Berbagai keutamaan membaca shalawat nabi. Dari meningkatkan derajat dan kebaikan, penghapus keburukan, menambah pahala, dapat memberikan ampunan dosa hingga menjadi penghibur kelak di alam kubur.
Ada kisah pengamal shalawat nabi yang memiliki karomah luar biasa. Meski mereka hanyalah orang biasa. Berikut kisah karomah pengamal shalawat nabi.
- Kisah pertama tentang seorang nelayan yang gemar sekali bershalawat
Namun sholawatnya kurang tepat, karena mungkin ia teringat ayat Al quran surat Al-Ahzab ayat 56, yang artinya “sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatnya bershalawat untuk Nabi.
Hai orang-orang yang beriman bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah dalam penghormatan kepadanya”.
Dia pun bersholawat selama berpuluh-puluh tahun dengan ribuan kali bacaan setiap harinya.
Suatu ketika lagi asik merajut jalanya yang robek dan kusut di bibir pantai, sembari sembari membenarkan jalanya, si nelayan pun asik bersholawat.
Shalawat itu didengar rombongan para ustaz yang akan menaiki kapal untuk menyeberang ke seberang pulau.
Salah seorang ustaz tersebut menegur kepada nelayan, dengan berkata “wahai nelayan sholawat yang engkau baca itu keliru.
Bukan solo tapi soli yang benar”. Dengan tersenyum nelayan itu berterima kasih kepada ustad itu karena telah menasehatinya.
Rombongan ustad itupun pergi dengan perahu besar yang ditumpanginya.
Namun beberapa saat setelah rombongan Ustaz itu pergi, nelayan lupa apa yang Ustaz katakan tentang bacaan sholawat yang benar. “Solu atau solia” ungkap nelayan.
Dia pun mengejar rombongan Ustaz tadi yang sudah berada di lautan lepas, sambil berteriak memanggil-manggil ustaz-ustad, “Yang benar solo atau soli ya? saya lupa Ustaz”.
Nelayan itu mengejar dengan berjalan serta berlari di atas air. Ustaz itu kaget dan tercengang melihat kebesaran Allah dan kedahsyatan sholawat atas kekasih Allah yang diberikan kepada hambanya.
Sang Ustad itu pun membalas “buat engkau mau solu atau soli, bebas Pak Tua, Makom engkau jauh lebih tinggi daripada kami. semua maafkan kata-kata kami yang tadi,” kata Ustaz.
- Selanjutnya kisah pemabuk ditinggikan derajatnya, berkah membaca sholawat
Kisah ini disampaikan oleh Syekh Muhammad Nawawi Al Bantani dalam kitabnya penkihul qoul Syekh Nawawi, mengutip cerita ini dari sebagian kaum sufi. Diceritakan salah seorang tokoh sufi memiliki tetangga yang pemabuk berada dalam taraf di luar kewajaran.
Bahkan, si pemabuk itu tidak bisa membedakan hari sekarang besok atau kemarin. Dia hanyut dalam minuman keras.
Pemabuk ini berulang kali diberi nasihat oleh sang Sufi agar bertaubat. Namun tidak menerimanya, tetap dengan kebiasaan mabuk-mabukan.
Yang menakjubkan saat mabuk tersebut meninggal dunia, dijumpainya oleh sang sufi dalam sebuah mimpi. Ia berada di dalam derajat yang luar biasa mulia.
Ia memakai perhiasan berwarna hijau lambang kebesaran dan kemegahan di surga. sang sufi terheran-heran, mengapa tetangganya yang seorang pemabuk mendapat kedudukan semulia ini.
Lalu sang Sufi bertanya apa yang menjadi alasan memperoleh derajat yang mulia ini. Kemudian pemabuk menjelaskan ihwal kenikmatan yang dirasakannya.
Suatu hari menghadiri Majelis Dzikir lalu mendengar orang alim berkata: “barangsiapa bershalawat kepada nabi dan mengeraskan suaranya, surga wajib baginya. Lalu orang alim tadi mengeraskan suaranya dengan bersholawat kepada nabi, dan jamaah juga mengeraskan suara, seperti yang dilakukan orang alim itu.
Kemudian Allah mengampuni semuanya pada hari itu, termasuk pemabuk. Kisah tersebut terang saja bukan hendak menebarkan praktik mabuk-mabukan yang memang diharamkan dalam Islam.
Cerita itu sekedar merefleksikan keistimewaan sholawat yang bisa mengantarkan pada samudra kasih sayang dan pengampunan.
- Kisah orang sholeh yang sempat berhenti mengamalkan sholawat nabi
Suatu zaman terdapat seorang yang cukup soleh, setiap harinya membaca shalawat nabi. Ia kerap bertemu Rasulullah dalam mimpinya, diperlakukan dengan hangat oleh rasulullah pada setiap perjumpaannya.
Tapi suasana perjumpaan kali ini, dalam mimpinya melihat Rasulullah tidak seperti biasanya. Rasulullah bersikap dingin, Rasulullah tidak menoleh kepadanya dan tidak menyapanya. “Wahai Rasulullah apakah yang mulia sedang murka terhadapku,” Ia bertanya. Dengan susah hati tidak jawab Rasulullah.
“Tidak sudi memandangku karena aku tidak mengenalimu,” kata Rasulullah. Lalu dijawab orang soleh “bagaimana bisa yang mulia tidak mengenaliku. Padahal aku salah seorang dari umatmu. Ulama yang menjadi ahli waris yang mulia meriwayatkan bahwa lebih mengenal umat yang mulia sendiri dibanding pengenalan ibu terhadap anaknya,”.
