Joki Tanpa Kuda

Catatan Almadi:

Joki tanpa Kuda apa kata dunia. Kuda tanpa Joki tak ada masalah. Kuda bisa berpacu atau berlari meski tanpa Joki. Dalam arena pacuan, jika Kuda berhasil dapat gelar juara, sang Kuda dielu-elukan sedangkan Joki hanya berlalu mencari secangkir kopi pahit.

Itulah dunia olahraga Berkuda. Kuda yang dinilai jagoan selalu dipuja- puji dan harganya bernilai tinggi. Sedangkan Jokinya dianggap biasa saja. Sebab, yang berlari adalah Kuda bukan Joki. Jadi wajar penikmat olahraga ini mengistimewakan Kuda bukan Jokinya. Namun demikian, Kuda dan Joki saling membutuhkan, ibarat satu tim kerjasama keduanya sangat diperlukan.

Di ranah Minang siapa yang tak kenal dengan legenda Silunak seorang Joki  berbadan munggil tiap ikuti ivent terus juara di daerah ini. Sekarang beliau tak terdengar lagi keberadaanya. Siapa legenda ini yang tahu hanya penggemar olahraga berkuda. Masyarakat awam mana kenal sama dia. Silunak pernah cerita untuk jadi Joki hebat tak mudah, dia tidak ingat berapa kali jatuh diinjak sampai patah kakinya oleh Kuda tunggangannya.” Kalau masalah cedera diinjak Kuda tak terhitung lagi. Ini resiko saya sebagai Joki,”ucapnya beberapa tahun lalu di Bukit Ambancang, Bukittinggi.

Untuk menghadapi Pekan Olahraga Nasional (PON)  Jabar, cabang olahraga berkuda Sumbar memiliki Kuda andalan. Dalam beberapa kali Kejurnas selalu meraih medali dan Tropy. Prestasi yang diukir Kuda yang dimilki Handrianto ini menambah asa bagi kontingen urang awak mendapuk medali emas.  Wajar pengurus Pordasi Sumbar optimis cabang olahraganya bakal mendulang medali PON. Ini berkaca dari hasil Kejurnas yang diikuti.

Tapi sekarang muncul masalah, dalam pembagian dana pembinaan KONI Sumbar dan uang saku atlet cabang olahraga berkuda dapat jatah sama dengan cabang olahraga lain yaitu, Rp 75 ribu perhari. Padahal cabang berkuda itu spesifik tak bisa disama ratakan kebutuhannya. Taroklah untuk Joki dapat bantuan sama dengan atlet lain. Sedangkan Kuda bagaimana nasibnya?

Apakah Kuda tidak perlu asupan gizi, apakah Kuda hanya disuruh berlari saja cukup dikasih rumput tanpa vitamin. Bagaimana Kuda bisa dipacu jika kondisinya tidak fit. Jika pengurus KONI hanya memikirkan Joki, jangan harap cabang ini bakal meraih medali.

Karena Kuda perlu juga asupan gizi tidak hanya disungkahi rumput. Makanya, cabor berkuda tidak sembarangan orang yang mengelolanya. Rata-rata mereka pengusaha kelas atas,  bukan orang kaya baru atau baru jadi pengusaha.

Seandainya, menjelang PON pengurus KONI hanya Joki saja yang diutamakan, tanpa memperhatikan nasib Kuda. Suruh saja Joki berlari tanpa Kuda….hehehe. (***)