Surabaya – Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Jawa Timur hanya akan memberangkatkan atlet ke PON 2020 di Provinsi Papua, finalis masing-masing cabang olahraga di Kejuaraan nasional (Kejurnas) Pra PON 2019.
Alasannya adalah karena biaya keberangkatan atlet ke Papua sangat mahal, mencapai empat kali lebih besar di banding PON 2016, sehingga KONI tak mampu mengeluarkan biaya yang besar tersebut.
“Jika saja diambil patokan yang lolos ke PON 2020 adalah yang berangkat ke PON 2016 lalu sebanyak 1200 orang, maka KONI Jatim harus menyediakan uang Rp 1.2 triliun lebih,” Kata Ketua KONI Jatim Erlangga Satriagung ketika berbincang bincang dengan Ketua KONI Sumbar Syaiful, Ketua SIWO PWI Ari Wangsa, dan Kadispora Jatim Supratomo Jumat (8/2/2019).
Pada PON 2016 lalu, Jatim memberangkatkan 750 lebih atlet serta 400 lebih pelatih dan ofisial, dengan jumlah kontingen mencapai 1200 orang, dengan kategori atlet lolos PON minimal delapan besar.
“Kalau pakai sistem lama dengan atlet dan ofisial yang banyak, KONI Jatim tak akan sanggup. Kami memperkirakan atlet yang lolos ke PON 2020 besok berkisar 300 sampai 400 orang,”katanya.
Ia pun mengaku kaget dengan sistem Sumatera Barat yang memberangkatkan atlet ke Papua adalah atlet yang lolos empat besar di Kejurnas Pra PON.
“Benar Sumbar berangkatkan atlet posisi empat besar. Banyak dong uang Sumbar,” Celutuknya sambil bertanya.
Ketua KONI Sumbar Syaiful mengakui, aturan KONI Sumbar memberangkatkan atlet menuju PON 2020, empat besar Kejurnas Pra PON dan finalis Porwil Sumatera.
“Kondisi atlet Sumbar beda lah sama Jatim. Jatim punya atlet potensial banyak, sementara Sumbar punya atlet potensial terbatas. Namun atlet Sumbar memiliki semangat juang yang tinggi,” Ungkap Syaiful.(ridho)