PADANG – Pada 18 Maret 2018 PT Semen Padang tepat berusia 108 tahun. Dalam rentang waktu usia lebih satu abad itu, perusahaan yang pendiriannya dibidani perwira Belanda berkebangsaan Jerman, Carl Christophus Lau, telah melalui pasang surut. Kini, di usia ke-108 tahun, berbagai tantangan juga dihadapi perusahaan, dengan adanya kompetisi yang ketat dalam industri semen nasional.
Peringatan ke-108 tahun ini diperingati secara sederhana, diawali dengan upacara HUT Pendiriaan pabrik PT Semen Padang ke-108, pada Senin (19/3/2018), dan olahraga senam pagi pada Rabu (21/3/2018).
“Acara HUT kali ini kita gelar sederhana, namun tidak mengurangi makna sejarah pendirian pabrik yang telah banyak berkontribusi pada modernisasi dan industrialisasi di negeri ini,” kata Kepala Biro Humas PT Semen Padang, Nur Anita Rahmawati, Minggu (18/3/2018).
Upacara HUT Pendiriaan pabrik PT Semen Padang ke-108 akan dimeriahkan dengan pembuatan konfigurasi 108 tahun yang akan dilakukan oleh 100 peserta upacara. Sementara pada kegiatan senam pagi, akan meghhadirkan pakar kesehatan, dan juga promosi UKM dengan pendirian stand di Plaza Kantor Pusat Semen Padang.
Nur Anita menjelaskan, sejarah panjang telah dilewati PT Semen Padang. Pasang surut kinerja dan peristiwa juga telah dilalui. Perusahaan masih mampu bertahan di tengah sengitnya persaingan industri semen di Indonesia.
“Sungguh pencapaian luar biasa, PT Semen Padang masih mampu survive hingga di usianya 108 tahun. Tak banyak perusahaan di negeri ini atau di dunia yang bisa bertahan hingga satu abada lebih. Ini pantas disyukuri,” katanya.
Ia mengatakan, perkembangan dan eksistensi yang kuat ini dapat terwujud karena adanya komitmen, kerja keras seluruh karyawan/ti, dukungan dari Semen Padang Grup, semua stakeholder serta dukungan sinergi dalam Semen Indonesia Grup yang semakin solid.
Bagian Penting dari Sejarah
Wartawan senior Khairul Jasmi mencatat, sejarah keberadaan Semen Padang selama satu abad lebih telah berjalin-berkelindan dengan sejarah masyarakat Minangkabau khususnya bahkan dengan sejarah bangsa Indonesia umumnya. Pabrik ini merupakan bagian penting dari sejarah modernisasi dan industrialisasi di Indonesia, karena inilah pabrik semen dan industri besar pertama yang dibangun di Indonesia dan masih tetap eksis bahkan terus berkembang hingga seratus tahun kemudian.
Kalau saja tidak ada pabrik semen di Bukit Indarung ini, bangsa Indonesia mungkin belum akan melihat Monumen Nasional (Monas), Jembatan Semanggi, Gedung MPR/DPR di Senayan, dan Hotel Indonesia di jantung Jakarta pada awal tahun 1960-an. Mungkin pula belum ada Jembatan Ampera yang melintasi Sungai Musi yang membelah Kota Palembang hingga tahun 1970-an. Juga belum ada pabrik semen di Gresik yang bangunan gedungnya menggunakan semen produksi dalam negeri.
Maka bisalah dibayangkan, tanpa dibangunnya pabrik semen di Indarung (kini PT Semen Padang) tahun 1910, lebih seabad silam, maka dapatlah dibayangkan rakyat Indonesia dalam waktu yang lama akan tetap menjadi konsumen semen yang dibuat di negara lain.
Hari ini mungkin orang hanya akan memandang PT Semen Padang sebagai bagian ‘kecil saja’ dari industri semen nasional, karena produksinya yang sekitar 6,5 juta ton setahun Tapi seabad yang lalu, setelah dibangun tahun 1910, pabrik semen di bukit Indarung tersebut adalah segalanya bagi Indonesia yang masih bernama Hindia Belanda.
Sejak pertama dibangun, pabrik Semen Padang yang sejak awal telah menggunakan kerbau sebagai lambangnya, merupakan pabrik semen pertama di Hindia Belanda bahkan di Asia Tenggara. Status sebagai pabrik semen satu-satunya di Indonesia itu bertahan selama hampir setengah abad hingga dibangunnya pabrik semen Gresik tahun 1957.
Namun hingga satu dekade setelah pabrik semen Gresik berdiri, produksi Semen Padang masih menjadi andalan bagi pembangunan berbagai proyek penting, strategis, bahkan menjadi landmark bagi kota-kota yang menjadi lokasi bangunan tersebut. Termasuk dalam hal ini Monumen Nasional, Gedung MPR/DPR, Jembatan Semanggi, dan Hotel Indonesia di Jakarta, dan Jembatan Ampera di Palembang. Bahkan gedung-gedung pabrik dan perkantoran milik Semen Gresik pun dibangun dengan semen yang diproduksi di Indarung ini.
