Daerah  

Prof Ron Harris: Kurangi Resiko Bencana dengan Maksimalkan Kesiapsiagaan Masyarakat

Padang – Kuliah Umum dalam rangkaian SEG Seismic Gap Tour bertajuk “Seismic Gap Tour (SGT): Bridges Over Troubled Waters: Experiments with Full-spectrum Geohazard Risk Reduction in Indonesia” di Universitas Negeri Padang (UNP), Jumat (13/6/2025) menyimpulkan sosialisasi kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana terus digiatkan sehingga bisa mengurangi resiko dampaknya.

Kegiatan ilmiah bergengsi ini menghadirkan narasumber utama Prof. Ron A. Harris, seorang pakar Geologi dari Brigham Young University (BYU), Amerika Serikat. Dalam kuliah umumnya, Prof. Harris menekankan pentingnya memahami sejarah kejadian bencana di masa lalu sebagai kunci untuk memprediksi dan mempersiapkan diri terhadap potensi bencana di masa depan.

“Kita tidak bisa melupakan sejarah. Catatan gempa dan tsunami dari tahun 1629 hingga saat ini menunjukkan adanya ‘seismic gap’ atau kekosongan kejadian besar yang menjadi sinyal bahaya bagi kita saat ini,” ujar Prof. Harris.

Menurut hasil penelitiannya, tingkat kemampuan komunikasi risiko dan penerapan langkah pengurangan risiko bencana di Indonesia masih tergolong rendah.

“Di Sumbar termasuk yang tingkat kesiapannya terhadap Tsunami lebih bagus dibandingkan dengan tempat lain. Sumbar punya KOGAMI (Komunitas Siaga TSunami, FPRB (Forum Pengurangan Resiko Bencana), KSB (Kelompok Siaga Bencana),” ungkap Prof Ron Harris sembari mengakui komunitas peduli ini menjadi row model daerah lain yang terdampak bencana.

Dalam menghadapi ancaman gempa dan tsunami, pertanyaan utama bukan lagi “jika” bencana itu terjadi, tetapi “kapan” dan “seberapa besar”. Prof. Harris menekankan bahwa di wilayah Sumatera Barat dan sekitarnya, potensi gempa bumi bahkan dapat mencapai 8,7 Skala Richter.

Pentingnya Kesiapan Masyarakat

Prof. Harris juga menceritakan pengalaman dua tahun sebelum tsunami dahsyat melanda Aceh pada tahun 2004. Ia telah mempublikasikan hasil penelitiannya mengenai potensi seismic gap di bagian barat Sumatera yang berpotensi memicu gempa besar. Namun, sayangnya, informasi ini belum sampai ke masyarakat setempat hingga bencana benar-benar terjadi.

“Inilah pentingnya hasil kajian ilmiah harus disampaikan kepada masyarakat dan pemerintah. Dengan begitu, kita dapat melakukan mitigasi dan mempersiapkan diri lebih baik,” jelasnya.

Ia menekankan bahwa kesiapsiagaan masyarakat adalah faktor utama dalam mengurangi jumlah korban jiwa. Ia mencontohkan masyarakat di Pulau Simeulue yang berada sangat dekat dengan pusat gempa tsunami Aceh, namun berhasil selamat hampir tanpa korban karena mereka memiliki kearifan lokal dan kepercayaan yang diwariskan secara turun-temurun melalui cerita rakyat.

Hal serupa juga terjadi di Maluku, ketika bendungan yang jebol menyapu permukiman di bawahnya namun nyaris tanpa korban, serta saat letusan Gunung Kelud dapat diminimalkan berkat informasi cepat dari dua mahasiswa geologi yang mendorong evakuasi dini.

“Alam memberikan tanda. Kita harus belajar mendengar suara alam (listen to the earth). Energi yang tersimpan selama ratusan tahun berarti potensi bahaya yang besar, dan itu menuntut tindakan mitigatif yang serius,” ujar Prof. Harris.

Dalam kesempatan tersebut, Wakil Rektor 1 UNP, Dr Renaldi mengapresiasi kehadiran Prof. Harris dan seluruh pihak yang terlibat. Menurutnya, kerjasama kebencanaan ini tidak hanya diatas kertas saja, tetapi benar-benar direalisasikan.

“Kegiatan ini sangat penting dalam membangun pemahaman dan kesadaran tentang antisipasi bencana sejak dini, serta mendukung upaya pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya pada tujuan pengurangan risiko bencana,” ujarnya

Turut hadir dalam Kuliah Umum Geologi Kebencanaan tersebut, antara lain BNPB, 5 institusi BMKG serta Kepala BPBD Sumbar, pimpinan 6 utusan BPBD kabupaten/kita, pejabat lingkungan kampus yakni Dekan FMIPA Prof. Dr. Yulkifli, S.Pd, MSi dan lainya, lembaga non pemerintah dan kalangan media.

Menariknya kuliah umum ini juga difasilitasi zoom meeting dan turut hadir mahasiswa dari berbagai fakultas. Diawali dengan sambutan Direktur Pemetaan dan Evaluasi Risiko Bencana BNPB Dr. Ir. Udrekh, SE., M.Sc melalui zoom.

Pada kesempatan itu, Prof. Ron Harris mengharapkan kuliah umum ini bukan sekadar pertemuan ilmiah, tetapi menjadi momentum penting untuk memperkuat kesadaran kolektif bahwa keselamatan bukan hanya urusan pemerintah, tetapi tanggung jawab bersama seluruh elemen masyarakat. (Agusmardi)