PADANG–Calon Ketua Pertina Padang Efendi menyayangkan penyelenggaraan Muskot Pertina yang tidak mengacu kepada roh oeganisasi yakni anggaran dasar dan Anggaran Rumah tangga (AD ART). Bahkan, Efendi menilai jalannya Muskot tersebut penuh rekayasa.
“Saya menyayangkan alek Muskot Pertina Padang Padang yang mengangkangi amanah AD ART Pertina,” ungkap Efendi kepada media ini, Jumat (24/3/2023).
Efendi juga sayangkan sikap Ketua Pertina Sumbar, Togi P Tobing yang ikut campur dalam perhelatan Muskot Pertina Padang yang digelar di Palanta Rumah Dinas Walikota Padang, Rabu (22/3/2023).
Tidak itu saja, Togi dinilai ikut mendukung salah satu calon. Padahal dalam Muskot tersebut Togi kapasitasnya sebagai Ketua Pertina Sumbar.
“Itu yang saya sayangkan kepada Togi dan dia juga ikut sebagai pimpinan sidang seharusnya Togi sebagai Ketua Pertina Sumbar seharusnya hanya membuka Muskot dan langsung meninggalkan tempat Muskot. Malah dia yang mengawal Muskot sampai tuntas, ” ujar Effendi.
Dia menambahkan, tidak itu saja sebagai Ketua Pelaksana Dodi Damanik sudah mengankangi AD/ART Pertina. “Dodi itu Ketua Pelaksana Muskot, sebagai pimpinan sidang iya juga dan sebagai pemilik hak suara iya juga, ini kan aneh malah dia memiliki dua sasana lagi seperti sasana UNP dan Rawang Boxing Camp, ” ujar Effendi.
Kelucuan dari, peserta sasana UNP yang jelas jelas sudah ada surat bantahan dari Dekan UNP, bahwa tak ada sasana di lingkungan UNP. Surat itu dibubuhi tanda tangan basah dan stempel UNP. Tapi, anehnya masih saja ada peserta yang mengatasnamakan UNP, yang memberikan suara dalam Muskot itu. Apakah ini tak rekayasa namanya.
Kemudian, dalam aturan AD ART, terutama pada Pasal 29, dalam alek Muskot baik Pengkot maupun Pengkab tak ada suara dari Pengprov, kecuali dari Ketua Pengkot. Anehnya lagi, tetap Pemprov memberikan suaranya. Lagi lagi tak ada yang membantah.
Sehingga, Efendi mengaku geram melihat Muskot Pertina ini. Bukan karena kalah namun ketidak adilan pelaksanaan Muskot tersebut,yang tidak sesuai amanah AD ART dan nilai nilai sportivitas olahraga.
Dan lebih memiriskan lagi, tidak ada yang membantah kecurangan tersebut, malah semua mendukung tetap dilaksanakannya Muskot tersebut. “Saya merasa sebagai seorang mantan atlet, pelatih dan pemilik sasana tinju merasa dikhianati oleh para pemilik suara. Padahal sebelum dilaksanakannya Muskot, mereka sudah jelas mendukung saya dengan memberikan surat dukungan yang sah berupa tandatangan yang distempel dan juga pakai materai pas di hari pemilihan suara mereka berpindah kepada calon lain, adik seorang penguasa Kota Padang dan anak dari konglomerat terkenal Morydean Asli Khaidir, ” ucap Effendi.
Sungguh sangat disayangkan, sudahlah penyelenggaraan Muskot Pertina Padang ini sudah mengangkangi roh dari aturan organisasi yakni AD ART, kemudian juga telah mengabaikan nilai nilai sportivitas.” Jika, sudah melanggar AD ART dan mengabaikan nilai nilai sportivitas, mau dikemanakan olahraga tinju di Kota Padang ini,” sesal Efendi. (Naldi)