Kembali dijawab Rasulullah “mereka itu benar, hanya saja kau tidak mengingatku melalui sholawat. Sementara daya pengenalanku terhadap umatku tergantung pada kekuatan mereka membaca shalawat,” kata Rasulullah.
Ia pun terbangun, hatinya begitu sedih. Tetapi ia menyadari sudah sekian bulan ini ia tidak membaca shalawat. Kemudian bersholawat dalam hatinya membaca shalawat nabi sebanyak 100 kali setiap hari.
Ia kemudian membuktikan tekadnya dengan baik. Pada suatu malam Ia bermimpi berjumpa dengan Rasulullah. Dalam mimpinya ia disapa dengan hangat oleh Rasulullah.
- Kisah selanjutnya ketika Al Imam Sufyan Assauri sedang thawaf mengelilingi Ka’bah
Dia melihat seseorang yang setiap kali ia mengangkat kakinya saat melangkah senantiasa membaca sholawat atas nabi Muhammad SAW. Karena penasaran dia kemudian menyempatkan diri untuk bertanya sejenak.
“Sejak awal engkau telah meninggalkan bacaan tasbih dan tahlil, lalu menggantinya dengan hanya mengucapkan sholawat atas nabi. Adakah alasan khusus bagimu dalam mengamalkannya?,” tanya Al Imam Sufyan Assauri.
Lantas orang itu balik bertanya “siapakah engkau semoga Allah mengampunimu,”. Sofyan Assouri menjawab “Aku adalah Sofyan Assauri,”. Orang itu berkata “Sungguh seandainya jika bukan karena engkau orang yang sangat istimewa, niscaya aku tidak akan memberitahukan rahasia kejadianku ini padamu,”.
Berceritalah ia “berawal ketika aku melaksanakan ibadah haji bersama ayahku. Tiba-tiba ayahku meninggal dunia, kulihat wajahnya tampak menjadi hitam kelam. Dalam keadaan penuh duka dan kaget, aku mengucapkan innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Lalu ku tutup wajahnya dengan kain, setelah itu aku mandikan dan kusholati jenazah ayahku. Karena terasa letih aku sempat tertidur, kemudian aku bermimpi melihat seseorang yang wajahnya sangat tampan wangi dan bercahaya sangat bersih bersinar.
Aku melihat orang itu tiba-tiba mengusap wajah ayahku dengan tangannya yang penuh cahaya. Lalu kulihat wajah ayahku langsung berubah menjadi putih bercahaya. Saat orang yang tampan itu hendak pergi, dengan spontan aku bertanya kepadanya “wahai hamba Allah siapakah engkau ini? Mengapa wajah ayahku berubah menjadi putih bercahaya? seperti ini setelah sebelumnya hitam kelam.
Orang itu menjawab “Apakah kau tidak mengenaliku? aku adalah Muhammad Rasulullah yang mempunyai mukjizat Alquran. Sesungguhnya ayahmu itu termasuk orang yang telah melampaui batas banyak berbuat dosa dan maksiat semasa hidupnya. Walaupun begitu, karena ia sering berselawat kepadaku, saat sakratul mautnya aku datang untuk memberi syafaat kepadanya,”. Setelah itu terbangun dari tidurku dan kulihat wajah ayahku benar-benar berubah putih berseri bercahaya.
- Kisah terakhir adalah kisah tragis pembenci sholawat
Hidup seorang pecinta Rasulullah, Abdullah bin Mubarak namanya. Nafas yang dihembuskan yang tidak pernah lepas dari menyebut nama sang kekasih Baginda Nabi Muhammad SAW. Mulutnya selalu bertasbih oleh ucapan shalawat.
Suatu ketika ia didatangi seseorang tiba-tiba seseorang itu begitu membenci bacaan sholawat yang terus didengungkan Abdullah. Ia menenteng senjata tajam kalau berhadap-hadapan Abdullah, ia angkat senjatanya.
Ia tarik lidah Abdullah. Lidah Abdullah terpotong tergeletak di atas tanah. Abdullah merintih, sang pemotong lidah itu berlalu dengan bangga gembira, karena tak bakal ada lagi lantunan sholawat yang mengganggunya.
Tetapi para malaikat tak diam, ditulisnya peristiwa itu. Di waktu yang tak disangka-sangka kelak, laknat Allah dihujamkan kepadanya sesuai kejadian kejam itu.
Abdullah yang tak bisa lagi membaca shalawat dengan bahagia, tentu saja ia berkeluh kesah Rasulullah kekasih yang selalu ia sebut namanya itu.
Mendengar keluh kesahnya itu beliau hadir dalam mimpi Abdullah, dengan didengarnya Kisah mengerikan itu. Kemudian inilah yang terjadi, lidah Abdullah tersambung seperti sedia kala.
Si pemotong lidah terkutuk itu pun langsung mendapat balasan. Sang anak yang tak tega melihat penderitaan ayahnya, berulang kali memohon maaf atas peristiwa itu kepada Abdullah.
Ia memohon agar Abdullah memaafkan ayahnya. Ia akan ia tebus dengan bacaan sholawat sepanjang hidupnya. Hati Abdullah bin Mubarak yang penuh belas kasihan menerima permohonannya, maka sang ayah sembuh seperti semula, dan sang anak berjuang memenuhi janjinya. Menghembuskan shalawat bersamaan dengan setiap detak jantungnya.
Semoga dalam pembahasan ini kita bisa mengambil pelajaran hikmah. Mudah-mudahan pembahasan ini bermanfaat bagi kita semua amin ya robbal alamin. (**)