Indeks
Sumbar  

17 Siswa SMK Terancam Tak Ikut UN

PADANG-Sekitar 17 siswa dari 70 siswa SMK terancam tidak bisa mengikuti ujian nasional (UN) tahun 2022 ini. Pasalnya, 70 siswa ini terancam tak terdaftar di Dapodik Disdik Sumbar. Karena, 70 siswa ini menyeberang dari SMK Dhuafa Padang ke SMK Tamsis Padang.

Apalagi, perpindahan mereka tidak mengantongi surat pindah dari sekolah asal mereka (SMK Dhuafa). Sebab, data mereka sudah terkunci di Dapodik atas nama siswa SMK Dhuafa Padang.

”Kita kasihan terhadap ke-70 siswa tersebut yang tidak bisa mengikuti Ujian Nasional (UN) nantinya, karena mereka masih terdaftar di SMK Dhuafa. Namun, mereka sekolah di SMK Tamsis. Tentu hal ini bisa mencoreng muka pendidikan Sumbar kalau tetap dibiarkan,” ujar Ketua Yayasan Bina Nusantara Isafat (YBNI) Kota Padang, Irvan Ibrahim didampingi Pembina YBNI Herwandi dan Kepala SMK Dhuafa Padang Esneti.

Dia menambahkan, nampaknya ada unsur pembiaran oleh pihak-pihak terkait. Buktinya, sampai kini upaya pengembalian siswa SMK Dhuafa tersebut oleh Yayasan Bina Nusantara Isafat tak bisa terlaksana.
Bahkan, juga sudah berupaya melakukan negosiasi dengan berbagai pihak, termasuk membujuk para siswa itu untuk kembali ke SMK Dhuafa, namun tak berhasil. Jika dibiarkan tentu yang akan menjadi korban siswa tersrbut. Apalagi, mereka siswa itu berasal dari keluarga tidak mampu.

Kepala SMK Dhuafa Padang mengaku, dirinya kaget dan tak tahu kenapa hal itu bisa terjadi. Sebab, sebelum kepindahan secara “galodo” siswa SMK Dhuafa yang bernaung di bawah YBNI itu tinggal di yayasan yang berlokasi di Atom Shoping jalan Imam Bonjol Padang.

Kepindahan itu menurut Esnetti, terjadi akhir tahun 2021 lalu, tanpa diketahui penyebab pastinya. Yang jelas 13 Desember 2021, pihak sekolah menengah kejuruan Dhuafa Padang, menyurati ketua FKKS (Forum Komunikasi Kepala Sekolah) minta menjembatani pemindahan kembali para siswa SMK ini ke Yayasan Bina Nusantara Isafat. Tapi, sepertinya pihak FKKS juga menemui jalan buntu. buktinya ke 70 siswa itu masih belajar di SMK Taman Siswa Padang. Dari 70 siswa itu terdiri dari 17 siswa merupakan siswa yan gtelah duduk di kelas III (XII). Sedangkan, sisanya 52 siswa lagi terdiri dari siswa kelas 1 dan II (X dan XI-red).

Tapi di balik eksodusnya puluhan siswa SMK Dhuafa itu ke SMK Tamsis tidak terlepas dari permainan dari salah seorang oknum pendiri SMK Dhuafa ini yang sekarang sudah membuat yayasan baru yang bernama Yayasan Rahmatan Lil Alamin (YRLA), yang dikomandoi Afrida Hasan. Bahkan, yang bersangkutan menurut Ketua YBNI berupaya mencari pembenaran dengan mengirimi para orang tua siswa surat pernyataan pemindahan anak mereka dari SMK Dhuafa ke SMK Taman Siswa.

Padahal di SMK Dhuafa para siswa ini sekolah gratis alias tidak dikenakan biaya, termasuk asrama. Sedangkan, di SMK Tamsis mereka mungkin tidak gratis sekolahnya.

Kepala SMK An Nur Taman Siswa Padang M Syafruddin mengaku, tidak mengetahui sama sekali soal kepindahan puluhan siswa SMK Dhuaf itu ke SMK Tamsis. Karena, tugas di SMK Tamsis hanya melaksanakan proses belajar dan mengajar (PBM) terhadap anak didiknya.

“Tapi, menyangkut adanya perpindahan puluhan siswa dari SMK Dhuafa Padang ke SMK Tamsis ia mengaku, tidak mengetahui sama sekali. Sebaiknya, persoalan itu langsung saja dipertanyakan kepada ke pihak Yayasan,” ujar Syafrudin.

Dikatakan Syafrudin, tugasnya hanya mengajar anak-anak sebagai tenaga pendidik. Kalau menyangkut persoalan perpindahan siswa maupun menyangkut biaya gratis atau tidaknya ia juga tak mengetahui sama sekali.

Sementara, Ketua Yayasan Rahmatan Lil Alamin (YRLA) Afrida Hasan awalnya, ia enggan dikonfirmasi melalui handphone (HP). Dan meminta langsung bertemu muka saja, dengan alasan sibuk berjanji untuk bisa bertemu muka. Namun, ketika diminta keterangannya lagi, ia mengaku tidak bisa bertemu muka, karena alasan sibuk ada rapat dengan Yayasan Tamsis Padang.

“Saya bisa lewat HP ini karena saya memiliki data yang kompleks soal perpindahan puluhan siswa SMK Dhuafa itu ke SMK Tamsis. Ia mengakui anak anak itu merasa nyaman sekolah di SMK Tamsis,” ujar Afrida, tanpa mau memberikan data tersebut, Jumat (11/3).

Ketika didesak ia tetap tak ada waktu untuk bertemu muka untuk memberikan data itu. Padahal, jika ia mau bertemu, bisa saja karena tak memakan waktu lama. Bahkan, saat diminta data siswa itu dikirimkan via WA (WhatsApp), ia tetap memberikan seribu alasan. Seiring dengan itu ia menegaskan kalau anak-anak (siswa) itu tidak terancam kelanjuatan pendidikanya termasuk akan bakal akan mengikuti UN.

“Hingga saat ini puluhan siswa itu tetap merasa nyaman sekolah di SMK Tamsis. Begitu, juga mereka nyama tinggal di Panti Asuhan Rahmatan Lil Alamin,” ujar Afrida.

Saat di konfirmasi ke salah satu nenek siswa yang bernama Dio yang berada di Solok Selatan, menyangkal bahwa cucunya merasa nyaman di Panti Asuhan tersebut. Malah dia berharap SMK Duafa untuk bisa menerima cucunya sekolah disana kembali.

“Cucu saya sedang sakit sekarang, kabar yang saya terima cucu saya sekarang muntah darah. Saya ingin membawanya pulang, namun ongkos tidak ada cucu saya tersebut yatim piatu orang tuanya sudah lama meninggal. Harusnya panti tersebut bisa mengantarkan cucu saya tersebut pulang, ” ujarnya. (Naldi)
.

Exit mobile version