Oleh: Almadi
(Wartawan Muda)
KONI Sumbar dipimpin, Syaiful baru saja balik dari Jakarta dengan agenda Rakernas KONI Pusat. Kegiatan berlangsung tiga hari berjalan sukses. Karena terpilihnya provinsi Aceh dan Sumut sebagai tuan rumah PON 2024. Selamat buat dua provinsi ujung Sumatera itu. Sedangkan Sumbar kita ucapkan sukses jugalah. Kenapa, berkat perjuangan KONI Sumbar dana bidding sekian miliar tak ada lagi.
Persaingan untuk tuan rumah PON 2024 memang berjalan alot, selain calon punya dana berlimpah rupanya perlu juga loby-loby tingkat atas. Kenapa Sumbar hanya sampai pendaftaran, ketika ditanya fulus tanda jadi sebasar Rp 1 miliar, langsung kalimpasingan. Dana sebesar itu bagi provinsi Sumbar cukup banyak. Apalagi dianggap uang hilang.
Sumbar memang tidak seperti provinsi Aceh dan Sumut yang punya dana berlimpah ruah. Wajar kita tahu diri tapi punya harga diri. Jangan mentang-mentang kita miskin, istilah sinetron dunia terbalik, lalu menjual diri. Oh, no.
Ketidak mampuan Sumbar itulah jadi perhatian para petinggi dunia olahraga tanah air. Bahkan, Mempora mempertanyakan biaya bidding sebanyak itu. Derasnya kritikan soal besarnya dana untuk mencalonkan tuan rumah PON. Akhirnya dibahas oleh peserta Rakernas. Bahkan, diluar dugaan pelaksanaan PON digelar sekali 2 tahun.
Sedangkan, biaya bidding yang sangat memberatkan bagi calon tuan rumah PON akhirnya diputuskan gratis. Ini adalah kesepakatan KONI seluruh tanah air. Untuk pemilihan tuan rumah PON tidak ada lagi biaya bidding. Jadi cukup KONI daerah mengajukan diri menjadi tuan rumah ke KONI Pusat, KONI Pusat lakukan verifikasi, hasil verifikasi diserahkan ke Kemenpora, Kemenpora mengajukan ke Presiden untuk menetapkan calon tuan rumah.
“Usulan dari KONI daerah akan direkomendasikan kepada Kementrian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) untuk disetujui. Pengesahan akan diputuskan pada Munas KONI tahun 2019 yang akan datang, serta dibuatkan payung hukumnya berupa Peraturan Pemerintah (PP) dan Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga (Permenpora),” jelas Ketua KONI Pusat, Tono Suratman.
Ketidak mampuan KONI Sumbar membayar bidding sebesar Rp 1 miliar berbuah manis. Dibalik kemiskinan rupanya ada hikmahnya. Bahkan, dapat dinikmati oleh KONI seluruh Indonesia untuk bisa bertarung sebagai tuan rumah PON. Lalu bagaimana dengan KONI Sumbar apa masih bersikeras juga mengajukan tuan rumah PON?
“Peluang kita masih banyak untuk menjadi tuan rumah. Karena PON 2024 bukanlah PON terakhir di Indonesia, kita belum menyerah dan akan terus berjuang. Tinggal lagi mempersiapkan diri. Baik itu persiapan dari sisi sarana dan prasarana penunjang, infrastruktur olahraga, anggaran persiapan dan pelaksanaan PON, serta hal lainnya.”Kata Syaiful.
Kata orang pintar, rugi Sumbar jika tidak mencalonkan diri sebagai tuan rumah PON 2024. Karena dengan digelarnya multi ivent itu di Ranah Minang otomatis mendongkrak perekonomian rakyat. Tapi apakah mereka tahu, berapa besar dana yang harus hilang? Untuk pendaftaran saja Rp 1 miliar kemudian ditambah uang jaminan Rp 5 miliar. Karena kebodohan KONI Sumbar akhirnya selamatlah dana Rp 6 miliar.
Dana sebesar Rp 6 miliar sangat besar. Apalagi siapa yang terpilih sebagai tuan rumah PON 2024 sudah jelas daerahnya. Dari pada hilang sia-sia Rp 6 miliar lebih baik bangun lagi Tagline kota Padang di Gunung Pangilun…hahaha. (***)