Jakarta – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pada periode 2015-2019, menargetkan pembangunan 65 bendungan yang terdiri dari pembangunan 16 bendungan lanjutan dan 49 bendungan baru. Selain itu juga diprogramkan pembangunan jaringan irigasi baru seluas 1 juta hektar dan merehabilitasi 3 juta hektar irigasi yang rusak.
Pembangunan bendungan di berbagai daerah di Indonesia tersebut untuk mendukung Nawa Cita Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla mewujudkan ketahanan pangan dan air nasional.
“Tidak akan mungkin menjadi bangsa yang berdaulat di bidang pangan kalau jumlah bendungan dan saluran irigasi yang mengairi lahan-lahan pertanian kita di seluruh penjuru tanah air sangat terbatas,” kata Presiden RI Joko Widodo dalam video resmi berjudul 2 musim, 65 bendungan.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, pembangunan bendungan akan meningkatkan suplai air untuk lahan pertanian secara lebih merata dan kontinu. Dengan adanya suplai air dari bendungan, petani yang sebelumnya hanya satu kali tanam setahun, nantinya akan bisa bertambah menjadi 2-3 kali
“Saat ini dari 7,3 juta hektar lahan irigasi, hanya sekitar 11% yang mendapatkan pasokan air dari bendungan. Nantinya setelah 65 bendungan rampung, daerah irigasi yang akan dipasok airnya dari bendungan akan bertambah menjadi 19-20%,” kata Menteri Basuki beberapa waktu lalu.
Selanjutnya Menteri Basuki mengatakan program pembangunan bendungan diikuti oleh program irigasi premium yakni irigasi yang mendapat suplai air dari bendungan. Dengan demikian, bendungan yang dibangun dengan biaya mahal, dipastikan bisa mengalirkan air hingga ke sawah-sawah petani.
Pada tahun 2018, ditargetkan sembilan bendungan yang pembangunannya dimulai tahun 2015 akan rampung. Bendungan tersebut yakni Bendungan Rotiklot di NTT, Bendungan Tanju, Mila, Bintang Bano di NTB, Bendungan Gondang dan Logung di Jawa Tengah, Bendungan Sei Gong di Batam, Bendungan Sindang Heula di Banten, serta Bendungan Paselloreng di Sulawesi Selatan.
Total kapasitas tampung dari sembilan bendungan tersebut mencapai 288 juta m3. Rata-rata progres delapan bendungan tersebut sudah 80-90 persen. Untuk Bendungan Rotiklot dan Tanju sudah selesai dan tengah memasuki tahap impounding. Bendungan Raknamo di NTT dan Tanju di NTB sudah diresmikan.
“Kalau dulu sebelum ada bendungan, satu tahun hanya menanam padi sekali, karena kekeringan. Akibatnya petani tidak punya penghasilan buat makan. Kalau sekarang, ada bendungan dan irigasi, sudah bisa dua kali tanam dalam setahun,” tutur M. Solihin (31 Tahun) salah seorang petani.
Produktivitas lahan meningkat, dimana satu hektar lahan bisa mencapai kurang lebih 6-7 ton. “Saya sangat berharap pada pemerintah bangun waduk yang banyak, agar petani-petani di pelosok selain di tempat saya bisa merasakan yang sama seperti saya,” ujar Solihin. (*)