Indeks
Opini  

SPFC dan Suporter Tanpa Nama

Oleh: Almadi

(Wartawan Utama)

 

Semen Padang FC sendiri lagi, tak ada suara gemuruh, bunyi terompet dan dentuman gendang di stadion Agus Salim, Padang. Selama beberapa dekade tim kebanggaan urang awak ini selalu tampil dengan dukungan suporter katanya fanatik. Sekarang mereka sudah pergi dan tinggalkan Hengki Ardiles dkk berjuang sendiri menghadapi kompetisi yang keras. Meski begitu, skuad SPFC tetap tampil spartan menghadapi tamunya Barto Putera.

Suasana stadion Agus Salim, Padang malam itu terkesan hening. Tak ada yel-yel membangkitkan semangat juang Hengki Ardiles dkk. Kondisi itu mengingatkan masa lalu, awal lahirnya klub urang awak SPFC era-80 sampai 90 an. Ketika kompetisi berjudul Galatama (Gabungan Liga Utama) tim yang ditungkangi pelatih legenda, Adnan Jamil, Jenniwardin dan Suhatman Imam. Era itu belum ada suporter. Pemain tetap tampil dengan motivasi tinggi.

Kerinduan suasana masa lalu terjemput kembali. Sayang tak ada lagi teriakan penjual limau manis. Hanya teriakan suporter sejati, Ariang yang melengking tinggi ketika wasit melakukan kesalahan. Dan tak ada lagi suara berat, Herman Lintas yang dikenal membahana dalam stadion Agus Salim. Karena beliau sudah mendahului kita.

Kisah heroik suporter Semen Padang FC baik di kandang mau pun di luar kandang sangat menarik didengar ceritanya. Malahan almarhum wartawan senior Zatako (Zainudin Tamir Koto) berdomisili di Medan, sempat dipukuli pendukung PSDS Deli Serdang hendak keluar stadion di Lubuk Pakam. Sebab almarhum yang dikenal fanatik dengan Semen Padang maklum urang Pariaman, selama pertandingan berdiri di belakang gawang Semen Padang FC. Saat serangan datang kepertahanan tim urang awak, Zatako selalu mengibas-ngibaskan tangannya. Akhirnya bola selalu keluar jika ditendang striker tuan rumah.

Penampilan almarhum Haji Zatako yang agak nyentrik rambut gondrong meski sudah ubanan ditambah pakai peci. Ini membuat pendukung PSDS marah dan menganggap Zatako adalah dukun punya kesaktian. Usai pertandingan beliau babak belur dihajar di luar stadion. Mereka kesal gara-gara Zatako timnya kalah oleh Semen Padang FC.

Itulah sekelumit cerita supoter sejati yang dimiliki SPFC datang mendukung saat kalah mau pun menang. Ketika SPFC menghadapi tamunya Barito Putera di stadion Agus Salim, Padang memang tidak bising lagi. Hanya ada beberapa suporter yang bernyanyi dengan gendang tapi terdengar sayup-sayup tak sampai. Kemudian ada lagi berada di sudut tribune terbuka bagian selatan dan utara. Mereka bernyanyi dan bertepuk-tepuk tangan saja.

Sedangkan di tribune tertutup, disamping suara meleking Ariang ditambah pula teriakan beberapa orang yang kesal terhadap kepemimpinan wasit. Mereka semua bersatu mendukung pasukan Nilmaizar yang saat ini posisinya mendekati garis merah. Mereka berteriak dan panggil Nilmaizar minta keluarkan Marcel Sacramento, karena enggan berlari dan selalu kehilangan bola.

Malahan ketika pertandingan usai suporter yang tidak punya nama itu masih duduk terpaku melihat Irsyad Maulana, Tambun Naibaho dan Agung Prasteyo jatuh terlentang menangis di tengah rumput hijau. Kesedihan mendalam terasa bagi suporter yang tak punya nama itu. Mereka ikut larut dalam duka. Tak ada umpatan. Tak ada ucapan kotor keluar dari mulutnya. Semua terdiam, ikut merasakan kesedihan pemain.

Malahan ada yang berkata, “ sudahlah masih ada pertandingan lagi. Semoga pertandingan berikutnya kita menang.” Suporter yang tak punya nama itu tampak tulus dan ikhlas atas kekalahan tersebut. Mereka menyaksikan langsung bagaimana berjibakunya Hengki Ardiles dkk berjuang merebut kemenangan. Akhirnya gagal. Kalau kecewa tentu iya. Tapi tak perlu pula mereka dihujat.

Disaat Hengki Ardiles dkk terpuruk kenapa kita pada lari meninggalkan dia berjuang sendiri. Kemana suporter dengan motto selalu mendukung disaat menang mau pun kalah. Kenyataanya. Apa!…

Apakah ketika tim ini berada dilevel atas dan selalu menang, menang dan menang baru kita dukung. Itulah sifat alamiah, ketika kita berpunya banyak yang datang mendekat dan me opok-opok. Begitu berada pada titik nadir dan tak lagi punya segala-galannya mereka pergi berlalu. Ketika kembali berjaya mereka datang dengan beribu alasan. Harusnya, disaat Hengki Ardiles dkk dalam posisi sekarat kita jangan tinggalkan mereka. Tetap dukung dan berikan motivasi. Karena suntikan motivasi itulah obat mujarab. (***)

 

Exit mobile version