Padang – Ketua Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Widodo Santoso mengatakan, dengan kondisi saat ini dimana kapasitas terpasang semen sudah berlebih mengakibatkan persaingan di pasar sudah sangat ketat dan utilisasi pabrik rendah, di bawah 70 persen, maka pemerintah perlu melindungi perusahaan semen yang sudah ada supaya tetap terjaga kelangsungan bisnisnya.
“Hal itu bisa dilakukan pemerintah dengan tidak mengeluarkan izin pabrik baru sampai tahun 2023. Apabila izin tetap dibuka, maka persaingan harga akan semakin tajam yang mengakibatkan kinerja pabrik semen yang ada akan semakin terpuruk, dan dapat menyebabkan kebangkrutan baik untuk pabrik lama maupun yang baru,” tegas Widodo pada pembukaan Kongres Nasional V Federasi Serikat Pekerja Industri Semen Indonesia di Padang, Rabu (18/7/2018).
Berbagai masalah yang dihadapi industri semen saat ini, seperti over supply, masuknya perusahaan-perusahaan China ke dalam negeri dan persoalan lainnya, mendorong Federasi Serikat Pekerja Industri Semen Indonesia (FSP ISI) untuk menjalin komunikasi yang intens dengan berbagai stakeholders terkait, salah satunya dengan Asosiasi Semen Indonesia (ASI).
“Kami sudah menjalin komunikasi dengan ASI, untuk memberi saran kepada pengambil kebijakan, sehingga kebijakan yang keluar tidak merugikan industri semen yang sudah ada,” kata Ketua Umum FSP ISI Widjajadi
Hadir pada acara itu Ketua Umum FSP ISI Widjajadi, Director Industry Material Industrial ALL, Matthias Hartwich, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia H.M Said Iqbal, dan Direktur Operasional PT Semen Padang Firdaus.
“Menghadapi permasalah-permasalahan yang dihadapi para pekerja di industri semen ini, kita perlu menyatukan langkah dengan manajemen perusahaan sehingga bisa melaksana perjuangan secara bersama,” kata Widjajadi.
Dia berharap melalui kongres tersebut dapat diputuskan hal-hal yang bersifat fundamental, dan memantap rencana kerja yang sistematis ke depan.
Pada tahun lalu, FSP ISI juga telah mendesak pemerintah untuk melakukan moratorium pembangunan pabrik semen, karena terjadinya over supply di dalam negeri. Namun hingga saat ini hal itu belum dilakukan pemerintah.
Director Industry Material Industrial ALL, Matthias Hartwich, mengatakan, industri semen di Indonesia kini menghadapi persaingan dari perusahaan China yang menjual produk dengan harga murah dan mendapat dukungan subsidi dari pemerintah negara tersebut. “Kondisi ini jelas tidak adil, dan harus diatasi oleh perusahaan-perusahaan lokal dengan dialog-dialog sosial dari serikat pekerja, manajemen perusahaan, pemerintah lokal dan multinasional,” kata Matthias.
Industri ALL Global Union memiliki misi membangun kekuatan serikat buruh dan membela hak-hak pekerja. Persatuan demokratis yang kuat sangat penting untuk persamaan sosial dan demokrasi. IndustriALL bekerja untuk mencapai tujuannya melalui lima tujuan utama, membela hak-hak pekerja, mangun kekuatan serikat pekerja, hadapi modal global, melawan pekerjaan yang berbahaya, dan mempromosikan kebijakan industri yang berkelanjutan.
Dari data tahun 2017, di Indonesia ada sebanyak 15 perusahaan semen dengan kapasitas terpasang 106,3 juta ton. Sementara konsumsi semen dalam negeri hanya 66 juta ton, dan ekspor 5 juta ton.
Masing-masing perusahaan mengalami kondisi yang tidak bagus, karena over kapasitas. Bahkan sebagian perusahaan juga terpaksa melakukan strategi dengan menurunkan harga semen, untuk memenangkan persaingan. (*)