Padang — Selama satu dekade Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, dalam pembangunan insfrastruktur tidak begitu mendapatkan perhatian untuk proyek yang berskala nasional.
Salah satu proyek nasional itu diantaranya adalah pembangunan Jembatan Ngarai Sianok dan pengembangan jalan lingkar dikawasan Bukitinggi dan pembangunan Terowongan Balingka – Sianok.
“Pembangunan infrastruktur Sumatera Barat yang barasal dari APBN dengan Presiden RI yang baru, Bapak Prabowo, insyaallah menjadi komitmen kami untuk menyelesaikanya diantaranya Jembatan Ngarai Sianok dan pembangunan Terowongan Balingka,” ujar Epyardi Asda, Calon Gubenur Sumbar menjawab tantangan perubahan pembangunan infrastruktur lima tahun mendatang kepada wartawan media ini, Minggu (6/10/2024).
Menurut Epyardi Asda, pembangunan infrastruktur transportasi yang sudah menyebar diseluruh pelosok Nusantara di era kepempinan nasional Presiden Jokowi bagi Sumbar tidak ada kebagian-nya.
Sehingga konektivitas antar kabupaten dan kota, khususnya Padang Pariaman, Padang Panjang, Agam dan Bukittinggi tidak ada kemajuan akses yang lebih baik.
Pada hal roadmapnya sudah sejak lama, dan di era kepemimpinan Sumbar dipimpin Gamawan Fauzi-Marlis Rahman pembangunan sudah dapat dilaksanakan, seperti pembangunan lintasan Sicincin-Malalak, sebagai jalan alternatif ke Kota Bukittinggi.
“Pembangunan infrastruktur transportasi yang masif kita akan giatkan kembali sekiranya kami Epyardi Asda- Ekos Albar diamanahkan untuk memimpin Sumbar lima tahun mendatang,” katanya.
Seperti diketahui Anggota DPRD Sumbar Daerah Pemilihan Bukittinggi-Agam, Nofrizon pada bulan Juli 2022 lalu pernah mengungkapkan, pembangun Terowongan Balingka-Sianok sebagai kelanjutan akses Jalan Sicincin – Malalak yang sudah rampung tahun 2015 tidak dapat dilaksanakan pada hal Rp1,3 Triliun sudah dialokasikan dalam APBN, karena alasan persoalan pembebasan lahan yang tidak tuntas.
Bagi masyarakat Sumbar minimnya pembangunan infrastruktur transportasi memang dapat dirasakan, sehingga jalan dari Pasar Usang, Lubuk Alung, Sicincin, Malalak, Ngarai Siaook sampai ke Bukittinggi tidak berkembang sebagaimana mestinya, sehingga jalan alternatif dari Lembah Anai ketika terjadi banjir bandang Gunung Merapi beberapa waktu lalu melumpuhkan perekonomian dan perdagangan masyarakat Sumbar secara keseluruhan. (mardi)