Padang – Perbaikan ekonomi global belum menunjukkan perkembangan yang sesuai harapan. Pelemahan ekonomi global menurut kesimpulan Bank Indonesia masih lemah. Perekonomian negara maju sebagai motor penggerak masih belum solid. Sementara perekonomian negra berkembang masih dalam proses konsolidasi dan penyesuaian sumber pertumbuhan ekonominya.
Dari tataran nasional, perekonomian domestik masih cukup lentur dalam menyesuaikan gejolak ekonomi dunia. Setidaknya ada dua hal yang menyebabkan Indonesia respon terhadap ekonomi dunia. Pertama karena konsisten dalam menjaga stabilitas ekonomi, kedua kebijakan counter cyclical yang ditempuh pemerintah dan BI untuk kebijakan stimulus fiskal dalam mendorong investasi dan kebijakan moneter.
Dinamika global dan nasional membuat pengaruh yang signifikan pada perekonomian Sumbar. Pada 2016, perkembangan ekonomi Sumbar fluktuatif. Naik di akhir 2015 sampai triwulan II 2016, namun melambat di triwulan III 2016. Perlambatan dikarenakan akibat kontraksi konsumsi pemerintah dan penurunan investasi.
“Laju pertumbuhan ekonomi Sumbar pada Triwulan III 2016 memang mencapai level terendah dibanding triwulan III selama 2011-2015. Laju inflasi pun juga mengalami peningkatan hingga berimbas pada daya beli masyarakat,”Ucap Kepala Bank Indonesia Perwakilan Sumbar Puji Atmoko dalam paparan di pertemuan tahunan Bank Indonesia Rabu (6/12) di Ruang Anggun Nan Tongga BI Jalan Sudirman Padang.
Kantor Perwakilan BI Sumbar dikatakan Puji berupaya mengajak semua pihak terkait, pemerintah, pelaku usaha, perbankan, dan akademisi untuk lebih meningkatkan kepekaan terhadap gejolak perekonomian, serta melakukan upaya untuk mengantisipasinya.
BI sendiri dijelaskan Puji sudah berupaya untuk meredam dampak gejolak ekonomi, diantaranya yaitu mendukung pengembangan UMKM dengan penyedian kajian penelitan tentang komoditas, produk, dan jenis usaha unggulan UMKM di Sumbar. Disamping itu juga meningkatkan peran lembaga perbankan dan kontribusinya meningkatkan jaringan pelayanan.
“Kami sudah berupaya bagaimana perekonomian Sumbar selalu stabil selama 2016, alhamdulillah hasilnya menggembirakan. Banyak tantangan yang kita hadapi pada 2017 mendatang. Kita optimis menuju perekonomian Sumbar yang lebih efisien, inklusif, produktif, dan berdaya saing,”Ucap Puji Atmoko.
Gubernur Sumatera Barat Prof Irwan Prayitno pun juga memiliki jurus jitu untuk meminimalisir gejolak perekonomian nasional dan global, agar tak berimbas pada perekonomian Ranah Minang. Namun itu semua tergantung dari daerah, apakah mau mengikuti atau tidak.
Salah satu jurusnya adalah bagaimana pariwisata menjadi andalan meningkatkan perekonomian Sumbar. Di beberapa daerah seperti Jogja dan Bali, majunya pariwisata meminimalisir angka kemiskinan. Disamping itu meningkatkan pendapatan perkapita daerah.
“Dengan pariwisata, terbukti 2010 pendapatan perkapita 17 juta pertahun.
2015 pendapatan perkapita 35 juta per tahun. Kalau di Sumbar contohnya Sawahlunto dan Bukittinggi yang merupakan daerah pariwisata, angka kemiskinan sedikit,”ulas Irwan.
Irwan menekankan kepada kabupaten dan kota untuk serius menata pariwisata. Apabila daerah serius, Pemprov siap sambut bola untuk membantu pengembangan potensi yang luar biasa dari pariwisata. Karena sesudah MoU dengan daerah, Pemprov Sumbar sudah anggarkan dana untuk itu.
“Uang kita siapkan di APBD sesudah MoU untuk pengembangan pariwisata, namun tak digunakan daerah. Karena banyak daerah gak fokus pada pariwisata. Kalau daerah tak mau, yasudah kita tak bisa paksakan. Akan tetapi pariwisatalah solusi bagus untuk menjaga perekonomian Sumbar,”pungkas Irwan.(ridho)