AROSUKA—Puluhan wartawan yang bertugas di Kabupaten Solok memilih jalur darat untuk melaksanakan Orientasi Lapangan (OL) ke Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) RI serta Dewan Pers di Kebon Sirih, Jakarta. Perjalanan panjang selama lima hari, sejak Minggu hingga Kamis (9–13/11), ditempuh menggunakan armada bus yang dijejali semangat belajar para insan pers.
Sebanyak 52 wartawan berangkat bersama Plt. Kepala Dinas Kominfo Solok, Syafriwal, didampingi Kabid Pengelolaan Komunikasi Publik Debby Loreta dan Kabid Pelayanan Komunikasi Publik dan Statistik Baitul Azwar. Rombongan dilepas langsung Wakil Bupati H. Candra, yang menitipkan harapan besar agar agenda OL ini menjadi energi baru bagi peningkatan kualitas insan pers Solok.
“Pers adalah pilar keempat demokrasi, punya peran besar menjaga alur informasi yang jernih bagi masyarakat,” ujar Candra dalam sambutannya.
Perjalanan Melelahkan, Disambut Hangat Komdigi
Dua hari satu malam bergoyang di atas bus, dengan kaki mulai bengkak karena duduk terlalu lama, akhirnya rombongan wartawan Solok tiba di Jakarta. Total peserta yang mencapai 60 orang ditambah jajaran Kominfo langsung menuju kantor Kementerian Komunikasi dan Digital.
Di Komdigi, rombongan diterima hangat oleh Plt. Direktur Ekosistem Media, Farida Dewi Maharani, bersama jajaran Direktorat Jenderal Komunikasi Publik dan Media.
Plt. Kadis Kominfo Syafriwal menyampaikan, OL berlangsung selama lima hari, dengan agenda utama bertemu pihak Komdigi dan Dewan Pers.
“Semoga kunjungan ini menambah wawasan dan memperkaya sudut pandang kawan-kawan jurnalis, terutama terkait perkembangan dunia komunikasi digital,” ujarnya.
Sekretaris PWI Solok, Syafriadi Ajo, menambahkan bahwa kegiatan ini menjadi momen studi tiru yang penting bagi wartawan daerah.
“Kita ingin wartawan Solok semakin terbuka wawasannya dan punya referensi langsung dari pusat,” sebutnya.
Ucapan itu disambut apresiatif oleh Farida Dewi Maharani. Ia mengaku terkesan melihat jumlah rombongan yang datang.
“Baru kali ini Komdigi dikunjungi puluhan wartawan dari daerah. Biasanya lima sampai sepuluh orang saja,” ungkapnya.
Farida menekankan bahwa persaingan media di era digital bukan lagi antar-sesama media, melainkan dengan konten kreator yang muncul dari berbagai platform.
“Semua bisa membuat konten. Tapi tempat masyarakat mencari kebenaran tetaplah media profesional. Jika semua jadi kreator, ke mana rakyat mencari kebenaran?” katanya.
Karena itu, ia menegaskan, pemerintah berkepentingan menjaga keberlangsungan media kredibel salah satunya dengan mendorong profesionalisme jurnalis.
Profesionalisme dan Regulasi, Kunci Media Kredibel
Dalam sesi diskusi, Farida mengingatkan bahwa kerja sama antara pemerintah daerah dan media harus mengacu pada regulasi Dewan Pers. Media yang ingin bermitra melalui Diskominfo wajib memenuhi syarat seperti verifikasi perusahaan pers serta wartawan yang telah lulus UKW.
“Ini penting agar informasi yang disampaikan tetap akurat dan terpercaya,” tegasnya.
Ia juga menekankan, keberlangsungan industri media harus terus dijaga karena media bukan sekadar penyedia informasi, tetapi penopang demokrasi dan perekat bangsa.
Belajar ke Dewan Pers: Antusias sampai Sore
Setelah Komdigi, rombongan melanjutkan kunjungan ke Dewan Pers, Rabu (12/11), di kawasan Kebon Sirih, Jakarta. Antusiasme wartawan Solok semakin terlihat ketika memasuki gedung lembaga independen yang bertugas menjaga kemerdekaan pers itu.
Di sini, peserta OL menerima penjelasan berbagai hal penting, mulai dari Kode Etik Jurnalistik, sertifikasi wartawan, hingga mekanisme penyelesaian sengketa pers yang melibatkan wartawan, masyarakat, maupun perusahaan media.
Diskusi berlangsung intens, penuh tanya-jawab, dan menjadi pengalaman berarti bagi para wartawan yang ingin meningkatkan profesionalisme di lapangan.(Muncak)
