Indeks
Daerah  

PDAM PADANG KURANGI ZAT KIMIA : Tingkatkan Kualitas Air Melalui Penghijauan

Dalam waktu dekat PDAM Kota Padang Dalam akan meminimalisir penggunaan zat kimia untuk pengolahan air. Dengan mengurangi zat kimia kita akan lebih hemat dibiaya produksi hingga 30 persen. Hal itu lalu dibanrengi dengan meningkatkan kualitas air, melalui penghijauan.

Walaupun air dari sumber alam dapat diminum oleh manusia, tetapi tetap terdapat resiko bahwa air tersebut telah tercemar oleh bakteri (misalnya escherichia coli). Walaupun bakteri dapat dibunuh dengan memasak air hingga 100 °C, banyak zat berbahaya, terutama logam (contoh : besi, seng, timbal), tidak dapat dihilangkan dengan cara ini.

Namun bagi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Padang, sebagai perusahaan yang mendistribusukan air bersih pada masyarakat kota ini, tak hanya bermodal mendistribusikan air alam itu belaka. Untuk menjamin kebersihan air, bebas bau dan rasa, persusahaan ini harus menggunakan zat kimia.

Namun, ke depan, untuk meningkatkan produksi 2.400 liter/detik hingga 2020. Dalam waktu dekat, perusahaan terebut akan meminimalisir penggunaan zat kimia untuk pengolahan air.

Tentunya bagi PDAM Kota Padang, ini bukan hanya sekedar program belaka, tapi sudah menjadi program prioritas perusahaan dalam memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat Kota Padang.

Target tersebut seiring dengan kebutuhan air bersih Kota Padang dengan cakupan 80 persen. Sehingga, pelayanan air bersih sudah cukup merata.

Direktur Utama PDAM Padang, Muswendry Evites didampingi, Direktur Umum Hendra Pebrizal dan Direktur Teknik Andri Satria, pada wartawan tabloid ini, untuk air bersih sampai ke rumah pelanggan tidak hanya mengambil dan mengalirkan. Namun, harus melalui proses pembersihan. Langkah itu dilakukan di IPA. Sehingga air yang disalurkan pada masyarakat sudah layak konsumsi.

Khusus untuk IPA Sungai Latung, Lubuk Minturun Koto Tangah, kata Muswendry.   saat ini terdapat empat IPA. Semuanya memiliki kemampuan 290 liter/detik. Dari IPA ini, air yang disedot dari Sungai Latung, diolah melalui tiga tahapan.

Pertama, penampungan, Unit ini dikenal dengan istilah unit Sadap Air (Intake). Unit ini berfungsi sebagai tempat penampungan air dari sumber airnya. Kemudian, Unit Pengolahan (Water Treatment) Pada unit ini, air dari unit penampungan awal diproses.

Selanjutnya tahap Koagulasi (Coagulation) pada tahap ini, air yang berasal dari penampungan awal diproses dengan menambahkan zat kimiaTawas (alum) atau zat sejenis seperti zat garam besi (Salts Iron) atau dengan menggunakan sistem pengadukan cepat (Rapid Mixing).

Muswendry menyebut, air yang kotor atau keruh umumnya karena mengandung berbagai partikel koloid yang tidak terpengaruh gaya gravitasi sehingga tidak bisa mengendap dengan sendirinya.

Kemudian kata Muswendry menambahkan, Tahap Flokulasi (Flocculation). Proses Flokulasi adalah proses penyisihan kekeruhan air dengan cara enggumpalan partikel untuk dijadikan partikel yang lebih besar (partikel Flok). Pada tahap ini, partikel-partikel kecil yang terkandung dalam air digumpalkan menjadi partikel-partikel yang berukuran lebih besar (Flok) sehingga dapat mengendap dengan sendirinya (karena gravitasi) pada proses berikutnya.

