Jakarta – Jembatan Gantung yang telah dibangun oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Selain menjadi akses penghubung antardesa, jembatan gantung juga menggerakkan ekonomi perdesaan dan menjadi objek wisata desa.
Pembangunan jembatan gantung merupakan salah satu implementasi Nawacita ketiga Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla, yakni membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. Jembatan gantung sangat membantu masyarakat karena geografis wilayah Indonesia yang memiliki banyak gunung, lembah dan sungai. Secara fisik, kondisi ini terkadang memisahkan lokasi tempat tinggal penduduk dengan berbagai fasilitas pelayanan publik seperti sekolah, pasar, dan kantor pemerintahan.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menjelaskan bahwa kehadiran jembatan gantung disambut baik oleh masyarakat karena manfaatnya nyata. “Jembatan gantung sangat dibutuhkan dan kehadirannya disambut baik oleh masyarakat karena manfaatnya nyata. Ini untuk menggantikan yang _Indiana Jones_,” kata Menteri Basuki.
Untuk itu, Kementerian PUPR menargetkan membangun 300 jembatan gantung yakni tahun 2018, sebanyak 134 buah
dan tahun 2019 sebanyak 166 buah. Salah satunya adalah Jembatan Gantung Sudisari I yang berlokasi di Kabupaten Magelang. Kehadiran jembatan ini sangat dirasakan manfaatnya.
Para pelajar kini tidak perlu memutar jalan sejauh 5 Km untuk berangkat ke sekolah, kini hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit. Sebelumnya, Jembatan Sudisari I merupakan jembatan lama yang terputus karena lahar dingin dari Kali Pabelan dan Kali Putih pada saat Erupsi Gunung Merapi tahun 2010 silam.
Jembatan yang memiliki panjang 60 meter dengan lebar 1,7 meter ini menghubungkan Dusun Sudimoro, Desa Adikarto dengan Dusun Mariban, Desa Progowati di Kabupaten Magelang. Selain pelajar, jembatan juga dirasakan betul manfaatnya oleh warga yang biasa menjual barang dagangan ke pasar atau hendak pergi ke ladang.
Jembatan gantung lainnya di Kabupaten Magelang adalah Jembatan Mangunsuko yang kini menjadi lokasi favorit untuk swafoto sejak diresmikan Presiden Joko Widodo pada tahun 2017 lalu. Ditambah dengan adanya air terjun di sisi jembatan yang mengalir dari bangunan Sabo yang berfungsi sebagai pengendali lahar dingin pada saat terjadi letusan gunung berapi. Jembatan yang memiliki panjang 120 meter dan menghubungkan Dusun Grogol Desa Mangunsuko dengan Dusun Tutup Desa Sumber.
Kementerian PUPR melalui Ditjen Bina Marga tidak hanya membangun jembatan yang putus namun juga memperbaiki jembatan yang sudah tidak layak dan aman seperti Jembatan Tempak di Kabupaten Magelang. “Jembatan Tempak kita bangun kembali lebih lebar, yakni dari semula 1 meter menjadi 2,66 meter dengan umur jembatan 50 tahun. Setiap tahunnya juga kita lakukan pengecekan,” kata Kepala BBPJN VII Jawa Tengah Ditjen Bina Marga Akhmad Cahyadi.
Akhmad menambahkan, pembangunan jembatan juga melibatkan masyarakat lokal. Selain untuk pemberdayaan masyarakat, diharapkan masyarakat dapat mempunyai rasa memiliki dan menjaga kondisi jembatan yang ditargetkan rampung Desember 2018. (*)