaan Pelatprov bulan Februari 2021. Kemudian saya tegaskan saat latihan bersama, bahwa bonus spontan telah disiapkan sebesar Rp 50 juta peraih medali emas, Rp 15 juta peraih perak dan Rp 10 juta perunggu. Sedangkan bonus dari pemprov medali emas Rp 300 juta, perak Rp 150 juta dan perunggu Rp 100 juta,” jelasnya.
Dibandingkan PON XIX Jabar tahun 2016, bonus spontan diberikan Rp 10 juta untuk peraih medali emas, sedangkan bonus pemprov Rp 200 juta. Kenapa PON Papua naik lebih dua kali lipat?. Menurut Syaiful, perjuangan atlet pada PON Papua sangatlah berat dibandingkan PON sebelumnya. Karena, mereka satu bulan menjelang bertanding sudah berpisah dengan keluarga dan diberada di bumi Cendrawasih.”Kita harus menghargai mereka yang membela nama daerah,” kata Syaiful memaparkan programnya.
Saat ini, atlet yang meraih medali tidak berani bertanya apalagi menuntut bonus spontan ke KONI Sumbar. Kalau dulu mereka garang dengan kepemimpinan Syaiful menuntut haknya, sekarang tak berani bicara dan mengkritik ketua KONI. Ada apa?
Acungan jempol layak diberikan kepada legenda hidup cabor Binaraga, Iwand Samuray yang baru saja menyumbangkan medali emas buat kontingen Tuah Sakato. Dia menyatakan kecewa tidak ada bonus spontan. Sebab, Iwand sangat mengharapkan bonus tersebut guna membayar mobilnya yang sudah tergadai.” Jika tidak ada bonus spontan saya sangat kecewa,” ujarnya tanpa segan-segan mengkritisi pengurus KONI Sumbar yang dipimpin Agus Suardi.
Iwand Samuray demi mempersiapkan diri menuju PON Papua, terpaksa menggadaikan mobilnya. Karena minimnya bantuan dari KONI Sumbar. Cuek bebek yang diperlihatkan pengurus KONI membuat Syaiful ‘tabik rabo”.” Jelas sekali pelecehan terhadap perjuangan atlet. Sudahlah mereka tidak diberi kostum kontingen ditambah pula tak ada bonus spontan yang sudah jadi tradisi sejak dulu,” kata pengacara senior itu.
Syaiful minta ketua KONI Sumbar agar memberikan bonus spontan sebelum atlet pulang ke Padang. Karena mereka perlu beli oleh-oleh dan traktir teman-temannya.”Kalau masalah kekuarangan dana itu adalah pembohongan. Saya sudah hitung semua anggaran Rp 20 M, cukup buat bonus spontan,” kata Syaiful sekarang bobot badannya naik dratis. (almadi)