Padang – Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sumatera Barat gelar kegiatan Workshop Penyampaian Pesan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) Melalui Media Tradisional bagi Penggiat Seni Tradisional Sumbar 5-6 Maret 2018 di LPMP UNP.
Hadir juga pada acara pembukaan yang dilaksanakan pada Senin (5/3) tersebut Prof Emrizal Martua Damanik Deputi Latbang BKKBN dan utusan dari BKKBN kota dan kabupaten se Sumbar.
Narasumber yang dihadirkan juga berkompeten di bidangnya. Yakni Zulkifli Dt Sinaro Nan Kuniang dosen ISI Padang Panjang dan Musra Dahrizal Katik Rajo Mangkuto budayawan Ranah Minang.
Pada sambutannya, Kepala Perwakilan BKKBM Sumbar Syahruddin mengatakan, kegiatan ini merupakan kegiatan yang sangat penting untuk dilaksanakan. Karena keberhasilan program Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) tidak lepas dari peranan tokoh agama, ulama, tokoh masyarakat, budayawan dan juga para pengiat seni yang ada di Sumatera Barat.
Apalagi penggiat seni merupakan tokoh yang cukup berperan dalam mensosialisasikan Program KKBPK kepada masyarakat diantaranya melalui media kesenian Tradisional. Mengingat kesenian tradisional salah satu kesenian yang mudah dimengerti dan dipahami oleh masyarakat, sehingga pesan apa saja yang disampaikan melalui seni cepat dipahami.
“Semoga dengan adanya workshop ini, penyampaian sosialisasi Program BKKBN semakin efektif dan menyentuh di tengah tengah masyarakat,” harapnya.
Budayawan Soroti Kesenian Tradisional Zaman Now
Narasumber Zulkifli Dt Sinaro Nan Kuniang menyoroti banyak kesenian tradisional yang sudah disalahgunakan dan dirubah rubah, sehingga sudah tidak lagi budaya tersebut bersifat tradisional.
Dirinya mencontohkan tari piring saat ini banyak dipertunjukan dengan banyak penari. Padahal dari dulunya tari tersebut berdua orang saja cukup dan lebih atraktif.
Seperti pemakaian sunting juga terjadi kesalahan. Sunting besar harusnya dipakai untuk penari yamg sudah menikah, sunting kecil digunakan pasumandan yang sudah memiliki anak.Namun pada kenyataannya pemakaian sunting juga banyak yang tidak pada tempatnya.
“Ini tanggung jawab seniman seniman tradisional untuk meluruskan. Sifat sifat dan karakterisitik tradisional dipahami tanpa merusak karakter aslinya. Jangan kesenian tradisional dirusak. Norma norma teruslah dilestsrikan,”pintanya.
Pria yang juga dosen ISI Padang Oanjang ini juga berharap mudah mudahan kedepan pertunjukan tari di BKKBN lebih mendahulukan norma norma kesenian tradisi.
Narasumber lainnya Musra Dahrizal Katik Rajo Mangkuto juga menilai kesalahan penata tari dan seni tradisi saat ini sudah parah dan sangat ketertaluan.
Budaya tradisional saat ini sudah dirubah pada zaman now. Banyak kesalahan tersebut disadari maupun tidak disadari oleh pelaku, sehingga meninggalkan nilai nilai tradisi.
Seperti tari pasambahan contohnya, yang mengantar carano kalau kepala daerahnya laki laki, harus laki laki juga. Kalau perempuan kepala daerahnya, juga perempuan yang mengantar carano.
Ada solusi lain apabila memang harus perempuan yang mengantar carano, yakni didampingi oleh dua orang pandeka disamping kiri dan kanan.
Pria yang akrab disapa Mak Katik ini juga menyoroti cara memakai pakaian dalam tradusi kesenian randai. Seperti pemakaian saluak, baju, sisampiang, celana, sendal, makna dari cerita randai, dan hal lainnya.
“Saya banyak menilai kegiatan pertunjukan festival randai, banyak yang salah memakai pakaian untuk randai. Kesalahan ini harus kita perbaiki bersama. Hendaknya peserta yang hadir bisa menyampaikan ke daerah masing masing,” ucapnya. (Ridho)