Padang – Kredit bermasalah untuk sektor ekonomi menengah sangat tinggi. Betapa tidak, kredit bermasalah tersebut mencapai 12 persen. Sektor perkebunan sawit menjadi sektor paling tinggi dalam mencetak angka kredit bermasalah kali ini di Sumatera Barat.
Kepala Bank Indonesia (BI) Wilayah Sumbar Puji Atmoko dalam kegiatan silaturahmi bersama wartawan Rabu (7/9) mengatakan, dilihat dari sektornya di ekonomi menengah ini, Sumbar paling banyak sektor komoditas sawit.
Perlambatan ekonomi hingga terjadinya kredit bermasalah diakui Puji karena ekspor Sumbar di bidang kelapa sawit berbasis komoditas primer belum olahan tersendat. Begitu harga minyak dunia turun, dapat mempengaruhi harga sawit.
Puji Atmoko pun juga menyampaikan upaya membantu memperbaiki angka NPL sektor perbankan ini agak susah sebenarnya. Karena debitur pas mengajukan kredit memberikan data bagus semua. Sudah jalan kreditnya,baru tampak kualitas debitur tersebut.
Namun demikian dikatakan Puji,kunci utama agar debitur bisa ditolong dari kredit bermasalah ini, sehingga usahanya tidak bangkrut, tentu debitur harus komunikatif kepada pihak bank.
“Debitur ini bisa dibantu dengan reschedule kredit, restructuring kredit, dan hal lainnya. Kuncinya debitur harus terbuka kepada pihak bank. Kesulitan bank selama ini karena debitur susah dihubungi dan lari dari masalah,”ucap Puji.
Bank Indonesia pun ditegaskan Puji tak mungkin memberikan pengampunan kredit kepada debitur bermasalah. Karena kewajiban mereka memang harus membayar pinjaman tersebut.