Budpar  

FGD Bedah Sejarah Kubuang Tigobaleh Solok

Solok-Hasil sementara dari penelitian sejarah lokal Kubuang Tigobaleh yang dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan Sumatera Barat bakal dibedah melalui FGD ( Fokus Group Discusion) guna memperoleh masukan,saran, ide dah bahkan kritikan dari tokoh ninik mamak dan pemangku adat di Solok demi penyempurnaan penulisan dari penelitian untuk menjadi sebuah buku, pada Jumat, (17/12) di Gedung Kubuang Tigobaleh, Kota Solok.

Hal itu disampikan M.A,Dalmenda Dt. Pamuntjak Alam salah seorang tim peneliti dari Fisip Universitas Andalas, Padang, (Senin 13/12)
Lebih lanjut dikatakan Menda Pamuntjak, suatu budaya lahir dari keluhuran nilai,kemuliaan sikap, dan keagungan tradisi mayarakat yang berjalan secara berkelanjutan dan mengakar. Dalam prosesnya, budaya lahir dari adanya interaksi bahkan terkadang terjadi akulturasi antara keyakinan religi, sosial, dan tradisi masyarakat.

“Saling keterkaitan tersebut melahirkan cara pandang, keyakinan, sikap dan ideologi yang heterogen dan dinamis. Olehkarena itu, kerangka yang digunakan untuk memahami budaya dalam komunitas tertentu harus juga memahami cara pandang, sikap dan ideologi dimana komunitas masyarakat Kubuang Tigobaleh berada,” sebut akademisi Fisip Universitas Anadalas yang juga praktisi media.
Masyarakat Kubuang Tigobaleh adalah masyarakat beradab. Dalam mashyarakat beradab, budaya di bangun atas dasar konsensus nilai-nilai kearifan lokal. Apa dan bagaimaimanapu hasil dari hasil penelitian ini bukan sesuatu yang harus dipertentangkan sebagai suatu sejarah, Setidaknya Pemerintah Provinsi Sumbar melalui Dinas Kebudayaan Bekerjasma denga angoota DPRD Provinsi Sumbar Deswiperta Dt, Manjinjiang Alam telah melakukan upya untuk memfaslitasi penelitian.

Para peneliti diantaranya Prof. Dr. rer.soz. Nusyirwan Effendi (Direktur Pasca Sarjana Unand) Dr. Wannofry Samri, (Sejarawan Unand) M.A.Dalmenda, M.Si (Akademisi Komunikasi Fisip Unand), Deswipettra Dt. Manjinjiang Alam, SE MM (Tokoh Masuayarakat Solok) dan Buya Zuairi Abdullah (Penulis dan Pengamat Adat dan Budaya Minangkabau)

“Jika sudah menjadi buku hasil penelitian ini merupakan tongggak sejarah di Solok untuk memiliki referensi tentang Kubuang Tigobaleh yang diteliti meode ilmiah melibatkan para akademisi, toho dan praktisi sesuai bidangnya serta melibatkan 75 mahasiswa sebagai enumerator turun ke lapangan pada 74 nagari di Kab. Solok dan Kota Solok,” jelas Staf Ahli Rektor Unand bidang Komunuikasi dan Media.

Generasi milenial di era global saat ini, sambung Menda Pamuntjak, berpikir sangat realistis, sementara sejarah adalah peristiwa masa lalu, yang menurut mereka sudah berlalu dan berakhir. Tetapi sejarah lokal itu juga menggambarkan masa lalu suatu kehidupan masyarakat lokal, dan itu terkait dengan apa yang sudah dicapai, kejayaan, atau kemunduran.

Dengan mempelajari sejarah para generasi muda bisa mendapatkan banyak hal, salah satunya dengan pelajaran masa lampau yang dijadikan referensi. Sebagai generasi muda dituntut senantiasar terus melestarikan sejarah sebagaimana pituah dari bapak pendiri bangsa bung Karno yang kesohor dengan sebutan “Jas Merah” jangan sekali-kali melupakan sejarah. (almadi)