Selama hampir sepekan, Provinsi Bengkulu menjadi tuan rumah Expo Bumdes dan Festival Bumdes Bersama. Hajatan besar ini menjadi ajang “pamer” kemampuan dan kreativitas Bumdes dalam mengelola usahanya. Sumatera Barat mengirimkan tiga Badan Usaha Milik Nagari (BUMNag) untuk tampil disana.
Kabupaten Solok harus bangga. Di negeri danau kembar ini, ada Badan Usaha Milik Nagari (Bumnag) yang mulai bisa membuka mata orang. Bumnag Kotobaru, tampil mempesona di arena Expo Bumdes, di Bengkulu, pertengahan bulan ini.
“Kita membawa batik tulis dari tanah liat. Semoga dengan mengikuti Expo Bumdes ini, batik kami semakin luas lagi di kenal keseluruh Indonesia,’’ ujar Yusrizal, Am.Kom saat ditemui di lokasi Expo Bumdes di Sport Center Pantai Panjang Kota Bengkulu.
BUMNeg Kotobaru memiliki berbagai jenis usaha pemberdayaan masyarakat nagari (desa-red). Selain batik tanah liek yang dihasilkan oleh kelompok usaha Salingka Tabek, BUMNeg ini juga memiliki kelompok usaha konveksi pakaian pelajar dan kelompok usaha randang Fatimah.
Berbicara tentang usaha yang ditekuni, Bumnag Kotobaru yang dipimpin Direktur Bumnag, Silvilestari, SP, M.Kom dan didukung penuh Walinagari Afrizal Malin Batuah MM, menurut Yusrizal, dipelajari secara otodidak. Awalnya ia mencari tahu tentang batik melalui internet. Beberapa pengrajin dari Yogya ia telepon dan berdiskusi tentang bagaimana membuat batik. Selanjutnya, ia belajar sendiri sambil nonton vidio-vidio keterampilan membatik di Youtube. Setelah empat bulan belajar, akhirnya ia mulai membuat batiknya sendiri.
‘’Kami mulai membatik dua tahun lalu. Awalnya batik itu saya kerjakan sendiri. Setelah ada yang beli, direspon oleh keluarga. Bapak dan ibu, kemudian belajar membatik. Sekarang sudah 12 orang yang ikut membatik. Mereka adalah ibu dan bapak saya dan ibu-ibu tetangga sekitar rumah. Alhamdulillah saat ini, sudah banyak pesanan. Tapi karena batik yang kami produksi batik tulis, maka harga batiknya masih mahal,’’ ujarnya.
Selain batik tulis, ada satu keunikan batik yang dihasilkan usaha binaan Bumnag Kotobaru ini. Batik yang diproduksi Yusrizal ini dibuat menggunakan tanah liat. Kain yang telah dibatik, kemudian direndam di dalam larutan tanah liat.
‘’Kain batik itu kami rendam. Setelah 15 hari baru diangkat dan dibersihkan. Kalau sudah 15 hari, warnanya kuning langsat tidak akan hilang maupun luntur,’’ tutur pria single tersebut.
Kedepan, pihak Bumnag telah mendorong Yusrizal untuk terus mengembangkan usahanya. Pihak Bumnag siap membiayai usahanya, yang akan membuat batik cap. Jika pihaknya sudah bisa membuat batik cap, maka harga batik tanah lieknya bisa ditekan menjadi lebih murah.
‘’Kalau sudah bisa batik cap, kami akan datangi Pak Bupati dan Kepala Dinas, jika memungkinkan, pakaian batik di sekolah se-Kabupaten Solok menggunakan batik dari kami,’’ ungkap pria yang sepanjang wawancara masih sibuk melayani order pemesanan batik dari konsumen berbagai daerah.
Ketua Forum Bumdes Indonesia H. Febby Datuk Bangso menyebutkan, kehadran Expo Bumdes dan Festival Bumdes Bersama dimaksudkan agar Bumdes bisa melihat lebih jauh ke luar, apa yang sudah dilakukan Bumdes lain untuk berjuang meningkatkan kapasitas dan kualitas mereka untuk menggerakkan ekonomi di desa.
Katanya, harapan utama adalah agar Bumdes benar-benar mampu menjadi penggerak percepatan ekonomi masyarakat menuju masyarakat yang mandiri. Tahun depan, fokus utama ada pada ekonomi dan pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Harapan tersebut, katanya, diyakini akan tercapai, sebab Bumdes tidak semata-mata untuk menghasilkan laba sebesar-besarnya, tetapi bagaimana bisa menggerakkan pertumbuhan dan peningkatan perekonomian serta kesejahteraan masyarakat. (*)