Berikutnya adalah Tahap Pengendapan (Sedimentation) Pada tahap ini partikel-patikel flok tersebut mengendap secara alami di dasar penampungan karena massa jenisnya lebih besar dari unsur air. Kemudian air di alirkan masuk ke tahap penyaringan di Unit Filtrasi.

Lalu Tahap Penyaringan (Filtration) Pada tahap ini air disaring melewati media penyaring yang disusun dari bahan-bahan  biasanya berupa pasir dan kerikil silica. Proses ini ditujukan untuk menghilangkan bahan-bahan terlarut dan tak terlarut.

Secara umum setelah melalui proses penyaringan ini air langsung masuk ke unit Penampungan Akhir. Namun untuk meningkatkan qualitas air kadang diperlukan proses tambahan.

Proses pertukaran ion bertujuan untuk menghilangkan zat pencemar anorganik yang tidak dapat dihilangkan oleh proses filtrasi atau sedimentasi. Proses menghilangkan zar pencemar organik, senyawa penyebab rasa, bau dan warna. Biasanya dengan membubuhkan bubuk karbon aktif ke dalam air tersebut.

Kemudian, proses disinfeksi proses pembubuhan bahan kimia Chlorine yang bertujuan untuk membunuh bakteri atau mikroorganisme berbahaya yang terkandung di dalam air tersebut. Setelah masuk ke penampungan air sudah siap untuk didistribusikan ke masyarakat.

“Dengan mengurangi zat kimia kita akan lebih hemat dibiaya produksi hingga 30 persen. Langkah utama adalah meningkatkan kualitas air, melalui penghijauan,”sebutnya

Lebih jauh Muswendry menyebutkan, dalam memenuhi kebutuhan itu, PDAM Kota Padang telah mempersiapkan sejumlah pembangunan Intake dan instalasi pengolahan air (IPA). Seperti mengoperasikan 100 liter/detik pada intake Sungai Taban dan dan 50 liter/detik pada intake Gadut dengan sistem pengelolaan dari Kementrian Pekerjaan Umum.

Direktur Utama PDAM Padang, Muswendry Evites didampingi, Direktur Umum Hendra Pebrizal dan Direktur Teknik Andri Satria, pada wartawan tabloid ini, kebutuhan air bersih di kota ini akan semakin tinggi. Untuk itu pihak perusahaan harus bisa mensiasati bagaimana kebutuhan air tersebut bisa terpenuhi, terutama dengan pola pembangunan jaringan yang terukur, mengikuti arah pembangunan.

Muswendry Evites menjelaskan, saat ini kemampuan produksi PDAM Padang masih minus dibandingkan dengan kebutuhan. Rata-rata kebutuhan mencapai 1.800 liter perdetik/hari, sementara kemampuan produksi hanya berada pada angka 1.280 liter perdetik, minus 220 liter/detik. Dengan beroperasinya intake dan IPA baru, diharapkan kebutuhan tersebut dapat dipenuhi.

Ia menyebut, selama ini ada kalanya satu waktu suplay aiar terputus. Biasanya diakibatkan, gangguan teknis seperti pipa bocor atau penggantian pipa. Selain itu juga akibat bencana alam, intake tertimbun material karena banjir. Tingkat kekeruhan air sangat tinggi.

“Biasanya untuk kondisi bencana alam, kita memang hanya melakukan produksi sesuai kemampuan,” ungkapnya.

Lebih jauh Muswendry Evites mengatakan, saat ini air yang sering mati hanya pada daerah utara, pada daerah itu kemampuan IPA memang terbatas. Kebutuhan mencapai 500 liter/detik, sementara kemampuan produksi hanya 290 liter/detik ditambah IPA Batang Guo. Sementara daerah layanan mencakup dari, Koto Tangah, Siteba, Air Tawar, Tabing dan Kuranji.

“Jadi kita dapat memenuhi ketika kualitas air sedang bagus, jika tingkat kekeruhan air tinggi, kita hanya bisa produksi sampai 200 liter/detik,” sebutnya. (*)

 

Exit mobile version