PADANG-Laga Semen Padang FC kontra Persija Jakarta di Stadion GOR H. Agus Salim (GHAS) sangat menyesakan bagi kubu Macan Kemayoran. Kenapa tidak, wasit jelas berpihak ke tuan rumah Semen Padang.
Duel Kerbau Merah versus Macan Kemayoran terasa panas hingga 107 menit, adu emosi, hujan kartu, serta keputusan wasit yang mengundang perdebatan panjang.
Sejak peluit awal dibunyikan wasit Steven Yubel Poli, duel berlangsung keras. Persija tampil agresif menekan, sementara Semen Padang memilih disiplin, rapat di lini belakang, dan mengandalkan transisi cepat. Beberapa kali benturan keras terjadi di lini tengah, memaksa wasit mulai mengeluarkan kartu kuning sejak babak pertama.
Memasuki menit-menit pertengahan babak pertama, tempo kian meningkat. Pelanggaran demi pelanggaran memutus ritme permainan. Sejumlah keputusan wasit dinilai menguntungkan tuan rumah, sementara kubu Persija mulai menunjukkan gestur protes. Hingga turun minum, skor masih kacamata, namun emosi sudah memanas.
Babak kedua menjadi panggung sesungguhnya. Semen Padang tampil lebih berani dan akhirnya memecah kebuntuan lewat skema serangan cepat yang berujung gol kemenangan Kabau Sirah. Stadion GHAS pun bergemuruh, tekanan beralih sepenuhnya ke Persija.
Dalam kondisi tertinggal, Persija meningkatkan intensitas serangan. Tekanan bertubi-tubi membuat laga semakin keras. Wasit kembali menjadi aktor utama dengan mengeluarkan kartu demi kartu. Hingga akhir laga, tercatat tujuh kartu kuning dan dua kartu merah, seluruhnya untuk pemain Persija Figo Dennis dan Fabio Calonego harus mandi lebih cepat.
Puncak drama terjadi di masa injury time. Pada menit 95, Persija sempat mencetak gol penyama kedudukan. Selebrasi pecah. Bangku cadangan Persija melonjak. Namun euforia itu tak bertahan lama. Wasit memutuskan melakukan pengecekan VAR.
Setelah menunggu beberapa menit yang menegangkan, wasit menganulir gol tersebut. Alasan tegas disampaikan, terjadi pelanggaran lebih dulu oleh Allando terhadap pemain Semen Padang sebelum gol tercipta. Keputusan ini memicu kemarahan hebat dari kubu Persija. Protes keras dari ofisial berujung kartu tambahan, sementara Allando diganjar kartu kuning kedua yang berujung kartu merah.
Drama belum selesai. Di penghujung tambahan waktu, Emaxwell Souza kembali membobol gawang Semen Padang. Namun lagi-lagi gol dianulir. Kali ini, wasit menilai Allano Lima melakukan pelanggaran lebih dulu terhadap pemain tuan rumah.
Pelatih Persija Jakarta Mauricio Souza akhirnya angkat suara bukan untuk membela timnya, melainkan menyentil sistem perwasitan Liga Indonesia yang menurutnya tak pernah berbenah.
“Saya capek. Saya benar-benar lelah,” kata Mauricio dengan nada dingin namun menusuk. Ia menegaskan, persoalan wasit bukan insiden satu pertandingan, melainkan masalah berulang yang terus terjadi sejak ia pertama kali melatih di Indonesia pada 2023.
“Setiap minggu ceritanya sama. Bukan cuma Persija, hampir semua tim merasakannya. Tapi anehnya, tidak pernah ada evaluasi yang benar-benar terbuka,” ujarnya.
Mauricio menilai, keputusan-keputusan krusial dalam laga kontra Semen Padang terlalu menentukan arah pertandingan. Dua gol yang dianulir, hujan kartu untuk Persija, hingga kartu merah yang dianggapnya berlebihan, disebutnya membunuh pertandingan.
“Saat wasit dan VAR terlalu dominan, sepak bola kehilangan esensinya. Yang menentukan hasil bukan lagi pemain di lapangan,” sindir pelatih asal Brasil itu.
Namun, Mauricio menolak jika klub terus dijadikan pihak yang bersuara. Ia justru melempar tanggung jawab ke publik. “Kalau pelatih atau klub bicara, kami selalu disalahkan. Kami didenda, kami ditekan. Jadi yang harus bicara itu media dan suporter,” tegasnya.
Ia bahkan menyebut bahwa penugasan wasit layak diinvestigasi, bukan hanya dinilai internal. “Transparansi itu penting. Kalau tidak, kepercayaan pada liga ini akan terus turun,” ucapnya. (almadi)
