Jakarta—Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memprioritaskan pembangunan infrastruktur air bersih dan sanitasi untuk mendukung peningkatan kualitas hidup masyarakat di Kabupaten Asmat, Provinsi Papua. Ketersediaan infrastruktur perlu diikuti peningkatan pengetahuan dan perubahan prilaku hidup sehat untuk mencegah terjadinya kembali wabah campak dan gizi buruk yang telah mengakibatkan korban jiwa terutama anak-anak.
Tim Kementerian PUPR yang dipimpin oleh Dirjen Bina Marga Arie Setiadi Moerwanto, pada tanggal 1-4 Februari 2018 mengunjungi 6 Distrik di Kabupaten Asmat yakni Agats, Atsj, Auyu, Pantai Kasuari, Der Koumur dan Fayit untuk mengetahui kondisi kondisi lapangan secara langsung, sehingga bisa mengambil langkah yang tepat untuk membangun infrastruktur yang sesuai dengan kondisi di daerah Asmat.
“Yang mendesak adalah infrastruktur air minum dan sanitasi. Memang ada tingkat kemahalan di Papua, minimal tiga kali lipat dibandingkan dengan membangun ditempat lain, namun harus kita bangun. Seminggu ini kita kosolidasikan semua. Desainnya akan dilakukan oleh Balitbang PUPR dan minggu depan sudah dilakukan mobilisasi peralatan,” kata Dirjen Bina Marga Arie Setiadi Moerwanto pada jumpa pers di Jakarta, Kamis (8/2/2018). Turut hadir sebagai narasumber Direktur Keterpaduan Infrastruktur Permukiman, Ditjen Cipta Karya Dwityo Akoro Soeranto.
Arie menambahkan Kabupaten Asmat yang memiliki 23 distrik, kondisi geografisnya sebagian besar merupakan tanah rawa pasang surut sehingga sulit untuk mendapatkan air bersih. “Di sana sulit dapat air, karena endapan sedimennya rata-rata 200 meter. Sumur bor ada tetapi airnya payau,”kata Arie.
Di Distrik Agats sebagai ibukota Kabupaten Asmat terdapat instalasi pengolahan air (IPA) dengan kapasitas 10 liter/detik. Kapasitas tersebut juga masih kurang karena hanya bisa memenuhi sepertiga penduduk Agats yang berjumlah sekitar 30 ribu jiwa dan air yang dihasilkan masih berwarna coklat. “Untuk itu tahun ini kita akan bangun IPA baru dilengkapi teknologi agar air yang dihasilkan tidak lagi berwarna coklat,” kata Arie.
Untuk mengatasi kesulitan air bersih, Kementerian PUPR juga akan membuat penampungan air hujan yang bisa dimanfaatkan saat musim kemarau. “Curah hujannya sangat tinggi dan menjadi sumber air bersih utama. Namun tantangannya, air hujan miskin kandungan mineralnya,” kata Arie.
Oleh karenanya, perbaikan instalasi pengolahan air (IPA) seperti pipa bocor atau pompa yang rusak akan dilakukan. Kemudian penambahan pipa untuk memperluas layanan sesuai dengan kapasitas IPA, dan membangun IPA baru bagi daerah yang memiliki sumber air baku.
Pembangunan IPA dan sanitasi dilakukan melalui program penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat (Pamsimas). “Pada setiap distrik paling tidak ada 3 desa yang menjadi lokasi Pamsimas. Kapasitas IPA tidak besar yakni 1 liter/detik tapi bisa untuk memenuhi kebutuhan 500 orang. Cukup untuk satu desa. Namun aspek pemeliharaannya juga perlu diperhatikan,” kata Dwityo Akoro Soeranto.
Pamsimas melibatkan masyarakat sejak mulai perencanaan dan akan didampingi oleh tenaga pendamping berpengalaman yang akan tinggal di lokasi selama 1 tahun untuk mengajarkan masyarakat mulai dari perencanaan, operasional dan pemeliharaannya.
Direktur Keterpaduan Infrastruktur Permukiman Kementerian PUPR, Dwityo Akoro Soeranto menambahkan bahwa rumah-rumah di sana belum memiliki fasilitas untuk buang air besar, sehingga masalah ini juga turut membuat hidup masyarakat di sana kurang sehat.
Melalui Pamsimas, akan dibangun MCK komunal pasang surut dengan media menggunakan botol air mineral yang dicacah dan ditambahkan bakteri pengurai. Kementerian PUPR telah memiliki modul septik tank dengan umur fungsi selama 2 tahun dan minim perawatan. Bila sudah mencapai umur fungsinya akan diganti dengan modul baru.
Pemasangannya akan melibatkan masyarakat melalui program padat karya. Selain di perumahan warga, MCK komunal juga akan dipasang di Puskesmas dan sekolah.
Kementerian PUPR pada tahun 2018, memberikan bantuan stimulan rumah swadaya bagi 1.000 unit rumah sehingga menjadi rumah yang layak huni dan membangun Rumah Khusus di Kampung Syuru, Distrik Agats, sebanyak 150 Unit.
Karena daerah rawa, jalan lingkungan berupa jalan panggung dari kayu yang sudah banyak lapuk. Perbaikan jalan desa akan dilakukan menggunakan semen karena kayu sulit didapat didaerah tersebut. Sementara untuk melintasi sungai besar akan dibangun jembatan gantung di Distrik Pantai Kasuari dan Der Koumur. (*)