Jakarta- Dalam rangka mewujudkan Nawacita Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla membangun dari pinggiran untuk pemerataan dan keadilan pembangunan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menargetkan pada akhir tahun 2019, Jalan Trans Papua sepanjang 4.330 Km dari Provinsi Papua Barat hingga Provinsi Papua bisa tembus seluruhnya.
Meski belum seluruhnya beraspal, terbukanya jalan di Pulau Papua terutama di daerah pegunungan akan membuka keterisolasian wilayah, menurunkan harga barang-barang dan mengurangi kesenjangan wilayah.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengemukakan bahwa masyarakat sudah mulai merasakan manfaat keberadaan Jalan Trans Papua dan Jalan Perbatasan Papua. Meskipun kendaraan yang melintas masih sedikit, namun penduduk yang sebelumnya berjalan kaki melalui medan yang sulit dan memakan waktu lama, kini jalur tersebut lebih mudah dilewati dan memangkas waktu perjalanan.
“Pembangunan Jalan Trans Papua terus dilanjutkan dan ditargetkan tahun 2019 bisa tersambung seluruhnya,” kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono baru-baru ini. Hingga akhir 2017, Jalan Trans Papua yang belum tembus sepanjang 353,7 km.
Pada Tahun 2018 akan di tangani sepanjang 197,91 km dan sisa sepanjang 155,79 km akan diselesaikan Tahun 2019, sesuai dg rencana kerja tahunan.
Salah satu ruas jalan di pegunungan yang berusaha ditembus yakni ruas Enarotali-Sugapa sepanjang 110 km yang menghubungkan Kabupaten Paniai dengan Kabupaten Intan Jaya. Ruas jalan ini merupakan bagian Trans Papua Segmen III Enarotali-Sugapa-Ilaga-Mulia-Wamena. Kementerian PUPR melalui Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional XVIII Papua hingga akhir 2017 sudah berhasil membuka jalan sepanjang 85,33 km.
Menurut Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan (BBPJN XVIII Jayapura Osman Harianto Marbun, pada Tahun 2018, penanganan ruas Jalan Enarotali-Sugapa berlanjut sepanjang 15,51 km melalui 2 paket pekerjaan kontraktual yakni Paket Enarotali-Sugapa I sepanjang 7,78 km dengan biaya mencapai Rp 58,33 miliar dan Enarotali-Sugapa II sepanjang 7,73 km dengan biaya sebesar Rp 57,97 miliar. Sisanya, sepanjang 9,16 km akan ditangani pada tahun anggaran 2019.
“Tantangan dalam pembangunan jalan di Papua disamping kondisi cuaca dan alamnya yang masih berupa hutan dengan kondisi geografi cukup berat hampir pada semua segmen. Pada segmen IX yaitu ruas Merauke-Tanah Merah-Waropko-Oksibil tantangannya adalah ketiadaan batu-batuan. Oleh karenanya batu-batuan harus didatangkan dari Kota Palu atau menggunakan campuran tanah dan semen (soil cement),” kata Dirjen Bina Marga Arie Setiadi Moerwanto. Pengerjaan ruas jalan tersebut belum melibatkan TNI karena dari sisi keamanan masih relatif kondusif.
Segmen III Trans Papua ruas Enarotali-Ilaga-Mulia-Wamena nantinya akan tersambung jalan di kawasan pegunungan Papua lainnya yakni ruas Wamena-Habema-Kenyam-Mumugu yang kini tengah dikerjakan oleh Kementerian PUPR bekerjasama dengan Zeni TNI AD.
Sementara untuk jalan perbatasan di Papua, BBPJN XVIII pada tahun 2017 telah menyelesaikan perbaikan beberapa titik kerusakan pada ruas Oksibil hingga Merauke yang memiliki panjang jalan 688 km. Beberapa titik yang sebelumnya berupa tanah dan sulit dilintasi saat musim hujan, seperti ruas Waropko-Mindiptana, Mindiptana-Tanah Merah, Tanah Merah-Getentiri, Getentiri-Batas Kab. Merauke/Boven Digul, Batas Kab. Merauke/Boven Digul-Muting, kini sudah beraspal.(*)