Oleh:Almadi
(Wartawan Utama)
Bengkulu kami datang. Walau kedatangan lewat darat tapi bukan kami tak punya, memang banyak rintangan sebelum menuju medan laga. Walau kami dilepas dengan berdarah-darah, ini bentuk perjuangan sebelum bertarung diarena sebenarnya.
Bengkulu dulunya adalah tanah jajahan Inggeris, bumi raflesia mungkin jadi catatan sejarah bagi duta olahraga Ranah Minang, kenapa, karena banyak kejadian di luar nalar demi merebut sekeping medali emas.
Tuan rumah tentu tak biarkan medalinya menghirap begitu saja. Bukan rahasia umum, berbagai cara dilakukan demi gengsi sebagai tuan rumah, dengan motto sukses tuan rumah, juga sukses prestasi. Tak perduli nilai sportifitas yang penting juara.
Kontingen Sumbar sudah bertolak menuju Porwil X di bawah pimpinan Ketua Koni, impian rakyat Sumbar ada dipundaknya. Target tinggi ranking 3 pulau Sumatera adalah harga mati, kalau bisa sekalian raih emas sepakbola.
Sanggupkah? Semua bisa terjadi jika atas kehendak Allah SWT, meski masuk kategori kontingan pra sejahtera, karena anggaran diacak-acak yang berkuasa, tak membuat atlet berduka. Mereka tetap gembira ria di bus wisata yang menghantarkannya.
Hanya itu yang bisa mereka lakukan, berkaroke ria walau suara pas-pas an, sesekali tercekik karena nada tinggi. Lagunya tak pula kebarat-baratan, cukup dangdut yang penting bisa satu suara tanda kebersamaan yang tulus.
Mereka tak peduli apa yang terjadi sebelum berangkat, saat ini bernyanyi dulu ah. Tak ada yang bisa melarangnya, mungkin ini bentuk pelampiasan atlet pra sejahtera. Bernyanyi terus entah kapan berhentinya.(***)