Painan — Ketua Bundo Kanduang Kabupaten Pesisir Selatan, Yunidarmi, S.Pd, pada Selasa (27/5/2025) menyatakan keprihatinan dan rasa mirisnya terhadap perilaku para biduanita yang berpakaian seronok saat menghadiri acara organ tunggal dalam sebuah baralek di Kapuh, Kecamatan Koto XI Tarusan, baru-baru ini.
Ketua Bundo Kanduang Pessel menilai kejadian tersebut tidak hanya mencoreng nilai-nilai adat dan budaya Minangkabau, tetapi juga mencerminkan lunturnya peran penting tokoh adat di tengah masyarakat.
“Saya merasa sedih, miris, dan malu. Seperti pepatah Minang mengatakan, jalan lah dialiah urang lalu, cupak dialiah urang panggaleh. Ini menandakan bahwa adat kita mulai tergerus. Maka dari itu, sangat penting untuk kembali mengaktifkan peran ninik mamak dan bundo kanduang di nagari,” ujar Yunidarmi yang akrab disapa
Bundo Yun saat diminta komentarnya oleh wartawan di Painan, Selasa sore (27/5).
Menanggapi peristiwa yang menjadi perbincangan hangat di media sosial itu, tokoh senior wartawana Pessel, Drs. Damyursal, juga menilai bahwa lemahnya peran wali nagari, ninik mamak, dan ulama dalam menjalankan fungsi sosial dan adat berkontribusi besar terhadap terjadinya kemungkaran di tengah masyarakat.
“Peran tigo tungku sajarangan tidak berjalan maksimal di nagari tersebut. Ini yang membuat hal-hal seperti ini seolah menjadi biasa saja. Kita perlu mencari tahu apa penyebab komunikasi antara tiga pilar adat ini tidak berjalan sebagaimana mestinya,” kata Damyursal.
Kejadian ini menjadi cerminan penting bagi seluruh elemen masyarakat Minangkabau untuk kembali memperkuat sinergi adat, agama, dan pemerintahan dalam menjaga marwah nagari dan adat yang telah diwariskan secara turun-temurun. (Agusmardi)