Lewat Gerakan Kakak Asuh, Pembinaan Petenis Nasional Diharapkan Bangkit Kembali

Jakarta — Penggiat kompetesi tenis IMTC (Irawati Moerid Tennis Competition) mendapatkan bantuan lagi dari Gerakan Kakak Asuh (GKA) untuk pembinaan petenis muda berbakat yang membutuhkan. GKA baru-baru ini telah berhasil menggerakkan donasi untuk peserta turnament gelaran IMTC.

“Alhamdulillah keikutsertaan para petenis pada gelaran turnament IMTC baru-baru cukup ramai, semoga GKA terus berkembang dan mensupport para petenis,” kata Irawati Moerid selaku Direktur Turnament IMTC kepada wartawan media ini, Minggu (13/4/2024).

Irawati Moerid menyampaikan hadirnya GKA yang dibentuk oleh Iahman Moerid, Iswandi Ramadhan serta Yerry Pattinasarany dalam rangka donasi untuk peserta IMTC membawa warna baru sebagai pelaku philantropy di Yunior Nasional.

“Saya sangat menghargai adik-adik Yunior saya, Iahman dan Yerry. Karena mereka mantan pemain Yunior Nasional, mereka menyelami apa yang pernah mereka rasakan, karena mengerti apa yang terjadi, bahkan Iswandi Ramadhan yang sebagai penggiat tenis sosial antusias sekali dengan Gerakan Kakak Asuh ini,” jelas Irawati.

Secara terpisah Iswandi Ramadhan, yang akrab disapa Wandi mengungkapkan kepedulianya dengan menggalang donasi GKA merupakan upaya membantu mewujudkan kepribadian yang bermanfaat bagi bangsa dan negara, karena melalui olahraga tenis akan membentuk kepribadian yang kompetitif. Kepedulian sosial juga merupakan salah satu wujud penerapan sila kelima Pancasila, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

“Biasanya kepedulian sosial diwujudkan dengan berbagi makanan dengan teman, kalau kami berbagi dana untuk pembinaan cikal bakal atlet tenis nasional,” ujar Wandi, yang meski bukan mantan pemain nasional melainkan pemain tenis sosial sangat peka juga apa yang terjadi di dunia tenis yunior nasional.

Selain itu, Iswandi Ramadhan memaparkan bahwa ada 8 komunitas yang turut mengulurkan tangan dan telah bergabung dalam GKA ini.

“Para komunitas tenis sosial yang telah tergabung dalam aliansi Gerakan Kakak Asuh ada 8, yaitu ; Peramal Tennis Club, Tennis Fellas, Tennis Bestie, Tempo-Tempo Tennis, Tennis Pos, The Sunday PTAL, TSW Community bahkan club dari kota Batam, yaitu +44 Tennis Batam,” rincinya.

Lebih lanjut dikatakannya, “Kita memiliki visi yang sama, pengumpulan dana ini selalu di laporkan secara transparan dan berkesinambungan kepada komunitas yang telah bergabung di GKA, yang diperuntukan bagi adik-adik asuh yang kurang biaya pendaftaran. Kami baru membuat Instragramnya di gerakan kakak asuh” bebernya.

Sementara itu Iahman Moerid sebagai inisiator GKA menjelaskan bahwa insan sosial pencinta tenis sudah saatnya bahu membahu membantu adik-adik berprestasi yang terhambat dana, karena mereka punya mimpi yang akan mengharumkan nama bangsa jika menjadi pemain yang diutus negara di multi event nantinya.

“Saya ingin ada dampak positif untuk yunior nasional dari cakupan paguyuban tenis sosial GKA, semoga banyak komunitas yang mau bergabung di GKA nantinya jika dana terkumpul banyak kedepannya kita support adik-adik berprestasi tapi kekurangan biaya,” katanya.

Perlu diketahui, lanjutnya, pesertanya gelaran IMTC biasanya itu-itu saja, namun dengan adakan GKA pesertanya semakin bertambah karena adanya support.

“Karena sekarang masih sangat terbatas jumlah donasi kami maka kami baru sanggup membiayai peserta di IMTC yang sudah hafal siapa saja yang memerlukan dana tersebut,” ujarnya.

Menurut Iahman Moerid, cita-cita paguyuban GKA ingin menssupport ke para penyelenggara pertandingan yunior lainnya, jika memiliki banyak dana nantinya.

“Kami ingin melihat senyum dan spirit mereka ternyata bahwa masih ada secercah harapan dari kami semua, semoga upaya kami di aminkan oleh semua di insan komunitas. Saya harap kita bisa up-level tidak sebatas tenis sosial semata tapi bisa punya value lebih yaitu ke jenjang tenis sosial untuk yunior nasional juga” pungkasnya.

Disisi lain Yerry Patinasarany yang sesama mantan pemain yunior nasional seangkatan dengan Iahman Moerid mengungkapkan bahwa dirinya mengetahui betul pengalaman apa yang terjadi ketika mereka masih aktif di yunior.

“Saatnya yunior nasional bangkit kembali! Itu yang saya harapkan. Zaman kami dulu drawing peserta bisa 64 peserta babak utama, belum lagi kualifikasi, itu baru di nomor putra dan di salah satu kelompok umur (KU). Dulu banyak sekali pemain berbakat, namun berhenti di tengah jalan karena tidak kuat dari segi biaya mengikuti pertandingan kesana kemari, otomatis ranking-nya turun, bahkan hilang rangking-nya,” kenangnya.

Dikatakannya, dirinya menyayangkan sekali, mereka telah korbankan biaya mengikuti turnamen dan waktu di pertandingan, itu belum dihitung waktu dan biaya. Sementara latihan seminggu bisa 5 hari, ada yang pagi dan sore, bisa dibayangkan keluarga yang biasa saja keluar uang untuk peralatan dan perlengkapan tenis dari raket, sepatu, pakaian senar jika putus, masuk tennis camp latihan.

“Biaya pelatih private dan pelatih fisik pun hanya pemain dari keluarga yang punya uang saja. ini selalu jadi problema klasik” jelas Yerry yang merupakan anak dari Ronny Pattinasarany, icon sepak bola Indonesia pada masanya.

Karenanya, Yerry mengajak teman-temanya yang memiliki klub tenis sosial, “Kita mencintai tenis di dunia sosial semoga kita juga mencintai dunia tenis yunior berprestasi yang memiliki keterbatasan dana juga” paparnya via ponselnya. (mardi)