Indeks
Opini  

Leonardy, PSP dan Olahraga Sumbar

Oleh: Almadi

(Wartawan Muda)

            Tokoh politik Ranah Minang, Leonardy Harmainy siapa yang tak kenal. Beliau adalah mantan Ketua DPRD Sumbar sekarang anggota DPD RI. Kepeduliannya terhadap dunia olahraga jangan ditanya lagi. Di eranya, PSP Padang mencapai puncak prestasi sepakbola nasional,  juara Divisi satu PSSI dan masuk 5 besar kompetisi Liga Indonesia wilayah barat.

            Leonardy akhirnya tersentuh juga hatinya melihat nasib PSP yang dipermalukan klub Kecamatan Batang Anai dan kota Solok. Jangankan bicara nasional mengimbangi klub kampung saja sulitnya minta ampun. Inilah PSP sekarang. Enak dimulut tak enak dikantong!

            Diskusi ringan insan pers bersama Leonardy Harmainy berjalan santai. Mantan Ketua FORKI Sumbar itu lebih banyak bertanya soal perkembangan olahraga Sumbar. Namun beliau memberi masukan terhadap PSP Padang. Bagaimana olahraga Sumbar dan berapa target medali emas PON Papua mendatang?

            Meski tak lagi menjabat Ketua FORKI Sumbar, namun perhatian Leonardy terhadap dunia olahraga tak hilang. Beliau banyak bertanya cabang olahraga apa saja yang punya peluang mendulang medali emas PON Papua. “Minimal target KONI Sumbar pada PON mendatang  perolehan medalinya sama dengan PON di Jawa Barat, 14 medali emas,” ujar Ketua PRSSI Sumbar era 90 an itu.

            Saat ini beliau hanya sedikit dapat gambaran cabor-cabor unggulan lumbungnya medali emas kontingen Sumbar. Karena, masih banyaknya cabor yang belum mengikuti kejuaraan nasional sebagai tolak ukur perolehan medali. Jadi wajar mantan Ketua Pemuda Pancasila Sumbar ini banyak bertanya dalam diskusi.

            Sedangkan PSP dimata Leonardy ibarat kapal bocor yang perlu diselamatkan. Bagaimana tindakan penyelamatan kapal yang mau karam itu? Jika bebannya berat tentu sebagian dibuang ke laut. “Sebagai warga kota Padang yang cinta PSP, klub ini harus kita selamatkan. Kalau perlu bikin penggalangan dana buat PSP,” ujarnya.

            Mantan Ketua Partai Golkar Sumbar ini hanya senyum-senyum saja mengingat masa keemasan PSP Padang. Namun, untuk membalikan kejayaan PSP tidak mudah. Apalagi saat ini warga Padang krisis kepercayaan terhadap segelintir oknum pengurus. Jika ide penggalangan dana dilakukan, apakah warga Padang masih percaya dengan kepengurusan sekarang? Ini yang jadi persoalan. “ Ya, kalau perlu ganti kepengurusannya,” ucap Leonardy.

            Kata orang, berbuih-buih menggelar diskusi tentang PSP tak akan didengar oleh petinggi pengurusnya. Apalagi ada rencana mau mengganti oknum-oknum di dalamnya. Jadi berteriaklah sampai kelangit ketujuh. Kami acuh ce nye. Bahkan, ide yang lebih ekstrem dari oknum pengurus,” PSP tidak perlu pemain instan, cukup dengan pemain binaanya,”

            Ide tersebut ditentang oleh Leonardy Harmainy, kalau kita mengharapkan pemain binaan untuk berkompetisi berarti warga kota Padang harus bersabar sepuluh tahun lagi. “ tolak ukur prestasi PSP adalah pada kompetisi. Jika kita menunggu pemain binaan tentu harus sabar menanti hingga sepuluh tahun lamanya,” katanya.

            Sebaiknya, pengurus mencari pemain sudah jadi dan dipersiapkan lebih lama. Karena, warga Padang menginginkan PSP hari ini punya prestasi, tapi ditunggu juga pemain binaan orang yang ingin melihat prestasi PSP keburu mati. “Apakah sekarang ada pemain PSP,” tanya Leonardy. Jadi kuncinya, klub ini harus punya materi pemain dari sekarang.

            PSP zaman old memang lain dengan zaman now. Perbedaan itu tampak sekali, sekarang klub-klub kampung tak lagi memandang Pandeka Minang yang disegani. Mereka pada ketawa jika klub ibu kota Provinsi Sumbar ini kalah dengan tim Kecamatan. Jika ada yang mengkritik PSP dianggap lawan yang mengancam posisi oknum tadi.

Entah kenapa, hilang saja rasa segan dan kebanggan mereka dengan PSP Padang. Bahkan, pemain binaan yang sudah jadi banyak yang hengkang. Inikah, sebuah kesuksesan pembinaan dilakukan PSP. Lalu dipajanglah foto-foto pemain yang memperkuat klub lain, sebagai tanda bangga!

Sebetulnya, PSP sudah bisa hidup mandiri tanpa dana APBD yang mengalir tiap tahun Rp 2,5 miliar. Dan tahun ini, tanpa bantuan APBD klub Pandeka Minang nyaris masuk semifinal liga tarkam Sumbar. Ini prestasi yang luar biasa!. PSP patut meniru PS Batang Anai dan Solok FC tanpa APBD bisa juara.  Selamat HUT Kota Padang ke 349. (***)

 

 

 

Exit mobile version