Pasaman-Dinas Pariwisata, Pemuda, Olahraga dan Kebudayaan (Disparporabud) Kabupaten Pasaman terus menunjukkan komitmennya dalam melestarikan nilai-nilai sejarah dan kebudayaan daerah. Setelah sukses menggelar kegiatan pengenalan museum melalui lomba kolase dan congklak bagi anak-anak tingkat TK dan SD se-Kabupaten Pasaman, kali ini Disparporabud kembali melaksanakan Sosialisasi dan Pengenalan Museum Tuanku Imam Bonjol (TIB) yang diikuti oleh pelajar SMA sederajat dari seluruh kecamatan di Pasaman.
Kegiatan yang digelar pada Kamis, 23 Oktober 2025 tersebut berlangsung di kompleks Museum Tuanku Imam Bonjol (TIB) dan diikuti sebanyak 145 peserta. Para peserta merupakan perwakilan dari berbagai sekolah menengah atas di seluruh kecamatan di Pasaman.
Acara secara resmi dibuka oleh Jaffar, SH, selaku Kepala Bidang Kebudayaan Disparporabud Pasaman, yang hadir mewakili Kepala Dinas. Dalam sambutannya, Jaffar menyampaikan bahwa kegiatan sosialisasi ini menjadi salah satu agenda penting yang dibiayai melalui Dana DAK BOP Tahun 2025 Museum TIB, dan merupakan bagian dari rangkaian kegiatan edukatif yang rutin dilaksanakan di museum tersebut.
“Museum bukan hanya tempat menyimpan benda-benda lama, tapi ruang belajar sejarah yang hidup. Melalui kegiatan ini, kita ingin menanamkan rasa cinta sejarah kepada generasi muda, agar mereka mengenal jati diri bangsanya sejak dini,” ujar Jaffar.
Untuk memperkaya wawasan para peserta, Disparporabud menghadirkan dua narasumber berkompeten, yakni Ibu Nofi Jamaluddin, Ketua Asosiasi Museum Indonesia (Amida) Provinsi Sumatera Barat, serta Datuak Amran, sejarawan asal Rao yang juga seorang pendidik dan pemerhati sejarah lokal.
Dalam pemaparannya, Nofi Jamaluddin menekankan pentingnya museum sebagai sumber pengetahuan dan pembentukan karakter generasi muda. Ia juga mengulas tentang makna keberadaan Museum Tuanku Imam Bonjol, serta mengaitkannya dengan nilai-nilai perjuangan dalam Perang Paderi, yang menjadi bagian penting dari sejarah Sumatera Barat.
“Museum adalah jendela masa lalu yang mengajarkan kita tentang arti perjuangan, semangat, dan identitas bangsa. Dari sini, anak-anak bisa belajar nilai kejujuran, keberanian, serta rasa cinta terhadap tanah air,” ungkap Nofi.
Sementara itu, Datuak Amran membawa para peserta menjelajahi sisi lain sejarah Pasaman melalui kisah benda-benda peninggalan masa lampau. Ia memaparkan tentang candi-candi kuno di Rao dan Rao Selatan, berbagai arca peninggalan era Hindu–Buddha, hingga catatan sejarah tentang penambangan emas di wilayah Rao yang menjadi bagian dari warisan sejarah daerah tersebut.
Kegiatan sosialisasi berlangsung interaktif, diwarnai sesi tanya jawab antara narasumber dan peserta. Para siswa tampak antusias mengikuti paparan, bahkan beberapa di antaranya mengaku baru mengetahui bahwa Pasaman memiliki kekayaan sejarah yang begitu beragam dan bernilai tinggi.
Dengan terselenggaranya kegiatan ini, Disparporabud Pasaman berharap generasi muda semakin mencintai sejarah bangsanya dan menjadikan Museum Tuanku Imam Bonjol bukan sekadar tempat berkunjung, tetapi juga ruang belajar yang menyenangkan dan inspiratif. (AMRI)
