Indeks
Ekobis  

Khairul Jasmi : Tantangan PT SP Dahulu Lebih Berat Dibanding Sekarang

Padang – Pemerhati sejarah Sumbar yang kini menjabat Komisaris PT Semen Padang Khairul Jasmi mengakui Semen Padang menghadapi tantangan yang tidak ringan hingga 10 tahun mendatang. Namun wartawan senior itu menekankan, sebenarnya tantangan yang sudah dilewati Semen Padang jauh lebih berat. Misalnya, saat perusahaan ini nyaris dilego menjadi besi tua ke Perusahaan Prancis, Ciccofrance tahun 1968.

Ceritanya, pada awal tahun 1968, ketika Semen Padang dipimpin  Direktur Utama, Ir.K.A.Mat Tjik, berhembus kabar bahwa perusahaan kebanggaan orang Minang ini akan dijual menjadi besi tua ke perusahaan asing.

K.A.Mat Tjik pada saat itu  mengatakan bahwa pemerintah sudah membuat draf kerjasama dengan perusahaan dari Prancis yang akan membeli 50 persen saham PN Semen Padang. Setelah itu, pabrik ini tentu akan dikendalikan orang asing atau akan dilego saja sebagai besi tua. Ketika informasi itu dilontarkan, maka goncanglah pabrik tua itu.

Alasan untuk menjualan Semen Padang pada saat itu karena besi-besi tua tersebut tidak produktif lagi . Hanya membuang-buang masa. Karena itu, lebih baik  dilego saja menjadi uang .

Informasi itu akhirnya sampai ke telinga Gubernur Harun Zain. Beliau mamburansang (marah besar).  Alasannya, beliau mau pulang Sumbar adalah untuk membangun kampung halaman. Tanah kelahirannya sudah porak poranda pasca perang saudara. Ia  berang, asset satu-satunya kebanggaan daerah yang ada di Sumatera Barat, dan dibutuhkan untuk menunjang program pembangunan, mau dilego orang.

Mendengar khabar itu , Harun Zain memanggil Mat Tjik ke Kantor Gubernur. Mat Tjik menyampaikan berbagai argumen bahwa Semen Padang bukan akan dijual, tetapi hanya kerjasama dengan perusahaan dari Prancis. Namun Gubernur Harun Zain pada saat itu tidak percaya dengan segenap alasan yang dikemukakan Mat Tjik.

Beliau berjuang ke Jakarta agar Semen Padang tidak jadi dijual. Harun menghadap Menteri Perindustrian , Jenderal M.Jusuf.  Sekuat tenaga beliau meyakinkan  Jenderal M.Jusuf agar rencana penjualan Semen Padang dibatalkan.

Kepada Menteri Harun Zain mengatakan, rakyat Sumbar telah mempertahankan pabrik Indarung selama perang dunia kedua, karena itulah satu-satunya industri yang masih hidup.

Menteri Perindustrian , Jenderal M.Jusuf pada saat itu menjelaskan, Semen Padang bukan dijual. Tetapi dikerjasamakan dengan perusahaan dari Prancis. Pemerintah sudah membuat dasar kerjasama dimana 50 % saham akan dimiliki oleh perusahaan asing.

Setelah beragumen, akhirnya Harun Zain berhasil meyakinkan Menteri Jusuf agar Semen Padang tidak dijual. Namun sang menteri memberi syarat,  rencana penjualan bisa dibatalkan manakala Harun Zain bisa mengubah besi tua itu menjadi sesuatu yang berguna. Menteri juga meminta agar mencari orang yang mampu mengelola dan menjalankan pabrik itu.

Bersama wartawan senior, Marthias Doeski Pandoe, dan Anggota DPRD-GR, Syafruddin Bahar, Harun kemudian merayu Ir.Azwar Anas, seorang perwira tamatan ITB yang sedang memimpin anak perusahaan Perindustrian Angkatan Darat (Pindad) di Bandung. Sebelum menemui Azwar Anas di Bandung, dan memintanya pulang ke Padang untuk memimpin Semen Padang, Harun Zain melalui M.Jusuf sudah dulu meminta Kasad untuk menugaskan Azwar Anas ke Padang. Karena terperangkap “jeratan” Harun Zain, Azwar Anas mau meninggalkan posisinya yang sudah mapan di Bandung, mengemban tugas berat memulihkan perusahaan tua kebanggaan daerah di Sumatera Barat.

Niat tulus Azwar Anas mengabdi di kampung halamannya itu tidak sia-sia. Ketika memulai tugasnya di PN Semen Padang, ia tidak mendahulukan pembenahan pabrik. Yang dia perbaharui adalah semangat dan mentalitas karyawannya.”Modal utama sebuah perusahaan itu adalah manusia, karyawannya. Bukan mesin,” begitu keyakinan Azwar Anas, ketika itu.

Produksi semen meningkat, permintaan pasar juga meningkat. Perusahaan juga mendapat dukungan dari masyarakat Lubukkilangan yang bersedia menyerahkan tanah ulayat seluas 126, 3 hektare untuk perluasan perusahaan dan peningkatan produksi dari 120.000 ton menjadi 220.000 ton setahun.

Dengan pengalaman menghadapi tantangan dari berbagai periode zaman, Khairul Jasmi optimis PT Semen Padang bisa melewati berbagai tantangan ke depan. Apa kuncinya?

“Semua jajaran Semen Padang harus kompak. Saling mendukung untuk kemajuan perusahaan. Ciptakan rasa saling percaya,” katanya seraya mengatakan dengan kompak, berbagai dinamika internal dan eksternal yang dihadapi perusahaan bisa diatasi. (*)

Exit mobile version