Sumbar  

Kuliah Umum di Unand, Hasto Kristiyanto Tantang Unand Tuan Rumah Conferensi Mahasiswa Asia-Afrika 2024

PADANG- Universitas Andalas (Unand) Padang, Sumatera Barat menghadirkan Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Hasto Kristiyanto sebagai pembicara dalam kuliah umum tentang Tantangan Geopolitik Mewujudkan Indonesia Emas 2045.

Rektor Unand,  Prof Yuliandri, dalam sambutanya menceritakan sejarah pendirian Unand yang diresmikan oleh Wakil Presiden Pertama RI Moh. Hatta.

“Sosok Bung Hatta sebagai seoramg nasionalis yang kemudian beliau menyampaikan bahwa sebelum saya mendirikan Unand, lebih dulu mendirikan Universitas Hasanuddin. Bung Hatta ini sosok nasionalisme di tokoh kita yang dwitunggal bersama Bung Karno,” kata Prof Yuliandri.

Ia lalu menceritakan capaian-capaian Unand hingga saat ini, baik secara nasional maupun internasional. Dijelaskannya juga bahwa Unand menyasar expertise di bidang riset. “Unand kami ambil sebagai research university. Saya selalu menekankan kepada semua sivitas akademika kita bahwa Unand adalah universitas riset,” ujar Prof Yuliandri.

Prof  Yuliandri juga secara khusus memberikan penjelasan mengenai kontribusi Presiden Kelima RI Prof Dr.(HC) Megawati Soekarnoputri untuk Unand.

Diantaranya adalah memberikan bantuan penelitian, kepada dosen untuk penelitian bahan alam, dan sampai saat ini terus dikembangkan.

Kedua, kontribusi Megawati yang meresmikan Pusat Kegiatan Mahasiswa Unand. Ketiga, memberikan bantuan Mobil Bus Kampus untuk mendukung transportasi bagi civitas akademika Unand.

“Dan alhamdulilah dalam kapasitas beliau sebagai Dewan Pengarah BRIN, UNAND juga mendapat kesempatan kerjasama penelitian dengan BRIN, untuk mendukung pusat studi serta riset bagi dosen Unand,” kata Yuliandri.

“Harapan Unand, ke depan kampus kami dapat dijadikan sentra penelitian bagi pengembangan Wawasan Kebangsaan, terutama dalam mengembangkan berbagai konsep untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045.

Di hadapan Hasto, Prof Yuliandri juga menyebutkan bahwa Unand adalah kampus yang sudah terakreditasi A sejak tahun 2014 dari BAN PT dan sekarang terakreditasi unggul serta berada pada rangking 7 dari 4527 PTN/PTS se-Indonesia.

Gubernur Sumbar Mahyeldi menjelaskan bahwa saat ini Indonesia membutuhkan keteladanan-keteladanan dari para pemimpin masa lalu. Contoh terutama adalah Proklamator RI Bung Karno-Bung Hatta.

“Maka marilah melihat dan belajar dari pemimpin kita di masa lalu. Bagaimana negara Indonesia yang besar, luas dan heterogen, dapat terjaga dengan baik dalam kerangka NKRI,” kata Mahyeldi.

Sementara itu, Hasto Kristiyanto dalam kuliah umum tersebut mengajak agar para mahasiswa Unand meneladani dan menghidupi jiwa kepemimpinan negarawan para pendiri bangsa, yang mayoritas berasal dari Sumbar.

Dia juga menantang para mahasiswa Unand untuk berani melaksanakan Konferensi Mahasiswa Asia-Afrika, seperti pernah dilaksanakan oleh para mahasiswa Indonesia pada tahun 1956 dengan mendatangkan peserta dari 29 negara.

“Kita lihat dari jumlah penduduknya, tetapi kita bandingkan dengan para tokoh yang lahir di ranah Minang ini, maka Sumatera Barat ini memegang rekor tertinggi jumlah pahlawan nasional, kepemimpinan negarawan yang terbanyak,” kata Hasto.

Bagi Hasto, hal itu menjadi sebuah inspirasi sekaligus pengingat kepada mahasiswa Unand agar merawat nilai-nilai kebangsaan dan sekaligus menyiapkan jalan masa depan untuk Indonesia Emas tahun 2045.

“Berbicara tentang geopolitik Soekarno dan Geopolitik Bung Hatta, syarat yang terpenting bagi teman-teman semua adalah jadilah pemimpin negarawan. Semoga dari mahasiswa Andalas ini akan lahir Soekarno baru, Bung Hatta Baru, Tan Malaka yang baru, KH Agus Salim, Syahrir, Natsir, Prof Muhammad Yamin yang baru,” katanya.

Hasto lalu membeberkan teori geopolitik Soekarno yang menjadi hasil studi disertasinya di Universitas Pertahanan (Unhan).

Disampaikannya bahwa teori itu didasari oleh Pancasila sebagai ideologi geopolitik dunia.

Diuraikannya secara panjang lebar mengenai peristiwa-peristiwa dunia yang menyangkut Indonesia, yang terkait dengan teori itu.

Termasuk soal pelaksanaan Konferensi Asia Afrika dan Konferensi Gerakan Non Blok, konstelasi Perang Dingin serta kaitannya dengan Indonesia, Konfrontasi Malaysia, pembebasan Irian Barat, kemerdekaan bangsa Asia dan Afrika karena campur tangan Indonesia, dan lain-lain.(Naldi)