Padang-Jagad cabang olahraga Sepak Takraw Dunia berguncang oleh kehadiran putera Minangkabau, Syafrizal Bakthiar. Kenapa, dia calon kuat kandidat Wakil Presiden Federasi Sepak Takraw Asia (ASTAF) yang akan digelar 1 Mei 2021 di Bangkok, Thailand.
Munculnya nama Syafrizal di pentas Asia, bikin kubu Asnawi Abdul Rahman kejang-kejang. Pasalnya, dia ingin pula mencari peruntungan di Federasi Sepak Takraw Asia (ASTAF). Siapa Asnawi itu?
Publik olahraga Sepak Takraw nasional tak asing lagi dengan nama Asnawi, dia lah yang menjegal Syafrizal pada pemilihan Ketua PSTI saat Munas di Icuk Sugiarto Training Centre (ISTC) Sukabumi pada 27-28 Desember 2020 lalu. Belum puas, dia ikut pula bermain di tingkat Asia.
Apakah strategi Asnawi menggunakan cara kuno seperti yang dilakukan menjegal Syafrizal saat Munas 2020?. Sanggupkah dia mempengaruhi petinggi ASTAF dengan mempertanyakan domisili Syafrizal dan dana sebanyak Rp 500 juta sebagai syarat kandidat ketua PB PSTI. Ingat ASTAF punya Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang tidak dapat diotak-atik.
Ini Bangkok, bung! Mata dunia melek ke sana. Trik-trik yang merusak organisasi tidak berlaku. Kongres ASTAF bakal berjalan fair tanpa adanya ancaman tukang pukul. Rupanya, kelompok Asnawi tidak kehilangan akal buat menjegal putera terbaik ranah Minang tersebut.
Dia melalui Ketua Bidang Organiasi PB PSTI melayangkan surat ke Sekjen ASTAF, guna menghabisi Syafrizal Bakhtiar di level dunia. Tanpa rasa malu, dikirimlah dua nama, Asnawi Abdul Rahman dan Hendri Zainuddin sebagai kandidatnya. Kemudian, mempertanyakan keikut sertaan Syafrizal sebagai kandidat di Kongres ASTAF.
Justru niat buruk itu bikin motivasi Syafrizal berlipat-lipat buat bertarung mendapatkan kursi Wakil Presiden ASTAF. Kebodohan mereka memimpin organisasi PSTI secara tidak langsung terbuka juga. Apakah mereka tidak tahu Syafrizal tersebut Exco di ASTAF dan anggota Komisi Doping Federasi Sepak Takraw Internasional (ISTAF) yang punya hak untuk maju sebagai kandidat.
Meski tanpa dukungan negaranya, adik mantan Ketua KONI Sumbar, Syahrial Bakhtiar tersebut tak gentar. Dia sudah mantap untuk bersaing memperebutkan kursi Wakil Presiden Federasi Sepak Takraw Asia.
Soal dukungan jangan ditanya lagi. Syafrizal dapat dukungan dari Presiden ASTAF, Dato Abdul Halim Kader asal Singapura dan General (DR) Charouck Aritachakran dari Thailand. Alasan mereka mendukung putera Minangkabau itu. Melihat reputasi Syafrizal yang konsisten mengembangkan olahraga Sepak Takraw di tanah air.
“Saya telah mendapat kepercayaan menjadi kandidat Wakil Presiden dan Bendahara ASTAF. Saya mohon doa dan dukungan dari masyarakat sepak takraw Indonesia agar bisa terpilih pada Kongres ASTAF nanti,” kata Syafrizal Bakhtiar.
Syafrial Bakhtiar dijadikan kandidat Wakil Presiden ASTAF karena kinerjanya dinilai cukup bagus. Saat ini, dia menjabat sebagai anggota Komisi Doping Federasi Sepak Takraw Internasional (ISTAF) dan anggota Komisi Disiplin ASTAF. Jika terpilih sebagai Wakil Presiden dalam Kongres nanti berarti Syafrizal Bakhtiar menjadi orang kedua dari Indonesia yang menduduki posisi Wakil Presiden ASTAF. Sebelumnya, Ketua Umum PB PSTI, Basri Sidahabi periode 2009-2013.
Meski tak dapat dukungan dari negaranya, Syafrizal menilai tidak ada pengaruh bagi dirinya. Sebab, yang menentukan bukan PB PSTI tapi negara lain yang mendukungnya pada kongres nanti. Cabang olahraga sepak takraw Indonesia saat ini sedang terkena sanksi dari ISTAF akibat “Tragedi Kuala Lumpur”. Sanksi yang dijatuhkan ISTAF kepada PSTI ini akibat dari tindakan Walk Out (WO) Tim Sepak Takraw Indonesia yang diperintahkan Asnawi pada SEA Games 2017 yang saat itu merasa dirugikan wasit.
Dizalimi Tapi Didukung 20 Pengprov PSTI
Kisah Musyawarah nasional (Munas) PSTI di Sukabumi adalah awal perseteruan Syafrizal dengan Asnawi, kemudian berlanjut ke ASTAF. Meski Syafrizal dizalami tapi dia dapat dukungan sebanyak dua puluh Pengurus Provinsi di tanah air. Bahkan, mereka menuntut KONI Pusat mencabut Surat Keputusan nomor 07/Tahun 2021.
Ketua Pengprov PSTI Jawa Barat, Sucipto, dalam surat resminya secara tegas menolak hasil Musyawarah Nasional (Munas) PSTI di Icuk Sugiarto Trainning Camp Sukabumi Jawa Barat, 27-28 Desember 2020 yang memilih Asnawi Abdul Rachman sebagai Ketua Umum PB PSTI periode 2021-2025. “Pengprov PSTI Jawa Barat meminta pencabutan dan pembatalan SK Nomor 07/Tahun 2021 yang ditetapkan tanggal 13 Januari 2021,” demikian bunyi surat tersebut.
Bahkan, sebanyak 16 pengprov melayangkan mosi tak percaya kepada kelompok Asnawi. Pasalnya dalam Munas PSTI tersebut, Asnawi Abdul Rachman terpilih secara aklamasi. Sementara calon lainnya yakni Syafrizal Bakhtiar dibatalkan pencalonannya tanpa diberi kesempatan untuk melakukan pembelaan dan pembenahan.
Presidium Peduli Sepak Takraw Indonesia meminta KONI Pusat, KOI dan Menpora untuk tidak mengakui hasil Munas PSTI di ISTC Sukabumi. Dalam surat mosi tidak percaya disebutkan, ada pelanggaran AD/ART yang terjadi dalam rangka Munas PSTI Tahun 2020. AD/ART tersebut cacat hukum karena belum pernah disahkan dalam Munas tahun 2017 dan Rakernas. Selain itu ada penambahan Pasal 38-40 tentang syarat calon ketua umum, yang belum pernah dibahas dan disahkan sebelumnya. (almadi)