Pasaman – Agus dan Fero Aptriade adalah dua orang pendamping lokal desa di dua nagari berbeda, dalam satu kecamatan dan kabupaten yang sama. Agus bertugas di Nagari Jambak dan Tanjuangbaringin. Fero di Nagari Duriantinggi dan Nagari Pauah.
Empat nagari dalam wilayah tugas dua orang anak muda ini, berada di Kecamatan Lubuksikaping, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat. Wilayah tugasnya berada di pusat kota Lubuksikaping, ibukota Kabupaten Pasaman.
Kendati demikian, bukan berarti aksesnya dari pusat kabupaten ke daerah pendampingannya mudah ditempuh. Barangkali tak ada yang menyangka, dalam wilayah nagari yang berada di pusat pemerintahan kabupaten, ternyata akses ke nagarinya tidak bisa ditempuh kendaraan. Ironis, memang!
“Ketika saya mulai menjadi tenaga pendamping di sini, masih ada daerah yang tidak terjangkau kendaraan,” kata Agus dan Fero, senada.
Kejadian itu, kata keduanya, sudah lama berlangsung. Masyarakat tak bisa berbuat banyak. Mereka tidak mengeluh. Sejak lama mereka mendambakan ada jalan yang bisa ditempuh kendaraan. Tapi realisasinya tak kunjung datang.
Masyarakat harus memikul produk pascapanen, menyandang di bahu atau meletakkan di kepala,menempuh perjalan satu hingga dua kilometer harus ditempuh dengan berjalan kaki. Biaya produksi sangat tinggi. Tak jarang, hasil panennya justru dibeli di ladang oleh orang-orang tertentu dengan harga murah.
“Ketika ada dana desa, semuanya berubah!” kata Agus dan Fero.
Akses jalan ke setiap pelosok nagari sudah ada. Ada kategori buka jalan baru, peningkatan jalan dan membangun jembatan. Kendaraan sudah sampai ke di depan rumah masyarakat. Sudah bisa berada di pinggir sawah dan ladang, sehingga dapat menekan biaya produksi pascapanen.
“Tak terkira besarnya hati masyarakat terhadap membaiknya akses jalan dan pembangunan jembatan di kampung dan nagari mereka,” kata keduanya, sembari mengucapkan terima kasih kepada Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo melalui Staf Khusus Kemendes PDTT H. Febby Datuk Bangso,beberapa waktu lalu.
Menurut H. Febby Datuk Bangso yang akrab disapa Datuk Febby, membangun atau meningkatkan mutu jalan desa (nagari) dan pembangunan jembatan, merupakan salah satu program yang dilakukan Kemendes PDTT.
Dari program ini saja, katanya, sudah banyak dampak yang dihadirkan. Akses nagari yang tadinya bermasalah, tak bisa ditempuh kendaraan, kini jadi terbuka lebar. Kondisi ini akan mempercepat proses produksi dan pascaproduksi pertanian atau produk masyarakat. Waktu bisa dipercepat, biaya bisa ditekan.
Kata Datuk Febby, mengutip data pemanfaatan dana desa Provinsi Sumbar, dalam kurun waktu 2015-2017 saja, di Sumbar sudah dibuka jalan desa dan perbaikan jalan desa sepanjang 1.925.731 meter. Telah dibangun dan diperbaiki jembatan sepanjang 19,603 m. Tersebar diseluruh kabupaten yang menerima bantuan dana desa.
Kehadiran jalan desa dan pembangunan jembatan yang dibangun dari dana desa tersebut, sekaligus memperpanjang jalan, jangkauan dan akses masyarakat terhadap sebuah wilayah. Kondisi ini, secara tidak langsung, turut memperkuat akselerasi perhubungan darat bagi masyarakat. (*)