Padang – Tahun 2017 merupakan tahun bersejarah bagi seorang Syaiful, betapa tidak, pada tahun tersebut Ia mencatatkan diri menjadi Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Sumatera Barat masa bakti 2017-2021.
Dari hasil Musyawarah olahraga provinsi (Musorprov) KONI Sumbar yang dilaksanakan medio April 2017 tersebut, Syaiful berhasil mengungguli kompetitornya Handrianto dengan perolehan suara 39 berbanding 33.
Dikatakan bersejarah oleh Syaiful, karena jabatan Ketua KONI Sumbar merupakan jabatan bergengsi yang diemban orang-orang hebat pada masanya, jabatan yang tak bisa diemban sembarang orang. Sebab dari KONI Sumbar berdiri, jabatan tersebut selalu ditempati oleh Gubernur Sumbar. Sebut saja Gubernur Harun Zain, Azwar Anas, Hasan Basri Durin, hingga terakhir Gamawan Fauzi.
Barulah pasca UU SKN 2005 keluar dimasa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, jabatan dimaksud diemban oleh sosok olahragawan tak kalah hebat, dengan orang pertama yang diberi amanah ialah Prof Syahrial Bakhtiar dan orang kedua Syaiful.
Bagi Syaiful pribadi, program pembenahan pada tatanan keorganisasian olahraga merupakan suatu hal yang cukup berat. Karena harus mengubah paradigma lama ‘membenarkan yang biasa’ menjadi ‘membiasakan yang benar’ .
Akibatnya banyak orang menilai bahwa keputusan yang dirinya keluarkan penuh dengan kontroversi. Sehingga banyak oknum olahragawan yang dalam tanda kutip ‘mencari kesenangan’ di olahraga, menjadi terganggu atas keputusan yang Syaiful buat tersebut.
Walaupun banyak yang tak suka dengan tindakan kontroversial yang Syaiful lakukan, namun banyak juga yang memberi aplaus dan angkat dua jempol atas keputusan yang ia keluarkan.
Sebagai contoh, mayoritas insan olahraga Sumbar sangat setuju pemberian uang pembinaan maupun bonus atlet berprestasi atlet yang biasanya diberikan melalui pengurus atau pelatih, dizaman Syaiful langsung diserahkan kepada atlet melalui rekening tabungan atlet masing-masing.
Ia berani melakukan tindakan itu, demi menjalankan aspirasi atlet yang jatahnya sering disunat oleh oknum pengurus atau pelatih yang nakal mencari keuntungan dibalik cucuran keringat dan pengorbanan atlet.
“Ini semua demi atlet Sumbar. Atlet sudah mengorbankan hidupnya untuk latihan dan bertanding dengan cucuran keringat serta deraian air mata, demi mengangkat nama Sumatera Barat,” tutur Syaiful.
Contoh keputusan kontroversial lainnya yang dilakukan Syaiful baru-baru ini adalah penetapan nomor pertandingan cabang olahraga di Porprov XV tahun 2018, Kabupaten Padang Pariaman, sehingga pengurus cabor meradang alang kepalang.
Ada segelintir cabor yang nomor pertandingannya dikurangi oleh Syaiful, demi meraup keuntungan berlipat ganda, membuat pundi pundinya menjadi tebal. Padahal jika nomor pertandingannya tak dikurangi, bakal menimbulkan masalah dikemudian hari.
“Tak mungkin saya kabulkan permintaan cabor yang saya kurangi nomor pertandingannya. Karena berdasarkan aturan pengurus pusat cabor bersangkutan, jelas menyalahi aturan. Bisa berdampak hukum nantinya apabila tetap diteruskan,”papar Syaiful
Namun demikian, ini semua dilakukan oleh Syaiful tentu demi meningkatkan prestasi olahraga Sumbar. Agar marwah Ranah Minang di kancah olahraga nasional tetap berdiri dengan kepala tegak dan disegani provinsi lainnya.(ridho)