Prof. Syahrial Bakhtiar Tersentuh Lihat Sepatu “Cabiak” Pemain PSP

Padang-Prof. Syahrial Bakhtiar matanya terus tertuju pada seorang pemain PSP Padang U-13 Tahun. Dari puluhan anak-anak yang ikut indetifikasi bakat hanya tinggal satu yang terus lari bolak-balik saat ambil VO 2 Max, menandakan fisiknya kuat.

Namannya, Zulfan anak yatim. Dia tinggal bersama ibuknya. Sehari-hari kerja ambil cucian dari tetangga. Meski hidup di bawah pra sejahtera, Zulfan terus menuntut ilmu di sekolah MTSN Lubuk Buaya, Padang.

Zulfan adalah striker andalan PSP yang disiapkan untuk kompetisi Piala Soeratin U-13 tahun. Pada kejuaraan di Payakumbuh lalu, dia selalu cetak gol buat timnya. Dia harapan bagi klubnya untuk dapat lolos ke tingkat nasional.”Saya tahu karakternya, striker yang dingin jika berhadapan dengan pemain belakang lawan,” ujar Masril M, pelatih PSP U-13 tahun, Rabu (3/11/2021).

Namun, bocah polos itu bukanlah orang berpunya seperti teman-temannya. Setiap ikut bertanding memperkuat SSB Rifan dia selalu disubsidi oleh orang tua sahabatnya. Prestasinya yang menonjol itu membawa dia lolos seleksi di PSP Padang.”Saya melakukan seleksi tidak pandang anak siapa, kalau dinilai bagus dan punya skill tentu diambil,” sebut Masril mantan ujung tombak Semen Padang FC.

Usai indentifikasi bakat, guru besar olahraga Prof. DR. Syahrial Bakhtiar memanggil Zulfan. Sejurus kemudian, mantan ketua KONI Sumbar itu bertanya,” berapa beli sepatu kamu.”

“Tidak tahu, pak,” gelengnya.

Lama Syahrial menatap bocah ingusan itu, dari sepatu yang sudah “cabiak” sampai wajahnya yang lugu.” Apa ini sepatu bola kamu,” tanyanya lagi.

“Tidak pak, punya teman,” jawab Zulfan spontan.

Tak sanggup berkata-kata, Ketua Ikatan Sarjana Olahraga Indonesia tersebut langsung merogoh dompetnya,” nanti beli lah sepatu ya,” ucap mantan Kadispora Sumbar tersebut menyalami pemain PSP itu.

Zulfan punya cita-cita jadi pemain nasional, untuk menggapainya memang tak mudah. Selain harus kerja keras tentu didukung finansial yang cukup. Kemudian salah seorang ibuk datang menyosong dan menceritakan bagaimana pahitnya kehidupan pemain depan PSP Padang yang ditinggal bapaknya. (almadi)