Arsip di Tangan Belanda
Dengan demikian besarnya peran Semen Padang di masa silam hingga kini, sejarah Semen Padang pantas dicatat dan diarsipkan dengan baik. Sayangnya, arsip-arsip itu dibawa Belanda menjelang peristiwa pengambilalihan pabrik (nasionalisasi) tahun 1958. Kini, untuk mendapatkan arsip tentang Semen Padang, harus mencarinya ke negeri Belanda.
Manajemen Semen Padang pada tahun 2009 pernah mengirim tim untuk melacak arsip-arsip tersebut, demi kepentingan pembangunan Museum Semen Indonesia, di lokasi Pabrik Indarung I. Tentunya dokumen aslinya tak mungkin diminta, yang mungkin adalah membuat reproduksinya. Hasil reproduksi arsip itu tentu bisa disimpan di PT Semen Padang sendiri dan dibuat kopiannya untuk (salah satu) perpustakaan yang ada di Sumatra Barat. Manfatnya tentu banyak: misalnya untuk memperkaya isi Museum PT Semen Padang yang diwacanakan akan dibangun, dan tentu saja tak diragukan bahwa arsip tersebut akan sangat bermanfaat pula untuk dunia akademis.
Suryadi, pengajar Universiteit Leiden, Belanda, dalam sebuah artikelnya yang dimuat di Harian Singgalang, mengungkapkan, arsip-arsip yang terkait dengan PT Semen Padang yang tersimpan di Belanda terdapat paling tidak di lima tempat, yakni di Algemeene Rijk Archief, Den Haag, di Koninklijk Instituut voor de Tropen, Amsterdam, di Gemeente Amsterdam Stadarchief, di Univrsteitsbibliotheek Tilburg, dan di Arsip keluarga Perusahaan Dagang Veth Bersaudara yang kini tersebar di tujuh daerah / kota Belanda: Sliedrecht, Papendrecht, Lekkerkerk, Schiedam, Noord-Holland, Serooskerke, dan Middleburg.
Secara umum, dengan merujuk kandungan arsip-arsip tersebut dapat diketahui tentang PT Semen Padang dari sumber pertama, khususnya pada periode antara 1907-1970, seperti statuta pendirian PT Semen Padang dengan modal awal dan pemodal utamanya, neraca keuangan perusahaan itu per tahun, nama-nama direktur dan susunan direksi perusahaan itu sejak awal berdirinya, jumlah produksinya per tahun, perusahaan pemegang hak monopoli perjualan produknya, negara-negara tujuan ekspor produknya, dan lain sebagainya.
Di kelima sumber penyimpanan tersebut tersimpan jaarverslag (laporan tahunan) PT Semen Padang yang cukup lengkap, sejak tahun 1910-1971. Setiap jaarverslag meng-informasikan perimbangan keuangan perusahaan itu dan produksinya per tahun, di samping banyak informasi lainnya mengenai perusahaan itu.
Gebroeders Veth Handelmaatschappij (Perusahaan Dagang Veth Bersaudara) merupakan pemodal pertama dan utama PT Semen Padang sejak awal berdirinya. Cikal bakal Perusahaan Dagang Veth Bersaudara didirikan di Belanda kira-kira tahun 1836 . Arsip perusahaan ini, sejak 1858-1970, kini tersimpan di Kantor Arsip Pemerintah Kota Amsterdam. Semula perusahaan ini bergerak di bidang perdagangan hasil bumi Hindia Belanda. Kemudian usahanya diperluas ke bidang pertambangan.
Di samping mengelola PT Semen Padang, Gebroeders Veth Handelmaatschappij juga mengelola Tambang Emas Salido dan Kinandam-Sumatra Mijnbouw.
Tentu dalam arsip perusahaan ini, yang mempunyai rentang waktu 112 tahun, banyak tersimpan data mengenai PT Semen Padang, khususnya data statistik mengenai ekspor dan keuangannya, mengingat bahwa sejak semula Gebroeders Veth Handelmaatschappijlah yang menguasai modal maupun produk PT Semen Padang.
Di samping arsip Perusahaan Dagang Veth Bersaudara yang kini tersimpan di Amsterdam, arsip keluarga besar pengusaha Veth yang terdapat di tujuh tempat di Belanda kemungkinan besar banyak pula menyimpan foto-foto lama menyangkut kegiatan dagang perusahaan dagang ini selama masa jayanya.
Hal ini dimungkinkan karena biasanya bangsa Belanda memiliki kesadaran yang tinggi untuk memelihara arsip keluarga. Informasi awal menunjukkan bahwa dalam arsip keluarga besar Veth tersimpan tak kurang dari 350 foto dan sketsa lama, antara lain foto-foto mengenai fasilitas PT Semen Padang, seperti foto rooteroven sepanjang 86 meter dengan kapasitas produksi 1200 drum (vaten) per hari. (*)