PADANG – PT Semen Padang bagian dari SIG menggelar pelatihan pembuatan kompos untuk mengurangi sampah organik rumah tangga, bertempat di Halaman Kantor Unit Safety Health Environment (SHE), pada Rabu (25/9/2024).
Pelatihan ini menghadirkan Mina Dewi Sukmawati yang merupakan Direktur Bank Sampah Panca Daya Kota Padang, sebagai pemateri yang diikuti oleh belasan peserta terpilih dari karyawan PT Semen Padang.
Kepala Unit Humas & Kesekretariatan PT Semen Padang Nur Anita Rahmawati mengatakan, kegiatan pelatihan ini digelar PT Semen Padang dalam rangka mendukung Pemko Padang untuk mensukseskan Program Padang Bergoro.
“Kami mendukung program Pemko Padang untuk meningkatkan capaian pengurangan sampah dari rumah tangga. Dan, pelatihan pembuatan kompos untuk karyawan ini, merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan hal tersebut dimulai dari rumah tangga masing-masing,” katanya.
Pelatihan pembuatan kompos ini, lanjut Anita, juga bertujuan untuk mengedukasi kepada karyawan dan karyawati PT Semen Padang yang bersedia menjadi relawan agent of change perusahaan di bidang lingkungan, khususnya dalam pembuatan kompos secara mandiri di rumah.
“Kami berharap agent of change ini bisa memberikan edukasi lebih luas lagi tidak hanya kepada karyawan dan karyawati di PT Semen Padang lainnya, tapi juga kepada masyarakat di lingkungan tempat mereka tinggal,” ujarnya.
Staf Environment PT Semen Padang, Ferdy Dinardo, pada pembukaan pelatihan mengatakan, kegiatan ini adalah untuk memberikan keterampilan praktis dalam menghasilkan pupuk berkualitas.
Direktur Bank Sampah Panca Daya Mina Dewi Sukmawati menjelaskan langkah-langkah pembuatan kompos dari sampah organik menggunakan media ember, yang menghasilkan kompos cair dalam dua minggu dan kompos padat dalam satu bulan.
Pertama, dengan memilih komposter atau wadah untuk mengolah kompos. Komposter dapat pula ember itu dilubangi bagian bawahnya. Ember ini lalu diletakkan dengan alas tertentu agar lubang di bagian bawahnya tidak tertutup oleh permukaan tanah atau lantai. Biasanya ini berupa ember dengan keran di bagian bawahnya untuk memanen kompos cair.
Kemudian, menyiapkan sampah hijau dan sampah cokelat. Menurut Dewi, ini merupakan prinsip dasar ini ketika akan membuat kompos. Perlu empat jenis bahan, yaitu karbon (sampah cokelat), nitrogen (sampah hijau), air, dan oksigen.
“Tidak semua sampah organik boleh dimasukkan pada komposter karena akan menghambat atau merugikan proses penguraian di dalam komposter. Jangan memasukkan daging, tulang, minyak, lemak, susu, atau keju, ini akan menghalangi reaksi penguraian di komposter serta menarik hewan-hewan seperti lalat yang menyebabkan munculnya belatung pada proses pengomposan,” ujarnya.
Selanjutnya, campur bahan dan tambahkan activator untuk pengurai, perbandingan ideal sampah cokelat dengan sampah hijau adalah 2:1. Jika bahan sudah siap, campurkan dan masukkan ke dalam komposter.
“Jangan lupa untuk mengaduk seminggu sekali, buka kembali komposter lalu aduk bahan-bahan didalamnya dan ulangi pengadukan setiap minggu. Pada minggu pertama dan kedua, mikroba mulai bekerja menguraikan sampah,” kata dia.
Setelah proses diatas selesai, barulah kompos bisa dipanen. Kompos dikatakan sudah jadi apabila warnanya sudah kehitaman dan tidak tercium lagi bau tak sedap khas sampah.
“Aroma dan tekstur kompos terasa lebih seperti tanah. Jika kompos sudah jadi, pisahkan bagian yang kasar dan halus dengan ayakan dan ambil bagian yang halus. Pupuk kompos yang kasar dapat dicampurkan kembali ke dalam bak pengomposan sebagai activator,” pungkasnya.
Salah seorang peserta, Yeni Yefrita dari Unit Sarana Umum PT Semen Padang, mengapresiasi pelatihan ini. “Sampah rumah tangga yang selama ini terbuang bisa dimanfaatkan. Pelatihan ini sangat bermanfaat,” katanya. (*)