PADANG – Merespons informasi dari masyarakat terkait penutupan salah satu aliran sungai Baringin yang mengalir Gurun Kudu, Koto Lalang Padang, Kepala Badan Penanggulangan Bencana daerah (BPBD) Kota Padang Edi Hasymi mengaku akan mengecek ke lokasi.
“Dalam waktu dekat akan saya cek. Inikan laporan dari masyarakat yang masuk, termasuk informasi dari kawan-kawan media. Jadi, saya belum bisa pastikan apakah memang luapan air di sungai Baringin itu disebabkan karena ditutupnya aliran DAS yang ada di atas sungai tersebut,” katanya, ketika dihubungi baru-baru ini.
Edi Hasymi menyatakan, jika nantinya DAS yang ditutup itu memang menjadi penyebab Sungai Baringin selalu meluap ketika curah hujan tinggi dengan durasi di atas dua jam lamanya, maka tentu akan ada tindakan selanjutnya. Namun, ia belum bisa menjelaskan tindakan seperti apa.
“Yang jelas kami cek dulu bagaimana kondisi DAS di dekat Sungai Baringin yang ditutup itu. Tapi sepertinya, bisa jadi itu yang menjadi penyebab, karena sepanjang aliran Lubuk Peraku, di Sungai Baringin yang meluap, sedangkan di tempat lain tidak,” imbuhnya.
Di aliran Batang Kuranji misalnya, mantan Kepala Bapedalda Kota Padang itu menyebut tak ada sungai yang meluap, namun debit air diakuinya juga meningkat. Penyebabnya juga sama, yaitu tingginya curah hujan, termasuk di hulu sungai.
“Ini anehnya, hujan merata dengan itensitas yang sama, tapi yang parah itu di Sungai Baringin. Kalau kawasan DAS lain seperti Batang Kuranji tidak ada, kecuali banjir.
Dari penelusuran wartawan media ini, aliran sungai ke Gurun Kudu yang ditutup berada sekitar 400 meter sebelum proyek jembatan Beringin yang diterjang banjir. Aliran sungai ke Kudu yang ditutup itu memiliki lebar sekitar 15-20 meter. Sebagian badan sungai sudah dimanfaatkan masyarakat untuk areal pertanian.
Seperti diketahui, pada Jumat (2/11/2018) curah hujan yang tinggi telah mengakibatkan banjir di sejumlah titik di Kota Padang. Di kawasan Beringin, banjir menghancurkan proyek jembatan senilai Rp 8 miliar lebih yang tengah dibangun, dan satu jembatan gantung senilai Rp400 juta. (*)