Sumbar  

Ibadah Puasa Mengangkat Derajat Menuju Taqwa Oleh : Irwan Basir Dt Rj Alam SH.MM (Ketua DPD LPM Kota Padang)

Pada hakekatnya, berpuasa banyak mengandung hikmah dan pelajaran hidup bagi umat muslim. Puasa tidak hanya melatih kesabaran dalam menahan hawa nafsu, tapi juga melatih sifat jujur manusia itu sendiri.

Di bulan-bulan biasa selain dari bulan Ramadhan, segala sesuatu yang halal dimakan di siang hari, di bulan Ramadhan kita dilarang memakannya sebelum waktu berbuka tiba. Ini adalah satu bentuk ujian kesabaran terhadap rutinitas kita makan dan minum di siang hari yang harus ditahan di bulan Ramadan. Selain itu kita juga harus bisa menahan segala emosi dan kemarahan karena itu dapat membatalkan nilai puasa. Disamping melatih kesabaran, puasa juga mendidik kita untuk berperilaku jujur. Ibadah puasa adalah ibadah antara kita dengan Allah SWT.

Apabila kita tidak berpuasa, orang lain bisa kita bohongi, keluarga bisa didustakan dan mereka tidak akan pernah tahu, tapi tidak dengan Allah. Allah Maha Tahu dengan kebohongan itu. Itulah sebabnya, puasa menjadi suatu ibadah yang rahasia. Dan nilainya amat tinggi dihadapan Allah. Kita shallat, kita berzakat, kita berhaji, semua amalan itu kembali kepada kita. Tapi puasa adalah untuk Allah. Dan Allah pun telah membalasnya dengan titel taqwa bagi hambanya yang ikhlas dalam melaksanakannya.

Taqwa adalah predikat yang paling tinggi di sisi Allah SWT. Dan itu bisa didapatkan oleh orang yang menjalankan ibadah puasa. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al-Baqarah 183 yang artinya : Hai orang-orang beriman. Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa kepada Allah SWT. tidak begitu saja memberikan derajat taqwa kepada kita tanpa sebelumnya harus diuji dengan kesabaran dalam menahan hawa nafsu. Puasa bukan saja menahan rasa haus dan lapar, tapi lebih dari itu puasa mendidik kita belajar menahan segala yang membatalkan puasa. Jika kita bisa melalui ini, barulah titel taqwa dapat kita raih.

Kemudian, Ayat ke-177 Surat Al Baqarah merinci setidaknya 17 ciri orang yang bertaqwa. Lima yang pertama adalah aspek keyakinan atau aqidah (Beriman kepada Allah SWT, Hari Kiamat, Malaikat-malaikat, Kitab-kitab, Nabi-nabi). Empat lainnya amalan fardhiyah (sholat, sabar dalam penderitaan, sabar dalam peperangan). Sedangkan 8 berikutnya berupa amalan sosial. Yakni,(berinfak kepada kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir, peminta-minta, hamba sahaya, menunaikan zakat dan menepati janji.

Ketaqwaan yang dinyatakan dalam bentuk amal perbuatan jasmaniah yang dapat disaksikan secara lahiriah merupakan perwujudan keimanan seseorang kepada Allah SWT. Iman yang terdapat di dalam dada diwujudkan dalam bentuk amal perbuatan jasmaniah. Oleh sebab itu, kata taqwa di dalam Al-Quran sering dihubungkan dengan kata iman. Orang-orang yang bertaqwa diberi berbagai kelebihan oleh Allah SWT, tidak hanya ketika mereka di akhirat nanti, tetapi juga ketika mereka berada di dunia ini. Setiap kesulitan yang dihadapinya akan dimudahkan segala urusannya, dilimpahkan kepadanya berkah dari langit dan bumi, dianugerahi petunjuk untuk dapat membedakan mana yang hak dan mana yang batil dan diampuni segala kesalahannya dan dihapus segala dosanya.

Salah satu hikmah dibulan suci ramadhan adalah dapat meningkatkan ketaqwaan seorang hamba kepada Allah SWT. Menjalankan ibadah puasa adalah hal yang wajib, seperti yang tertera dalam ayat Al-Quran berikut ini.

Hikmah puasa di bulan suci Ramadhan tersebut agar umat muslim dapat menggapai derajat taqwa yang mulia. Ketika melaksanakan ibadah puasa, berarti umat Islam telah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi setiap larangan-Nya. Hal ini adalah pengertian taqwa. Bentuk taqwa dalam ibadah puasa dapat dilihat dari hal-hal berikut.

Orang yang melaksanakan ibadah puasa akan meninggalkan setiap larangan seperti makan, minum, berjima dengan istri dan sebagainya. Berpuasa di bulan suci ramadhan berarti mengontrol hawa nafsunya, sesuai dengan perintah Allah SWT. Hal ini dilakukan demi mendekatkan diri pada Allah SWT dan mendapatkan pahala dari-Nya.

Orang yang melaksanakan ibadah puasa sebenarnya mampu untuk melakukan segala kesenangan duniawi yang dilarang selama sedang puasa. Namun, karena menyadari bahwa Allah Maha Mengetahui, maka ia menekan segala keinginan itu secara sadar dan ikhlas.

Orang yang melaksanakan ibadah puasa juga akan merasa senang melakukan berbagai amalan yang menunjukkan ketaatan. Dan ketaatan adalah jalan menggapai taqwa.

Pada masa nabi Sulaiman As. diceritakan sebuah kisah di mana Allah SWT. menaikkan derajat ulat, dari makhluk terhina dan menjijikan, hidup dan berkembang di tempat yang busuk dan berbau, tapi saat ulat melakukan puasa karena Allah SWT. derajatnya pun diangkat menjadi makhluk yang indah dengan menjadi kupu-kupu. Jadi kupu-kupu itu adalah berasal dari ulat yang berpuasa digulungan daun berubah wujud menjadi kepompong dan larva sampai menjadi kupu-kupu. Ulat berpuasa berhari-hari tidak makan dan tidak minum, sehingga Allah SWT menaikkan derajatnya menjadi kupu-kupu yang banyak disenangi orang. Kalau biasanya semasa masih jadi ulat dia hidup ditempat yang busuk dan bau, tapi kini setelah menjadi kupu-kupu, hidupnya di taman-taman yang indah dan makanannya pun dari sari bunga. Kedatangannya sangat dinantikan karena memberi warna keindahan bagi kehidupan

Jika ulat derajatnya dinaikkan menjadi kupu-kupu yang sangat indah, kita umat muslim derajatnya dinaikkan Allah Swt menjadi Taqwa. Taqwa adalah derajat yang paling tinggi di sisi Allah SWT. dan itu bisa diraih oleh orang-orang yang menjalankan ibadah puasa. (*)