Oleh: Almadi
(Wartawan Muda)
Baru-baru ini kepengurusan Kerapatan Adat Nagari (KAN) Lubuk Kilangan bergolak. Diam-diam terjadi kudeta tak berdarah. Namun kudeta itu menurut kubu yang sah berhasil dipadamkan oleh ninik mamak setempat dengan menguasai pusat pemerintahan. Meski begitu, perang belum usai kubu lawan tetap berupaya melakukan perlawanan dengan strategi gerilya.
Nagari Lubuk Kilangan dikenal ring satunya pabrik PT Semen Padang, sejak dipimpin Basri Datuak Rajo Usali sudah banyak mengalami kemajuan. Bantuan CSR dari PT Semen Padang jangan ditanya lagi. Berkat kepiawaian Ketua KAN Basri Datuak Rajo Usali apa yang diminta jarang ditolak pihak PTSP. Ini menbuat bangga anak nagari karena merasa terbantu dari sisi ekonomi.
Posisi Basri Datuak Rajo Usali tidak tergoyahkan saat pemilihan ketua KAN untuk ketiga kalinya, pada tanggal 26 Juli 2017 lalu dengan perolehan suara 14 dari total suara 22. Pemilihan secara demokrasi itu berlangsung damai serta diikuti dengan fakta integritas sebanyak 17 tokoh ninik mamak Lubuk Kilangan.
Namun kedamaian pasca pemilihan ketua KAN tak berlangsung lama. Begitu kabinet kerja Basri Datuak Usali diumumkan, diam-diam kubu sebelah yaitu, Junaidi Usman Dt Rajo Ibrahim melakukan pergerakan bawah tanah dengan mengumumkan pula kabinet tandingan. Kondisi ini membuat situasi memanas. Anak nagari dan tetua adat tidak tinggal diam mereka melakukan perlawanan. Karena yang sah sebagai ketua KAN cuma satu yakni, Basri Datuak Rajo Usali. “Kalau ada yang lain mengaku-ngaku sebagai ketua KAN Lubuk Kilangan berarti ilegal,” ujar Kamaruzaman salah seorang tokoh masyarakat setempat.
Kenapa terjadi KAN tandingan pemicunya tak lain tidak masuknya kubu Junaidi Usman Dt Rajo Ibrahim dalam kabinet yang baru terbentuk. “Saya sudah coba bicara baik-baik dan menyelesaikannya secara mufakat. Tapi mereka diundang tidak datang malahan saya difitnah pula,” ucap Basri Datuak Rajo Usali.
Pergolakan yang terjadi di nagari Lubuk Kilangan itu rupanya jadi perhatian dan buah bibir orang. Karena selama ini KAN tersebut sebagai pusat percontohan sekarang kisruh demi kekuasaan.” Ini masalah ninik mamak yang menyelesaikan tentu mereka sendiri. Ibaratnya, cabiak-cabiak bulu ayam yang menyelesaikannya paruh juga,” ujar Khairul Jasmi Komisaris PTSP menanggapinya.
Kata orang jadi pengurus itu ada juga enaknya. Apa saja yang diurus dan ujung-ujung mendapatkan fulus. “Sebab jariah manantang buliah”. Tak heran banyak berebut menjadi pengurus KAN atau pengurus apa saja. Saya pernah juga jadi pengurus cabang olahraga catur delapan tahun lalu. Sekarang pengurus Pertina Sumbar dengan ketua Togi Paruhun Tobing. Selama duduk sebagai pengurus cabor tak pernah merasakan enaknya. Maklum hanya bidang humas.
Tapi pada Kejurwil junior cabor tinju tahun 2017 lalu, kerjasama dengan KONI Pusat baru merasakan enaknya. Usai penutupan, saya menandatangani SPK (Surat Perintah Kerja) istilah Can Roza paparazinya Sumbar Post. Seumur-umur baru sekarang menekan selembar kertas dengan tertera nominal dengan jumlah tak seberapa. Tapi itulah enaknya jadi pengurus olahraga kecil-kecilan.
Apalagi mereka yang pernah dua priode sebagai pengurus, tentu banyak nikmat yang didapat. Sekarang tak lagi terpilih wajar saja mereka merasa dendam membara karena periuk nasi itu benar yang tak ada lagi baranya. Ahay. (***)